Jasa Penukar Uang Lesu Meski Musim Mudik Telah Tiba
Merdeka.com - Tak lengkap rasanya bila lebaran tanpa diwarnai dengan bagi-bagi uang baru buat sanak saudara ketika momen lebaran tiba. Budaya itu pun disambut dengan mulai merebaknya jasa penukar uang pinggir jalan.
Mudah rasanya menjumpai mereka, seperti halnya di sepanjang jalan raya Ceger, Cipayung Jakarta Timur ke arah Terminal Bus Kampung Rambutan. Dengan gepokan uang baru beragam pecahan, para penukar uang itu tampak bersemangat menawarkan uang kepada setiap pengguna jalan yang melintas.
"Uang barunya pak, buat pulang kampung," begitu nada Risma salah satu penjajah uang baru di pinggir jalan Ceger.
-
Di mana terjadi kemacetan saat Ramadan? Ramainya pengunjung sampai membuat lalu lintas di Pasar Tanah Abang Macet
-
Siapa yang tidak menolong pemotor? Saat para rombongan pejabat melintas, tak ada reaksi yang berarti. Alih-alih memelankan laju kendaraan atau sekadar memberi perhatian ke sang pemotor, rombongan justru tetap melintas dengan kecepatan sama.
-
Kenapa rombongan pejabat tidak menolong pemotor? 'Melihat hal tersebut, tak ada satupun mobil pejabat yang berhenti bahkan untuk memelankan kendaraan,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Kenapa Risma jarang bagi bansos? 'Kalau saya turun biasanya kalau itu ada dispute (sengketa), misalkan perselisihan, itu baru saya turun. Itu pun saya mengajak dari perguruan tinggi,' kata Risma, dalam sidang sengketa pemilu di MK, Jakarta, Jumat, (5/4).
-
Apa yang ditinggalkan oleh Ramadhan? Ramadhan berlalu dengan cepat, namun kenangan indah bersamamu akan terus membekas di dalam hati.
-
Kenapa Inara Rusli fokus mencari uang di Ramadan? 'Paling diisi dengan ada kerjaan, niat mencari uang aja demi anak anak. Pacar enggak ada apa yang harus disiapin haha,' tambah Inara Rusli.
Waktu berlalu dan belasan pengendara melintasi, namun tak ada satu pun yang menghampiri Risma untuk menukarkan uang barunya.
Sembari mengusap keringat karena sengatan terik matahari, dia mengaku jika lebaran tahun ini tak lebih baik ketimbang dua tahun ketika pandemi Covid-19 merebak dan mudik dilarang.
Menurutnya, meski saat ini mudik telah diperbolehkan. Namun tantangan untuk pekerjaan jasa penukar uang baru semakin besar, seperti halnya banyaknya penukar-penukar uang musiman yang muncul setiap musim mudik tiba.
"Masih sepi, semakin sulit karena makin banyak saingan kan. Beda pas pandemi lalu, orang-orang kaga ada yang kaya gini (penukar uang). Kecuali yang emang kerja," ujarnya.
Dia mengungkapkan, kondisi dilonggarkannya pandemi membuat banyak masyarakat tertarik untuk bekerja sebagai jasa penukar uang baru. Padahal, realita di lapangan terkesan minat masyarakat untuk menukar uang baru cenderung berkurang.
"Sekarang sudah sedikit, sehari cuman Rp1 juta sampai Rp2 juta. Paling banyak Rp3 juta bisa kita tukerin," sebutnya.
Dengan total nilai segitu, setiap penukaran biasanya Risma hanya menghargakan jasanya sekitar 10% dari nominal yang ditukarkan. Secara mudahnya, bila ada yang berminat menukarkan uang senilai Rp1 juta maka akan membayar Rp1,1 juta dengan hitungan 10% atau Rp100 ribu sebagai jasa.
Sama halnya Risma, Tampubolon penukar uang jalanan juga merasakan hal yang sama. Sudah bekerja hampir puluhan tahun, dia pun merasakan jika semakin berkembangnya zaman jasanya sudah mulai ditinggalkan masyarakat.
Menginjak usia 68 tahun dan sudah mangkal sejak awal di Terminal Kampung Rambutan, Tampubolon mengatakan meski saat ini mudik telah diperbolehkan dan masyarakat telah tumpah ruah di terminal, namun hal tak membuat jasa tukar uang barunya laku.
"Semakin kesini semakin sepi, banyak saingan dan masyarakat sudah banyak cara sekarang untuk menukarkan uang baru," katanya.
Seperti halnya, terlihat jika di Terminal Kampung Rambutan terdapat dua bank yang menyediakan jasa penukaran uang dengan memakai mobil. Masyarakat bisa menukarkan uang baru, tanpa dikenakan biaya atau gratis.
Kendati demikian, Tampubolon masih percaya jika uang senilai Rp30 juta yang tersimpan di dalam tas koper berwarna hitam itu pasti akan ada peminatnya. Mengingat jika gerai penukaran uang yang disediakan bank-bank tersebut ada batasan limit maksimal sampai Rp3,5 juta.
"Mereka kan ada batasan, kalau saya tidak. Mau nukar berapa aja silahkan. Kalau kurang tinggal dikirim lagi," ujarnya sambil bergurau.
Terlebih, dia mengatakan masih banyak orang Indonesia yang malas untuk mengantri di gerai penukaran uang dari bank. Sehingga pilihannya jatuh kepada jasa penukar uang baru jalanan.
Seperti halnya, Eky yang kedapatan turut menukarkan uang Rp500 ribu dengan pecahan Rp2000-an yang bakal dibagikan ke sanak sepupu di kampung halamannya di Semarang.
"Iya, milih yang pinggir jalanan aja biar cepet. Cuman gope doang mas males ngantrinya panjang," tuturnya.
Menurutnya, budaya memberikan uang baru kepada sanak sepupu di momen lebaran masih menjadi tradisi rutin di keluarga besarnya. Alhasil, buat Eky yang sudah bekerja sudah seperti keharusan untuk memberi uang baru nantinya.
"Kalau kaga, wah abis saya ditagihin sama bocah-bocah. Ya inget dulu aja, pas kecil kan paling senang bahkan ngarep dapet uang baru pas lebaran," tuturnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melakukan penukaran di layanan resmi dijamin keaslian uangnya.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).
Baca SelengkapnyaPengemis tampak menolak uang Rp2 ribu dari pengendara mobil lantaran nominal yang diminta tak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Baca SelengkapnyaJelang Idul Fitri, banyak orang mulai menukarkan uang baru ke bank.
Baca Selengkapnya