Jargon Kampanye Bukan Lagi Adu Program Tapi Politik Identitas
Merdeka.com - Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi menyayangkan, tahun politik justru dimanfaatkan untuk memecah belah masyarakat. Padahal seharusnya tahun ini menjadi ajang pendidikan pendewasaan politik masyarakat.
Dia menuturkan, selama tahun 2018, sebagian besar energi rakyat Indonesia terserap ke dalam atmosfer kampanye dan kegiatan politik. Disayangkan, ujaran kebencian dan narasi negatif tersebar dengan massif di media sosial.
"Tapi faktanya sepanjang tahun politik ini, kita menyaksikan narasi kampanye dipenuhi ujaran kebencian, Hoaks, fitnah, kampanye hitam, dan perdebatan minim data," katanya di dalam diskusi 'Refleksi Akhir Tahun: Memperteguh Komitmen Kebangsaan di Tahun Politik' di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (30/12).
-
Siapa yang diserang menjelang Pemilu? 'Jadi media center ini bukan media center capres-capresan, jadi tidak untuk capres-capres tapi ini untuk pelurusan informasi data dari pemerintah sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi yang valid ataupun serangan yang diterima (untuk pemerintah). Sekarangkan banyak juga serangan yang kami terima, urusan capres tapi serangannya ke Pemerintah,' imbuhnya.
-
Kenapa banyak orang benci politik? Salah satu alasan orang membenci politik adalah bukan kebenaran menjadi tujuan politisi, tapi pemilihan dan kekuasaan.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
-
Mengapa Pilkada DKI 2017 menarik perhatian? Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pemilihan kepala daerah yang menarik perhatian. Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Bagaimana pemilu di Indonesia berkembang? Pemilu di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan evolusi sejak masa kolonial hingga era modern.
-
Bagaimana incumbent memanfaatkan popularitasnya? Keberadaannya yang sudah dikenal dapat menjadi modal politik yang kuat dalam meraih dukungan.
Contohnya, ada tokoh politik yang menyebut pilpres 2019 sebagai perang Baratayudha, Armageddon, atau perang badar. Seharusnya, iklim politik diisi dengan adu gagasan bukan politik identitas.
"Jargon dan kampanye politik bukan lagi bersifat adu program, tapi lebih menonjolkan politik identitas dan SARA," ujarnya.
Menurutnya, diperlukan komitmen bersama untuk melalui tahun politik dan pemilu 2019 tanpa unsur memecah belah bangsa.
"Terutama generasi muda, harus memperteguh komitmen kebangsaan di tahun politik ini. Pemilu 2019 adalah kontestasi menuju Indonesia yang lebih baik, bukan memecah belah," tegasnya.
Dalam acara itu, hadir anggota DPR RI Maruarar Sirait, PP Muhammadiyah H. Hajriyanto Y. Tohari, Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta, Politisi NasDem Effendi Choiri, Ketum PB HMI Saddam Al Jihad, Ketum DPP GMNI Roybatullah Kusumajaya, Ketum PP PMKRI Juventus Prima Yoris Kago, Ketum DPP IMM Najih Prasetyo, Ketum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi, Ketua Satgas Nusantara Irjen Gatot Eddy Pramono.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika sebelumnya begitu kencang hembusan politik identitas, sekarang isunya bergeser menjadi oligarki dan dinasti politik.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaSituasi panas yang terjadi di ruang publik berpotensi disusupi agenda politik tertentu
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca Selengkapnya"Hari ini mesti kita lawan tidak bisa kita biarkan," kata Ganjar.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaDirinya pun mencontohkan pada saat menjadi hakim Mahkamah Konstitusi banyak sekali kasus yang serupa dengan hal itu.
Baca SelengkapnyaMereka menggaungkan demokrasi berjalan dengan aman, damai dan jujur.
Baca SelengkapnyaDirektur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang memaparkan analisis debat capres perdana digelar KPU pada Selasa lalu.
Baca Selengkapnya