Ini syarat Samurai Jepang saat nikahi gadis Indonesia
Merdeka.com - Rahmat Shigeru Ono berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Dia melarikan diri dari kesatuan Tentara Jepang dan bergabung dengan pasukan Republik. Dia melatih para pemuda dan memimpin mereka melawan Belanda di wilayah Malang dan sekitarnya.
Rahmat Shigeru Ono pun kehilangan lengan kirinya saat mengutak-atik peluncur granat. Dia tak menyesal telah kehilangan lengan di tengah peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Ada kisah menarik bagaimana Rahmat Ono menikahi wanita Indonesia. Ceritanya saat itu Rahmat sudah berusia 31 tahun dan masih belum menikah. Sukardi Sugiyama, sahabat Rahmat Ono lebih dulu menikahi wanita Indonesia di Batu, Malang.
-
Bagaimana Oni memulai ternak kambing? Awalnya ia membeli dua ekor kambing perah untuk konsumsi pribadi. Namun kini sudah memiliki 140 ekor dengan omzet capai Rp40 juta per bulan
-
Kenapa Oni memilih ternak kambing? Awalnya budidaya kambing ini bermula dari tidak sengaja. Dulu saat penggemukan sapi, kita tangani sendiri tanpa ada anak kandang dan sebagainya, lalu saya jatuh sakit. Lalu ada teman yang menyarankan minum susu kambing, kok enakan di badan. Dari situ saya melihat peluang,' terangnya.
-
Kenapa Ragawi memilih fokus di peternakan ayam? Dengan berhenti bekerja, Ragawi semakin fokus menekuni dunia peternakan.
-
Bagaimana Ragawi memberi pakan ayam? Dalam memberi pakan ayam ternaknya, Ragawi melakukannya dua kali dalam sehari. Untuk pakannya pun ia meraciknya sendiri dengan kandungan protein 18 persen.
-
Kenapa Sarjono membuat abon ayam? Melihat peluang di tengah situasi sulit, Sarjono memutuskan mencoba memproduksi abon.
-
Apa tantangan terberat yang dihadapi petani di Sukomakmur? Salah satu tantangan terberat dalam bertani adalah, mereka menyediakan modal yang tinggi untuk masa tanam, namun saat panen, mereka mendapat hasil yang rendah.
"Istri Pak Sukardi itu kemudian menjodohkan Papi dengan sahabatnya. Namanya Darkasih," kata Erlik saat berbincang dengan merdeka.com di Batu pekan lalu.
Nah, Rahmat Ono yang dijodohkan bingung. Dia pun memberi syarat pada wanita itu.
"Papi bilang mau nggak menikah sama orang Jepang, miskin, nggak punya apa-apa dan tangannya buntung. Ternyata Ibu menerima. Maka mereka menikah," kata Erlik.
Mereka menikah Bulan Juli 1950. Saat itu usia keduanya terpaut 9 tahun. Darkasih berusia 22 tahun.
Kehidupan mereka sempat diwarnai kesulitan ekonomi. Setelah mundur dari kemiliteran, Rahmat Ono sempat tak mendapatkan uang pensiun. Hasil dari petani apel pun tak begitu besar.
Saat itulah dia dihubungi konsulat Jepang. Keluarga Ono di Jepang terus mencarinya. Mereka tak percaya Rahmat Shigeru Ono yang bernama asli Sakari Ono telah meninggal. Potongan rambut dan surat kematian yang dikirimkan Rahmat pada keluarganya di Jepang rupanya gagal meyakinkan mereka.
Ono menolak kembali ke Jepang. Dia mengaku sudah memiliki anak dan istri di Indonesia. Keluarga Ono di Jepang pun bisa menerima.
"Papi terus menjalin komunikasi dengan orang tua dan saudara-saudaranya di sana. Dia beberapa kali berkunjung ke Jepang. Tapi menolak pindah dari Indonesia karena merasa rumahnya di sini," kata Erlik Ono.
Walau sudah menikahi wanita Indonesia, Rahmat Shigeru Ono tak otomatis jadi warga negara Indonesia (WNI). Status kewarganegaraannya terkatung-katung belasan tahun. Tak cuma dia, ratusan tentara eks Jepang lainnya pun bernasib serupa.
Kabar gembira itu datang saat Presiden Soekarno menikahi Ratna Sari Dewi alias Naoko Nemoto. Ada kebijakan pemerintah untuk memberikan kewarganegaraan RI bagi orang Jepang yang meminta.
Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, Rahmat Ono bekerja apa saja. Dia pernah beternak ayam, bertani, hingga ke Jakarta dan menjadi tenaga pengamanan. Untungnya dia ditolong Jenderal Soemitro yang pernah berjuang bersama-sama di Jawa Timur. Saat itu keduanya bersahabat baik.
Atas memo Jenderal Soemitro, Rahmat Shigeru bekerja di perusahaan Jepang di Jakarta.
"Tapi papi tak mau macam-macam. Dia hanya ambil gajinya saja," kata Agoes Soetikno, putra Rahmat.
Agoes mengenang hingga akhir hayatnya, Rahmat Ono selalu marah melihat mereka yang korupsi.
Darkasih meninggal lebih dulu tahun 1998. Rahmat Ono menyusulnya sepekan lalu. Tanggal 25 Agustus dia meninggal di Batu, dalam usia 95 tahun. Mereka dikaruniai 9 anak, 14 cucu dan 10 cicit.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hana mulai beternak ayam broiler pada tahun 2008. Untuk memulai usaha itu, ia harus mengorbankan banyak hal
Baca SelengkapnyaSelama Abdul Hamid Ono berada di Nusantara, ia memiliki tugas sebagai intelijen dan informan terkait berbagai aktivitas orang-orang sekaligus tokoh muslim.
Baca SelengkapnyaAwalnya ia tak berniat tinggal di Jepang, tapi nasib berkehendak lain
Baca SelengkapnyaAwalnya, ia ingin menyerah dan pulang ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaRohmana, seorang pria asal Sumedang menceritakan pengalaman ketika dirinya bekerja di Malaysia.
Baca SelengkapnyaBocah yang dulu berjualan rokok dan kemenyan itu menjadi orang nomor satu di tubuh TNI AD.
Baca SelengkapnyaVideonya diunggah di akun TikTok @sherinyepe berhasil viral dan curi perhatian.
Baca SelengkapnyaKini, dia pun mulai menuai hasilnya. Setiap bulan, dia mampu meraup omzet Rp25 juta.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaSelain untuk mencari nafkah, ada juga yang akhirnya mendapat jodoh orang lokal di tempat perantauannya.
Baca SelengkapnyaBak durian runtuh, dia dan sang suami mendapat banyak keuntungan.
Baca SelengkapnyaSeorang pengusaha asal Wonosobo bernama Ganang adalah lulusan SMA yang kini sukses beternak ayam kampung.
Baca Selengkapnya