Insting tajam bos Freeport bikin Setya Novanto makin terjepit
Merdeka.com - Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin menjadi saksi dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) soal dugaan pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan Ketua DPR Setya Novanto di Gedung Parlemen, Kamis kemarin. Sikap tenang namun lugas saat memberikan penjelasan menjadikannya sorotan utama.
Tampak tidak ada ketakutan Maroef ketika bersaksi. Semua pertanyaan para anggota MKD, terkait pertemuannya dengan Setya, dijawab lengkap. Dia mampu menceritakan detil bagaimana Setya coba 'merayu' dirinya meminta saham Freeport.
Dalam pengakuannya, Maroef mengaku bertemu dengan Setya sebanyak tiga kali. Dua kali pertemuan terakhir, dia dipertemukan dengan pengusaha minyak Muhammad Riza Chalid oleh Setya Novanto. Adanya Riza menimbulkan awal kecurigaan Maroef.
-
Siapa yang dituduh meminta KPK menghentikan kasus e-KTP Setya Novanto? Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto buka suara terkait pernyataan mantan Ketua KPK Agus Rahardjo soal Jokowi telah meminta dirinya untuk menstop kasus e-KTP dengan terpidana Setya Novanto (Setnov).
-
Apa yang dibahas Satya Nadella dengan Jokowi? Chairman & CEO Microsoft Satya Nadella menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (30/4). Satya datang bersama timnya sekira pukul 08.27 WIB. Berdasarkan pantauan di kompleks Istana Kepresidenan, Satya Nadella memakai setelan jas biru gelap. Dia belum sempat memberi pernyataan dan buru-buru masuk istana untuk menemui Jokowi. Sementara, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi lebih dulu datang di istana Kepresidenan. Budi ikut mendampingi Jokowi dalam pertemuan bersama Satya.
-
Kenapa Setya Novanto disebut sebagai korban dalam kasus e-KTP? 'Partai Golkar itu menjadi korban dari e-KTP, jadi saya no comment. Jelas ya, korban e-KTP siapa? (Setnov) ya sudah clear,' pungkasnya.
-
Siapa yang memberi klarifikasi ke Sekjen PDIP? Effendi Simbolon memberi klarifikasi ke Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terkait ucapannya mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
-
Apa yang diminta anak buah Jokowi? Sejumlah menteri dan pimpinan lembaga pemerintah ramai-ramai meminta tambahan anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
-
Siapa yang bisa membuat pertanyaan? Pertanyaan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling umum dalam kehidupan sehari-hari kita.
Bekas Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini makin mengendus gelagat aneh Setya dan Riza. Insting tajamnya memutuskan buat merekam pembicaraan dengan keduanya pada pertemuan terakhir di Hotel Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta Selatan, tepatnya di ruang pertemuan lantai 21. Pertemuan terakhir ini dilakukan pada 8 Juni 2015.
Benar saja, menurut Maroef, jelang akhir pembicaraan ketiganya, pembahasan sudah tidak beres. Hanya Setya dan Riza, asyik membahas pelbagai hal di luar pembahasan pertemuan.
"Insting saya dengan profesi dulu (Wakil Kepala BIN) menyebut sudah tidak bagus lagi (isi pertemuannya)," kata Maroef dalam persidangan.
Dalam kesaksiannya, Maroef mengaku risih dengan pembicaraan yang disampaikan Setya dan Riza. Karena risih dan menyadari pembicaraannya sudah jauh melenceng, Maroef mengaku beberapa kali mencoba mengakhiri pembicaraan. Namun selalu gagal.
Ketidaknyamanan Maroef terutama pada isi pembicaraan. Salah satunya karena pembicaraan mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sebagai bekas prajurit, kata Maroef, ini laiknya mengganggu kehormatan Tanah Air. "Walaupun saya tidak aktif sebagai prajurit, semangat dan jiwa terhadap kehormatan bangsa dan negara tidak pernah hilang, itu integritas saya. Kejadian ini adalah untuk menjaga kehormatan negara karena sudah membawa presiden dan wakil presiden, ini integritas saya," tegasnya.
Maroef juga menduga niat Setya dan Riza untuk menjadi calo perpanjangan kontrak kerja Freeport. Dugaan itu muncul ketika menjawab pertanyaan salah seorang anggota MKD, Akbar Faisal.
"Saya perkirakan demikian yang mulia," ujar Maroef.
Pernyataan Maroef membuat Akbar yakin bahwa Setya dan Riza mempunyai niat buruk. Alasannya, rekaman dan sidang etik semakin memperjelas dugaan Setya meminta saham.
"Ini semakin jelas terlihat. Ini adalah sebuah percobaan pemufakatan untuk memperoleh keuntungan diri dan kelompok. Inilah berbagai kepentingan dipertemukan sehingga negara menjadi milik kelompok sendiri," kata Akbar di sela sidang.
Akbar menyatakan bahwa barang bukti berupa rekaman yang diputar saat sidang teruji kebenarannya. "Ternyata barang bukti itu benar. Memang ada upaya untuk mendapatkan keuntungan," tuturnya.
Keadaan ini juga membuat Kapolri Jendral Badrodin Haiti menyebut bahwa Setya bisa dikenakan pasal penipuan jika Freeport Indonesia merasa dirugikan dan melaporkan ke pihak Kepolisian.
"Seperti yang saya sampaikan ini bisa saja ini ada tindakan penipuan, dari sisi PT Freeport apabila ini merasa dirugikan. Sementara kalau dari hasil semalam belum terlihat, apakah ini tipikor atau pidana umumnya," kata Badrodin, Kamis kemarin.
Namun kasus tersebut tengah diselidiki oleh Kejaksaan Agung. Oleh sebab itu, dia mengatakan, perlu penelitian dan pengkajian terhadap kasus itu.
"Tadi saya tanyakan ke Jamintel, ini masih dalam penyelidikan artinya kalau penyelidikan itu masih melakukan penelitian termasuk mencari fakta-fakta hukum apakah betul sudah terjadi tindak pidana dan pidana apa," terangnya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kabar tersebut dihembuskan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Baca SelengkapnyaTokoh militer TNI-AD asal Jambi ini merupakan satu-satunya Jenderal yang menjabat KSAD, Panglima ABRI, dan Menhan Indonesia dalam waktu yang bersamaan.
Baca SelengkapnyaBerikut jejak mentereng Mayjen Hasan yang kini menjadi Jenderal Bintang 3 TNI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Momen Panglima TNI disambut tentara cilik saat berkunjung ke Palu.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah pengalaman hidup Panglima TNI sempat pinjam sepeda karena tidak mampu beli.
Baca SelengkapnyaIKN menjadi sorotan publik mendekati peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaMomen tos salam komando antara jenderal berdarah Kopassus dan The King of Sparko yang curi perhatian.
Baca SelengkapnyaDjamaluddin mengaku tidak mengetahui siapa orang yang telah mengeroyok Bodhiya
Baca SelengkapnyaBerikut sosok teman satu angkatan Panglima TNI sekaligus sebagai lulusan terbaik Akmil.
Baca Selengkapnya