Jalani Operasi 7 Jam, 1 Bayi Kembar Siam Asal Palembang Meninggal Dunia
Merdeka.com - Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang bekerjasama dengan RS Dr Soetomo Surabaya melakukan operasi pemisahan bayi kembar siam, Aysha (bayi 1) dan Alisya (bayi 2), Selasa (27/8). Setelah operasi selama tujuh jam, satu dari bayi tersebut meninggal dunia.
Operasi pemisahan bayi pasangan Afit (30) dan Orin Safitri (26) itu dimulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB oleh 30 dokter dari dua rumah sakit itu. Sementara persiapan telah dilakukan sejak pukul 01.00 WIB dini hari.
Dokter spesialis bedah anak RSMH dr Sindu Saksono mengungkapkan, bayi yang meninggal adalah Alisya. Penyebabnya lantaran pembuluh darah vetal circulation yang menghubungkan kedua bayi diputus atas kesepakatan tim dokter.
-
Kenapa bayi nya meninggal? Salah satu penyebab bayi laki-laki itu meninggal dunia karena lokasi melahirkan tidak memadai.
-
Bagaimana bayi perempuan itu meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama 'Neve,' diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Mengapa bayi meninggal? Kelainan genetik yang dialami anak ini membuat jantung tidak dapat menerima atau memompa cukup darah setiap kali berdetak dan mengakibatkan kematian dini anak laki-laki tersebut karena gagal jantung, ungkap para peneliti seperti dikutip dari laman Live Science.
-
Apa yang membuat bayi meninggal? Jumaa dan Ali lahir prematur pada usia delapan bulan, namun dalam kondisi stabil pada saat itu. 5 bayi meninggal dalam 2 pekan akibat hipotermia
-
Kenapa bayi kembar Batran meninggal? ‘Istri saya sudah bangun. Saya bertanya kepadanya apa yang salah, dan dia menunjuk ke arah Jumaa dan menggelengkan kepalanya,' kenang Batran.'Ali terlihat setengah hidup. Tapi Jumaa, saya sudah mencoba membangunkannya tapi dia tidak mau bangun,' kata istrinya seraya mengatakan kepala Jumma terasa seperti es dan wajahnya pucat, tidak bernyawa.
-
Kapan dua bayi tersebut meninggal? Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
"Kami mohon maaf karena tidak bisa menyelamatkan keduanya. Bayi 2 mendapat asupan darah dari bayi 1, ketika asupan terhenti tidak ada pasokan darah lagi," ungkap Sindu, Selasa (27/8).
Dijelaskannya, kedua bayi itu saling menempel dari dada hingga ke pinggang. Bayi Alisya tidak memiliki paru-paru sehingga sistem pernapasan tidak lengkap. Sejak lahir 12 Agustus 2019 di RSUD Kayuagung, bayi Alisya menumpang bernafas dari Aysha.
"Ini menyebabkan bayi 2 kewalahan, jantungnya membengkak sehingga diputuskan harus dipisahkan. Memang sejak dirujuk kondisi keduanya sudah buruk," kata dia.
Dokter Spesialis Anak RSMH Palembang dr Ria Nova menjelaskan, kembar siam yang dialami oleh Aysha dan Alisya merupakan mixed tharaeo abdomino pyropagus atau penyatuan di sebagian badan dada dan perut serta pinggang. Bayi kembar ini dirujuk ke RSMH Palembang pada 14 Agustus 2019.
Bayi Alisya atau yang selamat, mengalami kelainan jantung atresia trikuspid yang menyebabkan katup jantung tidak terbuka lebar. Dia juga mengalami microchepaly yang menyebabkan ukuran kepalanya lebih kecil dari normal dan labio gnato palato schizis atau sumbing.
"Bayi Aysha masih dirawat di NICU selama tujuh hari. Kondisinya masih stabil," kata dia.
Usai operasi, tim dokter memaksimalkan kontrol terhadap luka hasil operasi, suhu, dan sirkulasi darah karena terjadi penebalan dinding jantung akibat menopang pernapasan bagi 2 sebelumnya. Terpenting juga memantau tanda-tanda infeksi usai operasi karena potensinya cukup tinggi.
"Kita lihat tujuh hari ke depan, di situ bisa ditentukan berhasil atau tidak. Sementara masa perawatan cukup lama, yakni satu tahun," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama dua hari dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya, kondisi Arsenio tak kunjung membaik.
Baca SelengkapnyaKini bayi kembar itu sudah tumbuh dewasa, dan menjadi orang sukses di bidangnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaBocah 7 tahun meninggal dunia diduga jadi korban malapraktik operasi amandel di RS Kartika Husada Jatiasih.
Baca SelengkapnyaSeorang bocah meninggal dunia diduga korban malapraktik usai menjalani operasi amandel di Rumah Sakit Kartika Husada, Jatiasih, Kota Bekasi
Baca SelengkapnyaPemeriksaan saksi bagian dari rangkaian penyelidikan guna menemukan unsur pidana dalam laporan tersebut.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal, A didiagnosis mengalami mati batang otak.
Baca SelengkapnyaKesepakatan untuk berdamai diambil setelah pihak rumah sakit menjalin komunikasi dengan pihak keluarga sejak BAD meninggal.
Baca SelengkapnyaPolisi mulai mengusut dugaan malapraktik yang dilakukan RS Kartika Husada Bekasi terhadap pasien anak A.
Baca SelengkapnyaKejadian bermula saat istri MR sedang hamil tua mengalami konstraksi pada 14 September 2024. MR membawa istri ke sebuah klinik di kawasan Cilincing, Jakarta
Baca SelengkapnyaPasien tersebut sebelumnya mengalami kecelakaan sehingga terluka di bagian perut belakang, karena terkena golok milik korban.
Baca SelengkapnyaPolisi bakal periksa keluarga korban bocah A (7) yang meninggal usai alami mati batang otak setelah menjalani operasi amandel
Baca SelengkapnyaSudah setahun kasus ini berjalanan, namun pihak rumah sakit tak kunjung memberikan pertanggungjawaban.
Baca Selengkapnya