Jabar Klaim Punya Alat Baru Pendeteksi Virus, Lebih Akurat dan Murah
Merdeka.com - Akademisi beserta ilmuwan dari berbagai universitas di Jawa Barat mengklaim berhasil membuat dua alat tes pendeteksi virus corona. Alat baru ini diklaim lebih murah, lebih akurat dan mudah digunakan. Dibandingkan Rapid Test maupun PCR yang selama ini digunakan.
Diketahui, selama ini pemerintah melakukan masif testing deteksi virus corona dengan rapid test untuk mencari orang yang berpotensi terinfeksi virus corona, SARS-CoV-2 dengan menggunakan sampel darah. Rapid test bekerja dengan mendeteksi immunoglobulin dengan hasil bisa keluar hanya dalam waktu 15-20 menit dan bisa dilakukan di mana saja.
Namun, kelemahannya bisa menghasilkan 'false negative' yakni ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif jika pengetesan dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang diujicoba oleh para ilmuwan? Para ilmuwan sedang melakukan percobaan untuk membuat prototipe chip jaringan 6G di masa depan.
-
Dimana teknologi ini diuji coba? Dalam penelitian mereka menyebutkan bahwa sinyal WiFi dapat mengintip ruangan-ruangan melalui dinding. Ketika ruangan tersebut menangkap sinyal WiFi lalu akan muncul huruf alfabet berbentuk 3D. Namun, teknologi ini masih dalam tahap uji coba untuk bisa sampai mengintip ke dalam isi rumah-rumah pribadi masyarakat.
-
Apa yang dideteksi oleh alat dari Jogja? Dikutip dari berbagai sumber, saat gempa CIanjur pada 21 November 2022, tim dari UGM mengklaim sudah mendeteksi tanda-tanda gempa beberapa hari sebelumnya.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Apa yang ditemukan peneliti? Para peneliti menggambarkan spesies baru dari genus Calotes di Tiongkok selatan dan Vietnam utara.
Lalu, ada PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah metoda untuk menemukan partikel virus pada tubuh setiap individu dan menempatkan urutan gen Coronavirus tertentu. Liur dari hidung dan tenggorokan digunakan sebagai sampel. Pemeriksaan PCR membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil karena hanya dapat dilakukan di laboratorium yang sudah ditunjuk pemerintah.
Made in Jabar
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan ilmuwan dan akademisi dari universitas sudah berhasil memproduksi alat tes baru di luar PCR dan Rapid Test. alat tersebut bernama Rapid Test 2.0 dan pembaruan dari PCR.
"Jabar dengan ilmuwannya, Unpad sebagai leading sektor bekerjasama dengan ITB dan lain-lain. Hari ini bisa memproduksi dua jenis alat tes di luar pcr dan rapid test. Yang pertama rapid test 2.0. Kecepatannya sama, seperti rapid tes darah tapi akurasinya 80 persen, tidak menggunakan darah," kata dia, Kamis (14/5).
Alat ini akan diproduksi pada bulan Juni sebanyak 5.000 test kit dulu dengan industri biotek di jabar. Pembuatan tahap berikutnya sebanyak 50 ribu unit test kit di bulan Juli.
"Harganya lebih murah, maksimal Rp120.000, (Rapid Test) yang dulu Rp300.000," kata dia.
"Lalu, penelitian Unpad dan ITB menghasilkan alat tes baru seperti PCR tapi tidak perlu laboratorium (untuk pengujiannya), hanya butuh laptop dan benda seperti aki motor isinya delapan sampel, bisa dibawa mobil, bisa mengetes di pasar, tempat pariwisata di mana pun. Akurasinya sama seperti PCR, harganya Rp 200 juta," terangnya.
Penjelasan Tim Ahli
Ketua Tim Riset Diagnostif COVID-19 Unpad Muhammad Yusuf menjelaskan alat ini lebih cepat mendeteksi virus karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi patogen. Proses pembentukan antibodi bisa memakan waktu berminggu-minggu.
Lain halnya dengan deteksi melalui antigen. Ketika seseorang mulai terinfeksi, muncul gejala, bisa langsung disampling dengan diambil swabnya. Hasilnya bisa dilihat dari garis merah dalam alat jika ada virusnya.
"(Pendeteksian) tidak harus menunggu antibodinya terbentuk,"katanya.
Cara kerjanya, sampel swab dari terperiksa tinggal dibubuhkan di permukaan alat rapid tes 2.0 ini. Hasilnya akan keluar dalam rentang waktu 10 – 15 menit. Pihaknya sudah bekerjasama dengan TMC dan Pakar Biomedika Indonesia untuk proses penyempurnaan alat tersebut.
Alat pendeteksi virus kedua hasil kerjasama Unpad, ITB dan BPPT bernama Surface Plasmon Resonance (SPR). Alat ini memiliki detektor portabel berukuran dan berbentuk seperti ACCU sepeda motor ini. Alat ini bisa memeriksa hingga 8 sampel sekaligus dengan cepat.
"Seperti detektor, jadi dia sebetulnya dalam alat SPR itu ada plat, dia nanti kita kasih senyawa yang bisa bereaksi terhadap COVID-19. Kalau di situ ada virus, ada ikatan si antibodi dengan virusnya akan mengubah sudut pembacaan, sehingga akan menunjukkan sinyal yang berbeda," imbuhnya.
Rapid tes 2.0 masih dalam tahap validasi. Rencananya dalam waktu dekat, alat-alat ini akan diujikan ke real sample sesuai dengan etika medis yang berlaku. Ia berharap, bulan Juni bisa memvalidasi sampel.
"Semua metode perlu validasi, untuk validasi kita lakukan 5.000 – 10.000 produksi untuk kepentingan validasi, bila alat ini ingin tambah produksinya, tentunya perlu peningkatan validasinya," tutupnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Metode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaAlat deteksi dini kanker serviks pakai AI ini jadi kabar bahagia bagi perempuan.
Baca SelengkapnyaPenyakit kanker paru-paru bisa dideteksi secara dini hanya melalui embusan napas.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kabupaten Kutai Timur kini telah menyediakan alat Skrining HIV Mandiri (SHM).
Baca SelengkapnyaTemuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaMochamad Ridwan Kamil, meresmikan Gedung Laboratorium Lingkungan Jawa Barat
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat melalui Bagian Umum dan Protokol (Umprot) membuat alat yang bisa menangkap polutan di udara.
Baca SelengkapnyaJusup mengatakan PET/CT ini mampu mendiagnosis kanker lebih akurat dengan durasi waktu yang singkat.
Baca SelengkapnyaKemenkes telah menyiapkan 12 laboratorium untuk mempercepat proses pemeriksaan mpox atau cacar monyet.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca Selengkapnya