Jadi tukang cukur keliling, Kakek Amir tak pernah pasang tarif
Merdeka.com - Sudah 34 tahun Amir setia dengan profesinya menjadi tukang cukur keliling. Selama itu pula dia bisa menghidupi empat anaknya yang hampir semuanya menempuh pendidikan hingga jenjang SMA.
Meski barang-barang serba mahal, penghasilan tak menentu, pemilik nama Amir Yahya ternyata percaya akan jaminan rezeki jika semua orang menuntun cara kerja ikhlas.
"Saya dari tahun 1982 nyukur memasang tarif mulai dari Rp 150 - Rp 250. Dan terus naik, tapi dari situ saya sudah tidak lagi memasang tarif, saya ikhlas saja bekerja, ibadahnya jangan lupa. Waktunya salat ya salat," cerita Amir pada merdeka.com, Minggu (21/8) di kawasan Antapani, Kota Bandung.
-
Siapa yang dapat diinspirasi dengan kata-kata syukur? Berikut ini adalah kumpulan kata-kata syukuran yang dapat menginspirasi dan menyentuh hati:
-
Siapa yang menekankan pentingnya bersyukur? Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa salah satu cara untuk meraih ridha Allah SWT adalah dengan bersyukur atas segala pemberian-Nya.
-
Apa makna dari kata-kata syukur? Ungkapan rasa syukur merupakan hal penting dalam kehidupan. Dengan bersyukur, kita dapat lebih menghargai segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Tuhan.
-
Siapa saja yang bisa bersyukur? Allah tahu apa yang terbaik buat kamu dan kapan waktu yang tepat untuk kamu memilikinya.
-
Kebahagiaan apa yang dirasakan orang tua? Peserta yang lebih muda cenderung menggambarkan kebahagiaan sebagai perasaan euforia atau kegembiraan yang besar, sementara peserta yang lebih tua cenderung merasa bahagia ketika mereka merasa damai, tenang, dan rileks.
-
Apa yang membuat orang tua merasa diberkati? 'Do you ever look at your child and start smiling? Not because your child did something amazing, just smiling because you realize how blessed you really are.' – Unknown-
Kakek 64 tahun itu mengaku, tidak tega memasang tarif pada orang yang menggunakan jasanya. Jika melihat jasa tukang cukur, apalagi barbershop, dia merasa tak sebanding dengan apa yang diberikan pada konsumen.
Amir bekerja hanya membawa gunting cukur, dan perkakas lainnya yang tidak dia rubah sejak kali pertama menjadi tukang cukur pada 1982.
"Kalau sekarang ada yang ngasih Rp 7 ribu (per sekali potong) ya terima saja. Rezekinya segitu. Tapi mungkin rezeki saya ada di tempat lain. Kalau percaya pasti nanti ada rezeki lagi, ya kalau ada orang yang berlebih suka ngasih Rp 20 ribu," ungkap pria yang akrab disapa Mang Kumis ini sambil memperlihatkan alat cukurnya.
Dengan cara itu Amir merasa hidupnya tidak pernah merasa kekurangan, sebab apa yang didapatnya saban hari tetap harus disyukuri. "Sehari dapat empat kepala Alhamdullilah, sehari dapat lima syukuri apalagi kalau di atas lima kepala. Itu dikasih lebih (rezekinya) sama Allah," kata pria kelahiran Sumedang tersebut.
Kini Amir hidup bersama sang istri Eem (59) di rumah amat sederhana di kawasan Cicadas, Kota Bandung. Anak-anaknya sudah seluruhnya memiliki keturunan dan tidak lagi satu atap.
"Sekarang saya di rumah saja berdua sama istri. Istri di rumah saja jadi ibu rumah tangga, anak-anak saya sudah punya anak lagi. Saya mah kakek," ujarnya.
Amir saban hari berkeliling dengan cara berjalan kaki menawarkan jasa cukur. Jarak yang ditempuh tidak main-main karena bisa mencapai belasan kilometer mencari orang yang ingin terlihat rapi.
Nah, bagi Anda yang kebetulan melihat pria berkumis di jalan membawa gembolan tas, coba saja pakai jasanya. Amir biasanya berkeliling di kawasan Cicadas, Jalan Pahlawan, Jalan Padasuka, dan Antapani.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama menjadi tukang cukur, ia tidak pernah memasang tarif. Ia bekerja dengan niat 'Lillahi ta'ala,'.
Baca SelengkapnyaBerikut sosok nenek usia 70 tahun lebih yang tiap hari ikhlas bersihkan Masjid dan tak mau digaji.
Baca SelengkapnyaViral kisah haru Ustaz Gunawan tinggal di gubuk. Semua hartanya sudah diwakafkan.
Baca SelengkapnyaSemua dilakukan semata-mata hanya karena ingin hidup tanpa merepotkan siapapun, termasuk anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaDalam tausiahnya, UAH menyampaikan kisah seorang kakek yang merawat musala di sebuah desa.
Baca SelengkapnyaPemuda bernama Cecep ini ingin terus membersihkan masjid hingga dirinya dipanggil sang maha kuasa.
Baca SelengkapnyaPerjuangan pak Ahmad yang rela banting tulang jualan agar-agar demi keluarganya.
Baca SelengkapnyaDi masa tuanya, ia masih harus bekerja untuk mengisi perut keluarganya.
Baca SelengkapnyaTukang cukur bernama Pak Edo ini menggantungkan hidup dari warga kampung yang ingin mencukur rambut.
Baca SelengkapnyaPria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca Selengkapnya