Jangan Mudah Jatuh Cinta di Dunia Maya
Merdeka.com - Kata orang cinta membuat buta. Hampir tak ada rasa ragu. Selain sayang dan rindu.
Begitulah perasaan DLS (26) saat itu. Pesona seorang pria membuatnya tak bisa membedakan. Mana cinta tulus atau hanya mengincar fulus.
Akhirnya, pupuslah mimpi mendapat cinta sejati. Yang terjadi hartanya malah digerogoti.
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Siapa yang terlibat dalam penipuan ini? Ia dituduh sebagai kaki tangan Barbara, namun tampaknya sangat bersedia untuk bersaksi melawan istrinya itu dengan imbalan hukuman yang lebih ringan.
-
Siapa saja yang terlibat dalam penipuan ini? Mereka terus-menerus menanyakan kesehatannya,' kata sang putra kepada Taiwan EBC News.
-
Siapa korban penipuan ini? Namun data universitas itu masih dalam penyidikan sehingga belum bisa disampaikan ke publik.
-
Apa saja jenis penipuan yang dilakukan? Dalam makalah penelitian ini, peneliti mengkaji berbagai jenis penipuan, termasuk transfer bank, pencurian kartu hadiah, transfer kripto, serta pencurian kredensial akun media sosial atau Gmail.
-
Siapa yang melakukan cinta palsu? Orang yang hanya ingin memanfaatkan sering menggunakan janji-janji manis untuk membuatmu tetap bertahan, tetapi tanpa usaha nyata untuk memenuhinya.
Berbekal foto pemuda tampan dan mengaku hidup mapan, pria bernama Tama berhasil menipu DLS. Dia membuat DLS jatuh cinta meski hanya bertemu di dunia maya.
Wanita itu dibuat mabuk asmara. Sampai tak sadar uangnya sudah terkuras ratusan juta.
Modus penipuan seperti ini memang marak di dunia maya. Sindikat ini sengaja mengincar akun media sosial wanita karena dianggap mudah diperdaya. Apalagi urusan cinta.
Sindikat ini dikenal dengan istilah scammer cinta. Mereka coba meraup keuntungan dari para korbannya di media sosial yang teperdaya bujuk rayu. Para pelaku bisa individu atau kelompok. Ada yang dari dalam maupun luar negeri.
Dalam aksinya, mereka memanfaatkan media sosial seperti Facebook. Agar korban mudah percaya, mereka memasang foto profil hingga identitas palsu.
Menengok Sindikat Scammer Cinta
Banyaknya wanita yang menjadi korban penipuan berbalut perkenalkan di media sosial menjadi perhatian seorang perwira menengah AKBP Bayu Suseno. Hingga dia menjadikan tema itu sebagai penelitian untuk disertasinya.
Sering kali, katanya, para penipu ini memasang foto polisi berseragam di foto laman utama Facebook mereka. Selain itu, ada pula yang memasang foto seorang pelaut, pramugara, dokter, pegawai bank, artis, dan lain-lain.
Mereka beraksi dari sejumlah daerah di Indonesia. Ada yang di Lampung, Jakarta, Riau, Bandung dan beberapa kota lainnya.
Fakta lainnya yang didapat, pelaku juga ada yang bekerja dari dalam lapas.
"Dia jadi napi karena kasus lain. Begitu jadi napi, dia belajar kejahatan scammer," tutur AKBP Bayu kepada merdeka.com pekan lalu.
Karena itu, dia juga berharap pihak lapas bekerja sama mengawasi kejahatan ini.
"Salah satu saran rekomendasi adalah perbaikan sistem dalam Lapas. Mulai dari sistem pengawasan, integritas petugas, penambahan alat jammer dan lain-lain. Agar tidak ada lagi peredaran HP di dalam Lapas yang digunakan napi untuk melakukan kejahatan baru," ungkapnya.
Kenapa Orang Mudah Diperdaya?
Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat korban mudah percaya dengan data atau identitas yang disampaikan pelaku lewat akun media sosial. Misalnya ketika ada sebuah akun akun yang memasang foto seseorang berseragam polisi, para korban cenderung percaya sejak pertama kali berkenalan.
"Lemahnya pemahaman masyarakat tentang kejahatan siber di media sosial, masyarakat tidak memahami tentang budaya siber antara lain tentang konstruksi identitas di media sosial, orang bisa menjadi apapun di media sosial, nah masyarakat mengira bahwa akun tersebut benar-benar anggota Polri," kata Bayu.
Selain itu, lemahnya penegakan hukum pada korban kejahatan scammer di media sosial. Ada korban yang sudah melapor tetapi kasusnya belum ditangani.
"Lemahnya penegakan hukum. Para korban kejahatan ini sudah melapor ke kepolisian, namun belum ditangani dengan optimal," ucapnya.
Oleh karena itu, sebagai bentuk perlindungan terhadap masyarakat, dia menyarankan anggota Polri tidak mudah menerima permintaan pertemanan di media sosial. Sebab ditakutkan, ada pihak tak bertanggung jawab mengambil foto anggota tersebut untuk kepentingan tidak baik.
"Para anggota Polri yang memiliki media sosial juga tidak berhati-hati dalam menerima pertemanan, sehingga pada saat ada pelaku yang mengajak berteman melalui medsos, tidak dicek dulu keasliannya, akhirnya foto-foto polisi asli dapat dengan mudah disalahgunakan," imbau Bayu.
Jeli Melihat Segala Informasi di Media Sosial
Kasus penipuan di media sosial dengan modus menjalin hubungan secara personal antara pelaku dan korban memang belakang semakin marak. Itu sebabnya, pengamat media sosial, Enda Nasution, meminta masyarakat untuk memahami bahwa tak semua informasi yang berada di sosial media itu benar 100 persen. Sehingga jangan percaya begitu saja, dan perlu dipilah dengan baik.
"Ya intinya sih udah pasti informasi yang ada di sosial media udah pasti kita enggak bisa percaya 100 persen ya," ujar Enda, saat dihubungi merdeka.com pekan lalu.
Sebab, kata Enda, para pelaku kejahatan di dunia maya coba memanfaatkan berbagai situasi untuk menipu korbannya.
"Jadi apakah itu ya sifatnya seperti ini memanfaatkan orang yang mungkin kesepian atau menawarkan cinta dan lain sebagainya atau juga termasuk hoaks misalnya informasi yang belum tentu benar dan lain sebagainya," katanya.
"Jadi kalau dapat informasi apapun, foto ada orang chatting jangan percaya dulu informasi yang ada. Kedua adalah coba mintakan pendapat ke temen dan keluarga kalau ada yang aneh-aneh. Ada yang minta uanglah, ada yang mau ajak kenalan. Konsultasikan aja, tanyain sama temen dan keluarga, boleh kan," ungkapnya.
Selanjutnya, cari informasi sebanyak mungkin atas apa yang diterimanya. Seperti jika ada seseorang yang mengaku sebagai TNI, Polri, PNS dan lainnya.
"Kalau dia misalnya PNS, ABRI, Polisi, kan kalau cuma pakai baju doang sih orang juga bisa beli baju ya, banyak kasus penipuan seperti itu. Nah coba ada bukti yang lain enggak misalnya dia lagi bertugas, lagi apa, ada temen-temen dinasnya yang lainnya atau yang paling gampang ya ketemu langsung," jelasnya.
"Misalnya ketemu langsung di tempat yang aman atau ditemani dengan keluarga dan teman yang lain gitu," sambungnya.
Lalu yang terakhir, kita harus curiga terhadap orang yang baru kita kenal tersebut apabila orang itu meminta uang dengan berbagai alasan seperti sakit atau ada kebutuhan segala macam.
"Maka sudah sewajarnya kita curiga gitu, sedangkan orang yang sudah lama saja kalau ada permintaan uang dan segala macem pasti kita lebih hati-hati. Apalagi ini ada yang baru ketemu dan ketemuannya juga hanya kenal di sosial media gitu," tutup Enda. (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka mampu menggaet pelaku melalui aplikasi dating Tinder, Bumble, Okcupid, Tantan dan sebagainya.
Baca SelengkapnyaAksi penipuan dengan bujuk rayu, rayuan, yang pada akhirnya korban tertarik dengan iming-iming maupun rayuan,
Baca SelengkapnyaKeluarga besar korban pun ikut tertipu dengan aksi pelaku
Baca SelengkapnyaTerduga pelaku mengambil keuntungan melalui pernikahan dengan cara menyediakan pengantin wanita Warga Negara Indonesia (WNI) untuk Warga Negara China.
Baca SelengkapnyaPemerintah China memperingatkan warganya, terutama kaum muda, agar berhati-hati dengan lelaki tampan dan permepuan cantik.
Baca SelengkapnyaModus penipuan dengan mengatasnamakan Bea Cukai marak terjadi. Biasanya, menyasar para penjual dan pembeli barang dari luar negeri.
Baca SelengkapnyaKasus penipuan modus kerja dengan like dan subscribe youtube tidak hanya menipu para korban dengan menggasak uangnya saja.
Baca SelengkapnyaDirreskrimsus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak bicara pentingnya meningkatkan kemampuan literasi digital agar terhindar dari penipuan online.
Baca SelengkapnyaMemiliki pendidikan lebih baik dan kepintaran tidak membuat seseorang dijamin kebal dari penipuan. Kenali mengapa mereka tetap rentan menjadi korban tipuan ini:
Baca SelengkapnyaHimawan berharap agar masyarakat harus lebih teliti dalam menerima setiap informasi.
Baca SelengkapnyaPerkembangan e-commerce menjadi salah satu roda penggerak ekonomi digital di Indonesia
Baca SelengkapnyaPenipu biasanya akan meminta informasi pribadi atau transfer dana dengan dalih verifikasi
Baca Selengkapnya