Intelektual NU: Tak ada dalil baca Alquran wajib berlanggam Arab
Merdeka.com - Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (NU) Amerika, Akhmad Sahal memprotes pendapat yang melarang membaca Alquran dengan langgam atau irama Jawa. Menurutnya, cara membaca tersebut tidak boleh dituding sebagai perbuatan tak menghargai Alquran.
"Saya ingin menanggapi keberatan @syarifbaraja terhadap pembacaan Alquran langgam Jawa. Enggak setuju Alquran dengan langgam non-Arab itu sah-sah aja. Tapi @syarifbaraja memvonis langgam tersebut sebagai tak menghargai Alquran. Di situ soalnya," tulis Akhmad Sahal dalam akun twitternya @sahaL_AS, Minggu (17/5).
Menurutnya, hukum membaca Alquran harus sesuai dengan tajwid dan tak mengubah makna. Namun, tidak ada dalil yang mewajibkan harus dibaca dengan langgam Arab.
-
Apa yang Gus Baha tegaskan tentang Islam di Jawa? 'Wali Songo memang memulai penyebaran Islam yang meluas, tetapi secara keseluruhan, Islam sudah ada sebelumnya,' jelasnya.
-
Dimana Syekh Ibrahim Asmoroqondi berdakwah di Jawa? Rombongan mendarat di sebelah timur bandar Tuban, yang disebut Gesik (sekarang Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban).
-
Siapa Syekh Wasil? Syekh Syamsuddin al-Wasil dikenal sebagai ulama pertama yang menyebarkan agama Islam di Kediri, Jawa Timur.
-
Siapa yang disebut Gus Baha sebagai pelopor Islam di Jawa? Ia menegaskan bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut Gus Baha, meskipun Wali Songo berperan penting dalam menyebarkan Islam di Jawa, agama Islam sebenarnya sudah ada di Indonesia jauh sebelum mereka datang.
-
Mengapa Gus Baha menekankan bahwa Islam sudah ada di Jawa sebelum Wali Songo? Ia menegaskan, 'Sunan Ampel wae ngajine teng Paseh Aceh mriko,' yang menunjukkan bahwa Islam sudah berkembang di berbagai daerah di Indonesia sebelum menyebar ke Jawa.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
"Baca Alquran harus tartil, kata Alquran: bener tajwidnya dan tak mengubah makna. Langgamnya seperti apa, tak diatur Alquran. Membaca Alquran adalah ibadah, tapi tak ada dalil yang mewajibkannya harus dibaca dengan langgam Arab dan yang haramkan non-Arab. @syarifbaraja," terang dia.
"Langgam pembacaan Alquran adalah ranah budaya, bukan ibadah murni. Dalam ranah tersebut, selama tak dalil yang haramkan berarti boleh. Tujuan baca Alquran kan untuk meresapinya dan memahami maknanya. Kalau langgam non-Arab bisa dipakai sarana untuk itu, apa salahnya? Keknya @syarifbaraja alergi dengan budaya non-Arab. Padahal Alquran sendiri tak alergi dengan bahasa non-Arab," tambah dia.
Lanjut dia, Alquran juga memkakai sejumlah kata yang bahasanya dari luar Arab. Kata-kata itu diserap ke dalam bahasa Arab, sehingga anggapan membaca Alquran dengan langgam Jawa salah itu tidak benar.
"Dalam Alquran kita bisa temukan sejumlah kata yang asalnya non-Arab, kek sijjil, misykah, qistas dll. Kata-kata non-Arab tersebut diserap dan jadi bagian dari bahasa Arab (tasyarrub). Itu bukti bahwa Alquran tak alergi dengan yang non-Arab. Kalau kata-kata yang asalnya dari non-Arab saja ada di Alquran, apa dasarnya anggapan @syarifbaraja langgam bacaan non-Arab tak hormati Alquran?" ujar dia.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Merdeka.com merangkum informasi tentang penjelasan dan solusinya yang perlu Anda ketahui.
Baca SelengkapnyaGus Yahya menilai, salam sejahtera yang sering digunakan dalam berbagai tradisi keagamaan tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ibadah formal.
Baca SelengkapnyaWahabi adalah aliran dalam Islam yang ditujukkan kepada pengikut Muhammad bin Abdul Wahab.
Baca SelengkapnyaTidak pantas disandingkan dengan nama Allah yang ada dalam kalimat basmalah.
Baca SelengkapnyaSimak cara membaca kitab kuning dan ketahui pengertian lengkapnya.
Baca SelengkapnyaPenting membedakan hal yang relevan dan tidak sehingga tidak terjebak dalam paham radikal
Baca SelengkapnyaIslam Aboge merupakan wajah islam lokal yang memiliki beragam keunikan
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaUntuk mengatasi permasalahan di negara ini bukan sebuah sistem baru, tapi persatuan dan kesatuan.
Baca Selengkapnya