Istri jadi TKW, suami 'jajan' buat penuhi hasrat biologis

Merdeka.com - Sebut saja S (36). Ia adalah suami beristrikan seorang tenaga kerja wanita (TKW) yang sudah dua tahun mencari peruntungan di Kota Taipe, Taiwan. S asal Losarang Indramayu itu dengan terpaksa melepas istrinya D (34) pergi jauh lantaran kondisi ekonomi yang serba kurang.

Tidak ada cara lain, selain 'memberdayakan' istrinya untuk mencari pundi-pundi Rupiah di negeri orang. Dirinya sadar hanyalah seorang buruh dengan penghasilan tak menentu serta tumbuh kenang anak harus diperhatikan.

"Awalnya berat, tapi berangkat dari kebutuhan ekonomi yang kian berat akhirnya saya harus rela melepas istri kerja jauh di sana, apalagi anak saya sekarang sudah dua, dan sekolah," kata S saat berbincang dengan merdeka.com.

Menjadi suami yang ditinggal istri pergi merantau memang berat. Apalagi merantau ke luar negeri dalam hitungan tahun. Belum lagi penilaian minor orang sekitar lantaran suami ditinggal istri menjadi TKW.

"Ada saja yang memberikan penilaian itu. Tapi ya hidup saya yang menjalani, ya sudah biarin saja," ungkapnya.

Istrinya D kerja menjadi seorang pengasuh para anak yang lumpuh di sana. Penghasilannya setiap bulan mencapai Rp 5 juta. "Kalau saya tidak minta kiriman setiap bulan. Karena saya juga kan tetap ada uang kalau untuk menghidupi anak-anak," tuturnya.

Hanya saja untuk biaya sekolah, dia mengaku berat. Sehingga uang istri bisa menutupi kekurangan kebutuhan hidup. "Kalau untuk makan saja, saya masih bisa memenuhi. Tapi kalau untuk biaya sekolah, saya memang berat. Barulah saya minta kiriman," paparnya.

Ditinggal bertahun-tahun oleh orang yang paling dekat tentu akan hadir rasa rindu. 'Perang batin' selama kepergian istri tak jarang dihadapi. Namun, S punya cara mengatasi kegalauannya itu.

"Ya beruntunglah, karena sekarang sudah canggih. Saya komunikasi hampir setiap hari lewat telepon," paparnya

"Biasanya kami telepon bareng-bareng sama anak-anak, ya rindu itu biasanya suka terobati," jelasnya menambahkan.

Melewati realita hidup seperti ini memang tidak mudah. Betapa butuh perjuangan hebat untuk melalui semuanya. Saling menjaga kepercayaan itu sangat penting. Saban harinya dia kerap mendoakan agar istrinya selalu ada dalam lindungan-Nya.

"Bulan ini istri saya tepat dua tahun kerja di Taiwan. Kontraknya tiga tahun. Pengen rasanya istri saya balik lagi ke Indonesia setahun lagi," paparnya.

Lantas bagaimana, dua tahun menghadapi kebutuhan biologis tanpa ada istri? S tak menampik, dengan cara 'jajan', yaitu main dengan PSK. Usianya yang masih terbilang produktif, tiba-tiba hadir dan tak kuasa menahan hasrat untuk menyalurkannya.

"Ya mau bagaimana lagi. Yang penting saya masih setia sama istri saya. Saya 'jajan' hanya untuk menyalurkan hasrat saja," katanya. Dia emoh menyampaikan seberapa sering 'jajan' untuk memenuhi kebutuhan seksnya. "Kita tahu sendirilah laki-laki bagaimana. Apalagi masih seusia saya," katanya.

Aktifis buruh migran, Prapti Wahyuningsih mengakui fenomena galaunya seorang suami ditinggal istri kerja di luar negeri kerap dijumpai. Selain kebutuhan sandang dan pangan yang bisa dipenuhi, tapi tidak dengan kebutuhan biologis.

"Banyak sekali suami yang melakukan demikian. Mereka jajan ke PSK karena itu menjadi kebutuhan dasar," papar Prapti yang juga merupakan perintis sekolah hijau lestari.

Cara-cara lain seorang suami untuk memenuhi kebutuhan biologis ketika ditinggal istri merantau yakni dengan cara menikah siri. Nikah siri dilakukan dengan alibi untuk menghindari zina. Ada yang menikah siri dengan kesepakatan waktu, tapi ada yang juga rela dimadu. Artinya suami tetap mempertahankan keduanya sebagai istri sah.

"Misalnya ada yang ketika istri pertamanya tiba lagi di Indonesia yang dengan pahit menerima kenyataan bahwa suami sudah punya istri lagi. Tapi ada yang menceraikan istri keduanya. Tapi yang lebih parahnya lagi ada yang ketika istri pertama datang langsung dicerai karena menemukan yang baru," tutur Ningsih kepada merdeka.com.