Jejak Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Po Kong Simongan Semarang
Merdeka.com - Klenteng Sam Po Kong yang berdiri megah di kawasan Gedung Batu, Kecamatan Semarang Barat, menjadi saksi sejarah perjalanan etis Tionghoa di Kota Semarang, Jawa Tengah. Klenteng itu peninggalan sejarah perjalanan musafir dari Tionghoa beragam Islam bernama Sam Po Tao Lang dikenal pula dengan Sam Po Tay Djien. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan laksamana Cheng Ho.
Majalah Eastern Economic Review dalam edisi Asian Millenium menceritakan, pada 1405 ribuan orang berkumpul di Pelabuhan Liujia di Sungai Yangtze. Mereka melepas keberangkatan Laksamana Cheng Ho yang hendak pergi berlayar. Tak hanya satu kapal yang dibawa, ada sekitar 300 kapal yang ukuranya lebih besar dari kapal-kapal perang Eropa.
Rombongan kapal itu mengangkut 28.000 orang yang terdiri dari tentara, dokter, perawat, pedagang, ahli pertanian, penulis dan lainnya. Di bawah komando Ceng Ho, mereka menuju Laut China Timur dilanjutkan ke Samudera Hindia dan singgah ke negara-negara Asia Tenggara. Termasuk mendarat di wilayah Simongan, Kota Semarang.
-
Kenapa Laksamana Cheng Ho ke Semarang? Alasan pendaratan itu tak lain karena seorang juru mudi kapal bernama Wang Ji Hong mengalami sakit keras.
-
Apa nama awal Semarang? Dilansir dari Wikipedia, sejarah Semarang berawal dari abad ke-6 Masehi. Saat itu, Semarang merupakan sebuah daerah pesisir pantai bernama Pragota.
-
Kenapa Laksamana Cheng Ho mendarat di Palembang? Mengutip dari berbagai sumber, Laksamana Cheng Ho sendiri sempat tiga kali mendarat di Palembang. Lebih dari itu, ketika Palembang masih dibawah Kerajaan Sriwijaya pernah meminta tolong armada Tiongkok untuk menumpas para perampok Tiongkok Hokkian.
-
Siapa yang jadi pemimpin pertama Semarang? Pangeran Made Pandan kemudian diangkat sebagai pemimpin daerah tersebut dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I.
-
Dimana Laksamana Cheng Ho mendarat di Cirebon? Menariknya di masa itu Laksamana Cheng Ho pernah mendarat di Jamblang.
-
Dimana letak Kota Lama Semarang? Lokasinya tak lain berada di pusat kota.
Sejarawan Semarang Jongkie Tio menceritakan, Nigel Pick Ford dan Michael Hatcki dalam buku bertajuk The Legacy of the Tek Sing menulis, Laksamana Cheng Ho berkunjung ke-37 negara di luar China.
Besarnya kapal Cheng Ho membuat beberapa peneliti negara Barat tercengang dan tak percaya. Kapal itu memiliki layar kain sutera sepanjang 130 meter, lebar 33 meter dengan tiang sebanyak 9 tonggak. Awalnya itu dianggap mustahil. Namun dengan penemuan benda purbakala pada abad 15, akhirnya dapat dibenarkan.
"Selain melakukan ekspedisi, mereka juga melakukan misi militer. Serta mempunyai misi dagang dan misi kebudayaan. Sehingga setiap ekspedisi membawa sekitar 30.000 orang dari berbagai macam profesi," ungkap Jongkie Tio saat ditemui merdeka.com di Kota Semarang, Jawa Tengah Jumat (4/2).
Kapal Laksamana Ceng Ho di Semarang ©wordpress.comDikutip dari pelbagai literatur, Laksamana Cheng Ho lahir dan dibesarkan di lingkungan Islam. Dia lahir di Yunnan dengan menyandang marga Ma. Cheng Ho muda terpilih menjadi Sida-Sida (pria yang dikebiri dan dipekerjakan di lingkungan Istana Kaisar). Di bawah kepemimpinan Kaisar Chu Yun Chang, Cheng Ho mendapat kepercayaan besar karena berdedikasi dan loyal pada kaisar. Dia diangkat menjadi pengawal pribadi Kaisar Chu Ti.
Kemudian dia diangkat sebagai komandan pasukan kawal di Ibu Kota Nanking. Di bawah kepemimpinan Kaisar Chu Ti. Kaisar Chu Ti kemudian digantikan Kaisar Chu Chan Chi dari Dynasti Ming ke V sekitar 1431. Laksamana Cheng Ho kembali mendapat kepercayaan berlayar ke pelbagai negara. Termasuk ke Indonesia, tepatnya mendarat di Kota Semarang.
Masyarakat Tionghoa di Kota Semarang mengenal Cheng Ho dengan sebutan Sam Po Tay Djien atau Sam Po Tao Lang.
"Sejarah tepatnya kapan Cheng Ho mendarat di Semarang juga tidak begitu jelas dalam catatan sejarah. Namun, menurut inskripsi di Tempat Ibadah Gedong Batu di Kompleks Klenteng Sam Po Kong yang tertulis dalam tiga bahasa, tercatat bahwa Laksamana Cheng Ho telah dua kali datang pada tahun 1406 dan 1416," terangnya.
Penulis buku 'Kota Semarang Dalam Kenangan' ini menuturkan, jejak Cheng Ho di Kota Semarang juga dikaitkan dengan Dampoawang. Banyak literasi mengungkap soal Dampoawang, namun menurut catatan DR Theodore G.Th.Pigeaud, Dampoawang adalah seorang saudagar Tionghoa. Di Kompleks tempat ibadah Sam Po Kong terdapat makam suci Jurumudi Dampoawang bernama Ong King Hong yang memeluk Islam.
"Jurumudi itu terpaksa ditinggal oleh Laksamana Cheng Ho pulang ke Tiongkok karena sakit. Kemudian dengan 10 anak buahnya menetap dan berasimilasi dan membaur dengan penduduk setempat," katanya. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tempat Cheng Ho berlabuh, dibangun sebuah gua dan kelenteng dengan nama Sam Poo Kong agak jejak laksamana legendaris asal China itu tidak hilang.
Baca SelengkapnyaWilayah Kelenteng Sam Poo Kong dulunya berada di pinggir laut. Kini jaraknya sekitar 7 km dari bibir pantai
Baca SelengkapnyaSemarang semakin memperkuat reputasinya sebagai tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDi museum ini pengunjung seakan diajak menapaki jejak masa silam kejayaan peranakan Tionghoa di Tangerang.
Baca SelengkapnyaPenetapan hari lahir itu didasarkan pada pembentukan daerah itu menjadi kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya
Baca SelengkapnyaBerbagai bangunan bersejarah dapat ditemui di Semarang.
Baca SelengkapnyaSemarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang memancarkan keindahan unik dan memikat.
Baca SelengkapnyaKelenteng itu dibangun pada tahun 1746. Nama “Tay Kak Sie” sendiri memiliki makna “Kuil Kesadaran Agung”.
Baca SelengkapnyaKelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Baca SelengkapnyaSelain sarat dengan sejarah pada zaman kolonial, Semarang kini juga kental dengan berbagai wisata berbasis edukasi.
Baca SelengkapnyaBangunan itu kini direvitalisasi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca Selengkapnya