Jaringan mafia di balik tambang pasir ilegal di Lumajang

Merdeka.com - Almarhum Salim Kancil menjadi martir penolakan penambangan pasir di Desa Selok Awar-awar, Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Almarhum yang sehari-hari berprofesi sebagai petani itu tewas mengenaskan setelah disiksa puluhan preman pro kegiatan tambang.

Selain Salim, Tosan juga ikut menjadi korban penyiksaan. Beruntung, Tosan ditinggalkan para pelaku karena disangka sudah tewas setelah dianiaya.

Kasus tewasnya Salim Kancil dan penganiayaan yang dialami Tosan tersebut menjadi awal terbongkarnya praktik penambangan pasir ilegal di wilayah tersebut. Hal yang awalnya cuma menjadi isu lokal, kini menjadi isu nasional.

Perlahan demi perlahan, tabir penambangan pasir liar yang menjadi biang keladi permasalahan terungkap. Praktik tersebut ternyata diduga melibatkan sejumlah pihak, mulai dari aparat negara hingga pengusaha.

Hingga Minggu (4/10), polisi telah menetapkan 33 orang sebagai tersangka kasus pengeroyokan dan penambangan ilegal di Lumajang. Angka tersebut kemungkinan akan terus berkembang, menyusul proses penyidikan yang masih berjalan.

Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariono adalah orang pertama yang ditetapkan polisi sebagai tersangka kasus tindak pidana penambangan liar. Dia dianggap melanggar undang-undang Minerba. Hariono diduga menarik pajak dari tambang pasir ilegal. Penetapan status tersangka tersebut hanya selang beberapa hari dari tewasnya Salim Kancil. (mdk/dan)