Jalan Nasional di Jambi Macet 22 Jam, Pasien dalam Ambulans Meninggal
Merdeka.com - Kemacetan parah terjadi di jalan nasional menjelang Simpang Tembesi, Kabupaten Batanghari sudah berlangsung 22 jam. Kondisi itu menyebabkan banyak kerugian, bahkan seorang pasien dalam ambulans dilaporkan meninggal dunia di tengah kemacetan itu.
Ambulans itu dikabarkan membawa pasien dari Sarolangun menuju Jambi, Selasa (28/2) malam. Namun, pasien meninggal saat kendaraan yang seharusnya mendapat prioritas itu juga terjebak macet.
Berdasarkan pantauan, ambulans itu terpaksa putar arah menuju Sarolangun. Para pengguna jalan berupaya membuka jalan sehingga ambulans bisa membawa jenazah pasien itu pulang ke rumah duka.
-
Di mana kemacetan parah terjadi? Viral di media sosial kemacetan horor terjadi kembali di kawasan wisata Puncak Bogor, Jawa Barat, saat libur panjang akhir pekan.
-
Apa penyebab kemacetan parah di Jakarta? 'Kalau kemarin itu karena banjir di beberapa titik banjir. Kalau tadi malam hanya kepadatan karena aktivitas masyarakat untuk buka puasa, itu saja,' jelasnya.
-
Dimana kemacetan semakin parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Di mana kecelakaan maut itu terjadi? Kecelakaan ini terjadi pada (1/9/2023), di mana mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan dengan truk bermuatan pasir. Kecelakaan ini terjadi di Segamat, Malaysia.
-
Kenapa kemacetan di Jakarta semakin parah? Indeks kemacetan DKI Jakarta naik dari peringkat ke-46 menjadi posisi ke-29 kota termacet di dunia. Berdasarkan riset TomTom InterInternational.
-
Di mana jalan rusak yang membuat warga harus menandu pasien? Sejumlah penduduk di Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sumatra Utara, harus berjuang saat merujuk seorang warga sakit menggunakan tandu.
Hingga Rabu (1/3) sore, kendaraan yang tidak bisa bergerak masih memadati jalan sepanjang 15 kilometer. Tidak ada petugas yang mengatur lalu lintas di sana, "Kita sopir-sopir inilah yang mengatur. Malam-malam mana ada petugas, mereka enak-enak tidur, kita begadang semalaman di jalan," kata Doni, sopir kendaraan pengangkut ikan, Rabu (1/3).
Dia berharap kemacetan cepat terurai dengan bantuan petugas yang mengatur lalu lintas. Dengan tidak ada petugas, maka pengemudi saling tidak mau mengalah, yang menyebabkan jalan terkunci dan tidak bisa bergerak.
"Ini bukan lagi macet. Tapi tidak bergerak. Hanya Tuhan yang tahu, kapan kemacetan ini akan terbuka," ujar Doni.
Picu Kerugian Besar
Kemacetan itu telah menyebabkan banyak kerugian. Doni mencontohkan, sebab sebagian besar ikan yang dibawanya menuju Pasar Angsoduo Jambi telah mati. "Kami nih bawa ikan segar sampailah mati Bang, kayak mana dak mati, kami beh terjebak macet nih dari kemarin sore sampai lah saat ini," ujarnya.
"Yang kami bawa nih 20 drum ikan, itu lihatlah sudah pada telentang Bang ikannya, jadi rugi banyak kami nih," imbuh dia.
Doni menambahkan, harga ikan yang telah lama mati berbeda jauh harganya dengan ikan yang masih segar ketika dibawa ke pasar. "Harga ikan segar atau hidup Rp25 ribu per kilo sedakan ikan mati Rp10 ribu,"ujarnya.
Hal senada dikeluhkan sopir truk yang membawa perabot rumah tangga, Setiawan. Lelaki 37 ini sudah terjebak lebih dari 15 jam. "Dari sore kemarin, kami ini sudah terjebak kemacetan. Kalau sudah begini ya bisanya cuma pasrah dan sabar," kata Setiawan.
Aktivitas Truk Pengangkut Batu Bara
Dia mengaku sudah berkali-kali terjebak macet karena ada belasan ribu batubara yang bergerak serentak pada malam hari, untuk mengangkut batu bara dari tambang menuju pelabuhan Talang Duku, Kabupaten Muarojambi. Namun, kemacetan sejak tadi malam merupakan yang terparah.
Masyarakat memang sudah terbiasa, karena sudah bertahun-tahun kemacetan terjadi tanpa solusi. Titik kemacetan ini di perbatasan Kabupaten Sarolangun-Batanghari, lalu mulai dari Karmeo-Simpang Tembesi, titik terparah selanjutnya Simpang Tembesi-Sridadi.
"Waktu untuk anak dan istri yang memang tergadai kalau sudah macet. Kami sopir ini punya jadwal ya, hari ini dan jam sekian misalnya kami harus sudah berangkat, kalau macet, tentu tidak ada lagi waktu istirahat di rumah," kata pria yang akrab disapa Wawan.
Kerugian terbesar bagi Wawan adalah hilangnya waktu bersama keluarga. Selanjutnya duit jalan yang sering minus, sehingga membuatnya merogoh kocek sendiri.
"Kalau uang jalan habis, mau tidak mau pakai uang sendiri. Itu artinya setoran bulanan untuk di rumah, ya berkurang," keluhnya.
Tidak Ada Solusi
Sementara, Rendi selaku sopir truk batu bara mengaku kerap menjadi sasaran kemarahan masyarakat. "Kalau sudah macet lebih dari 12 jam, apalagi sudah lebih sehari semalam, kami sopir batu bara ini kadang yang disalah-salahkan masyarakat, disebut biang kemacetan," ujar Rendi.
Angkutan batu bara sudah mencapai belasan ribu unit di jalanan. Dengan aturan pemerintah untuk angkutan batu bara hanya boleh melintas pukul 18.00 WIB malam, maka semua angkutan batu bara keluar dalam waktu bersamaan, tentu ini yang menjadi sumber kemacetan.
"Jumlah armada memang banyak, belasan ribu. Kalau batu bara boleh lewat siang, maka kemacetan tidak parah. Kemacetan ini karena ribuan truk batu bara serentak keluar dari tambang, jadi penuh lah jalan,"ujar Rendi dan memberikan solusi.
Dia berharap pemerintah menerapkan sistem kuota dan jadwal setiap angkutan batu bara. Sehingga waktu tempuh tidak memakan waktu 3 hingga 5 hari di jalanan.
"Masih ada lah sisa uang jalan untuk supir walau macet-macet begini. Tapi nominalnya sudah kecil. Sementara harga-harga barang terus tinggi," kata dia.
Terkait kemacetan ini, Rendi sudah melapor ke atasannya, tetapi sampai sekarang belum ada solusi baik dari perusahaan tambang batu bara maupun dari pemerintah.
Dengan kemacetan ini sudah mengurai uang jalan yang diberikan bos. Selain membayar BBM, makan di jalan, sopir truk batu bara juga harus bayar uang ke kantong parkir dengan harga bervariasi mulai dari Rp20.000. Belum lagi ada pihak-pihak yang meminta uang di jalanan.
Tidak hanya itu, pengeluaran sopir angkutan batu bara berkali-kali lipat lebih besar dibanding waktu normal tanpa kemacetan.
"Kami sedih melihat masyarakat selalu terjebak kemacetan. Ada orang sakit di ambulans sampai meninggal, anak susah mau sekolah. Tapi kami (sopir batu bara) butuh makan, kami sudah lapor ke bos, tapi tetap tidak ada solusi. Mau tidak mau kamu jalani, setiap hari macet," tutupnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satu unit ambulans dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datu Pancaitana Kabupaten Bone jatuh ke jurang di Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.
Baca SelengkapnyaRizky mengatakan jumlah jumlah kendaraan yang memasuki Puncak saat libur panjang Maulid Nabi ini mencapai 150.000 kendataan.
Baca SelengkapnyaHingga pagi hari di kawasan Gunung Mas Puncak, Bogor terpantau masih padat merayap.
Baca SelengkapnyaAda truk maupun bus yang berhasil melintas. Namun tak sedikit yang kandas.
Baca SelengkapnyaKasat Lantas Polres Bogor AKP Rizky Guntama mengungkapkan, korban bernama Nimih (55) asal Cipayung, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaDari 15 korban, dua di antaranya meninggal dunia dan 13 luka-luka.
Baca SelengkapnyaLongsor Timbun Jalan Lintas Sitinjau Lauik, Pengendara Terjebak sejak Siang
Baca SelengkapnyaJalan lintas Sumatera terpantau macet parah sepanjang 12 kilometer pada Jumat (5/4) sore.
Baca SelengkapnyaSatu yang meninggal dunia di lokasi bernama Jumadi (55) asal Klaten merupakan pendamping sopir
Baca SelengkapnyaKecelakaan ini membuat seorang anak 13 tahun meninggal dunia. Selain itu, 28 orang mengalami luka-luka.
Baca SelengkapnyaJalan nasional di Desa Pasar Tamiai lumpuh para pengendara tidak bisa melintas.
Baca SelengkapnyaKorban kecelakaan tersebut telah dibawa ke dua rumah sakit yakni RS Abdul Rozak dan Siloam.
Baca Selengkapnya