Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jabar Klaim Punya Alat Baru Pendeteksi Virus, Lebih Akurat dan Murah

Jabar Klaim Punya Alat Baru Pendeteksi Virus, Lebih Akurat dan Murah Pedagang Pasar Kebon Kembang Bogor Tes Swab. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Akademisi beserta ilmuwan dari berbagai universitas di Jawa Barat mengklaim berhasil membuat dua alat tes pendeteksi virus corona. Alat baru ini diklaim lebih murah, lebih akurat dan mudah digunakan. Dibandingkan Rapid Test maupun PCR yang selama ini digunakan.

Diketahui, selama ini pemerintah melakukan masif testing deteksi virus corona dengan rapid test untuk mencari orang yang berpotensi terinfeksi virus corona, SARS-CoV-2 dengan menggunakan sampel darah. Rapid test bekerja dengan mendeteksi immunoglobulin dengan hasil bisa keluar hanya dalam waktu 15-20 menit dan bisa dilakukan di mana saja.

Namun, kelemahannya bisa menghasilkan 'false negative' yakni ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif jika pengetesan dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi.

Lalu, ada PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah metoda untuk menemukan partikel virus pada tubuh setiap individu dan menempatkan urutan gen Coronavirus tertentu. Liur dari hidung dan tenggorokan digunakan sebagai sampel. Pemeriksaan PCR membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan hasil karena hanya dapat dilakukan di laboratorium yang sudah ditunjuk pemerintah.

Made in Jabar

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan ilmuwan dan akademisi dari universitas sudah berhasil memproduksi alat tes baru di luar PCR dan Rapid Test. alat tersebut bernama Rapid Test 2.0 dan pembaruan dari PCR.

"Jabar dengan ilmuwannya, Unpad sebagai leading sektor bekerjasama dengan ITB dan lain-lain. Hari ini bisa memproduksi dua jenis alat tes di luar pcr dan rapid test. Yang pertama rapid test 2.0. Kecepatannya sama, seperti rapid tes darah tapi akurasinya 80 persen, tidak menggunakan darah," kata dia, Kamis (14/5).

Alat ini akan diproduksi pada bulan Juni sebanyak 5.000 test kit dulu dengan industri biotek di jabar. Pembuatan tahap berikutnya sebanyak 50 ribu unit test kit di bulan Juli.

"Harganya lebih murah, maksimal Rp120.000, (Rapid Test) yang dulu Rp300.000," kata dia.

"Lalu, penelitian Unpad dan ITB menghasilkan alat tes baru seperti PCR tapi tidak perlu laboratorium (untuk pengujiannya), hanya butuh laptop dan benda seperti aki motor isinya delapan sampel, bisa dibawa mobil, bisa mengetes di pasar, tempat pariwisata di mana pun. Akurasinya sama seperti PCR, harganya Rp 200 juta," terangnya.

Penjelasan Tim Ahli

Ketua Tim Riset Diagnostif COVID-19 Unpad Muhammad Yusuf menjelaskan alat ini lebih cepat mendeteksi virus karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi patogen. Proses pembentukan antibodi bisa memakan waktu berminggu-minggu.

Lain halnya dengan deteksi melalui antigen. Ketika seseorang mulai terinfeksi, muncul gejala, bisa langsung disampling dengan diambil swabnya. Hasilnya bisa dilihat dari garis merah dalam alat jika ada virusnya.

"(Pendeteksian) tidak harus menunggu antibodinya terbentuk,"katanya.

Cara kerjanya, sampel swab dari terperiksa tinggal dibubuhkan di permukaan alat rapid tes 2.0 ini. Hasilnya akan keluar dalam rentang waktu 10 – 15 menit. Pihaknya sudah bekerjasama dengan TMC dan Pakar Biomedika Indonesia untuk proses penyempurnaan alat tersebut.

Alat pendeteksi virus kedua hasil kerjasama Unpad, ITB dan BPPT bernama Surface Plasmon Resonance (SPR). Alat ini memiliki detektor portabel berukuran dan berbentuk seperti ACCU sepeda motor ini. Alat ini bisa memeriksa hingga 8 sampel sekaligus dengan cepat.

"Seperti detektor, jadi dia sebetulnya dalam alat SPR itu ada plat, dia nanti kita kasih senyawa yang bisa bereaksi terhadap COVID-19. Kalau di situ ada virus, ada ikatan si antibodi dengan virusnya akan mengubah sudut pembacaan, sehingga akan menunjukkan sinyal yang berbeda," imbuhnya.

Rapid tes 2.0 masih dalam tahap validasi. Rencananya dalam waktu dekat, alat-alat ini akan diujikan ke real sample sesuai dengan etika medis yang berlaku. Ia berharap, bulan Juni bisa memvalidasi sampel.

"Semua metode perlu validasi, untuk validasi kita lakukan 5.000 – 10.000 produksi untuk kepentingan validasi, bila alat ini ingin tambah produksinya, tentunya perlu peningkatan validasinya," tutupnya.

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Sebut Inovasi PCR dan USG Diuji Coba Deteksi Penyakit TBC Lebih Cepat
Menkes Sebut Inovasi PCR dan USG Diuji Coba Deteksi Penyakit TBC Lebih Cepat

Metode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.

Baca Selengkapnya
Mengenal AlteVIA Karya Mahasiswi Unair, Deteksi Dini Kanker Serviks Pakai AI Perbesar Peluang Sembuh 100 Persen
Mengenal AlteVIA Karya Mahasiswi Unair, Deteksi Dini Kanker Serviks Pakai AI Perbesar Peluang Sembuh 100 Persen

Alat deteksi dini kanker serviks pakai AI ini jadi kabar bahagia bagi perempuan.

Baca Selengkapnya
Peneliti Tengah Kembangkan Alat yang Bisa Bantu Diagnosis Kanker Paru-paru Hanya Melalui Embusan Napas
Peneliti Tengah Kembangkan Alat yang Bisa Bantu Diagnosis Kanker Paru-paru Hanya Melalui Embusan Napas

Penyakit kanker paru-paru bisa dideteksi secara dini hanya melalui embusan napas.

Baca Selengkapnya
Tes HIV Mandiri Kini Ada di Kutai Timur, Tingkatkan Kewaspadaan Dini
Tes HIV Mandiri Kini Ada di Kutai Timur, Tingkatkan Kewaspadaan Dini

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur kini telah menyediakan alat Skrining HIV Mandiri (SHM).

Baca Selengkapnya
Deretan Riset Ilmiah Indonesia Dapat Pengakuan Dunia, Termasuk Ubah Air Jadi Bahan Bakar
Deretan Riset Ilmiah Indonesia Dapat Pengakuan Dunia, Termasuk Ubah Air Jadi Bahan Bakar

Temuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.

Baca Selengkapnya
Mengenal JN.1, Varian Baru Pemicu Lonjakan Covid-19 di Singapura
Mengenal JN.1, Varian Baru Pemicu Lonjakan Covid-19 di Singapura

Varian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.

Baca Selengkapnya
Laboratorium Lingkungan Hidup Jabar Baru Diresmikan, Siap Tindak Pabrik Pembuang Limbah
Laboratorium Lingkungan Hidup Jabar Baru Diresmikan, Siap Tindak Pabrik Pembuang Limbah

Mochamad Ridwan Kamil, meresmikan Gedung Laboratorium Lingkungan Jawa Barat

Baca Selengkapnya
Pemkot Jakpus Hasilkan Inovasi Bernama 'Tepat Guna' Diklaim Bisa Tekan Polusi Udara, Begini Cara Kerjanya
Pemkot Jakpus Hasilkan Inovasi Bernama 'Tepat Guna' Diklaim Bisa Tekan Polusi Udara, Begini Cara Kerjanya

Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat melalui Bagian Umum dan Protokol (Umprot) membuat alat yang bisa menangkap polutan di udara.

Baca Selengkapnya
EMC Healthcare Bakal Instal Alat Deteksi Kanker Pertama di Asia
EMC Healthcare Bakal Instal Alat Deteksi Kanker Pertama di Asia

Jusup mengatakan PET/CT ini mampu mendiagnosis kanker lebih akurat dengan durasi waktu yang singkat.

Baca Selengkapnya
Siap Tekan Persebaran Mpox atau Cacar Monyet, Kemenkes Siapkan 12 Laboratorium di Seluruh Indonesia
Siap Tekan Persebaran Mpox atau Cacar Monyet, Kemenkes Siapkan 12 Laboratorium di Seluruh Indonesia

Kemenkes telah menyiapkan 12 laboratorium untuk mempercepat proses pemeriksaan mpox atau cacar monyet.

Baca Selengkapnya
Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya
Empat Strategi Menkes Hadapi Potensi Pandemi Selanjutnya

Dari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI
Menkes Ungkap Asal Usul Omicron EG.5 Pemicu Kenaikan Covid-19 di RI

Saat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.

Baca Selengkapnya