IPW minta pemerintah bentuk tim independen usut kematian Siyono
Merdeka.com - Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane menganggap kematian panglima sekaligus komandan rekruitmen kelompok teroris Neo Jamaah Islamiyah (JI), Siyono sangat janggal. Menurut dia, apapun alasannya polisi tidak bisa membunuh Siyono.
"Sangat janggal ketika seseorang dibawa dalam keadaan sehat dan segar bugar dibawa dan diterima mati apapun alasannya janggal," ujar Neta di Gedung Kompolnas, Jakarta Selatan, Rabu (30/3).
Neta berharap pemerintah terjun langsung mengusut kematian Siyono. Pemerintah diminta membentuk tim independen agar kematian Siyono terungkap dan menemukan titik terang.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Apa yang terjadi saat mayat penjahat disetrum? Seorang reporter yang menyaksikan proses itu mengatakan bahwa 'rahang penjahat yang telah meninggal mulai bergetar, otot-otot di sebelahnya berkerut parah, dan satu mata benar-benar terbuka'. Bagian tubuh kaki dan tangan juga bergerak.
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Siapa yang ditemukan meninggal? Saat itu, ditemukan seorang pria atas nama W (55) dalam keadaan tak bernyawa.
-
Bagaimana korban dibunuh? 'Dengan adanya perkataan dari korban tersebut maka pelaku menjadi sakit hati dan sangat kesal sehingga secara spontan pelaku membunuh korban dengan cara mencekik dan menjerat leher korban dengan tali sepatu sehingga korban meninggal dunia,' jelas Wira.
"Jadi jangan hanya polisi hanya sepihak ada kopnflik kepentingan dari Komnas HAM dan Komisi III ambil peran dan bentuk tim independen dan mengusut benar atau tidak sesuai SOP atau salah prosedur. Kalau salah prosedur polisi urus dia harus dituntut," tegas dia.
Neta juga mengimbau agar pihak keluarga terus mengambil langkah hukum untuk membuktikan adanya kejanggalan atas kematian Siyono. Menurutnya, keluarga tidak perlu takut dengan pihak manapun yang mencoba menekan atau melakukan diskriminasi.
Ditegaskan dia, pihak keluarga Siyono harus konsisten menuntut keadilan. Bahkan, Neta menyarankan agar keluarga Siyono mau melaporkan hal tersebut ke sejumlah pihak semisal, Komnas HAM dan DPR.
"Ketika merasa aneh jangan mau terima apapun dan terus mempersoalkan ini ke Komnas HAM, DPR dan bisa ditelusuri," pungkas Neta.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kompol Andika menuturkan bahwa penyidik sudah meminta keterangan dua orang saksi.
Baca SelengkapnyaMayoritas kematian mereka tak wajar, bahkan sengaja dibunuh.
Baca SelengkapnyaFilm dokumenter yang berjudul 'Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso' kini menyita perhatian publik karena dianggap ada kejanggalan.
Baca SelengkapnyaKematian tahanan Irohmin (22) di Rutan Klas I Pakjo Palembang beberapa hari lalu masih menyisakan pertanyaan bagi keluarga.
Baca Selengkapnya