Jelang lebaran, ribuan uang palsu ditemukan di Jawa Tengah
Merdeka.com - Menjelang lebaran, Bank Indonesia (BI) menemukan sebanyak 9.760 lembar uang palsu pecahan Rp 100 ribu. Temuan itu dari kurun waktu antara Mei 2014 sampai Mei 2015 ini.
Jumlah penemuan uang palsu tersebut menurun secara signifikan dibanding tahun lalu atau menjelang lebaran tahun 2014 lalu.
"Terjadi penurunan sekitar 95 persen dibanding periode sama tahun lalu," tegas Kepala Kantor BI Cabang Jateng-DIY Iskandar Simorangkir kepada wartawan disela-sela acara buka bersama di Gris Resto, Hotel Crown Jalan Pemuda, Kota Semarang, Jawa Tengah Jumat (10/7).
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Kenapa uang palsu di Garut diedarkan? Polisi menangkap dua pelaku atas dugaan membuat dan mengedarkan uang palsu,“ katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (14/8).
-
Uang Lebaran apa yang dijajakan? Uang yang dijual beragam. Mulai dari Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000 hingga Rp75.000.
-
Siapa yang edarkan uang palsu di Garut? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Bagaimana ciri khas uang koin Rp100? Uang koin Rp100 menjadi salah satu artefak berharga bagi para kolektor dengan desainnya yang menampilkan rumah gadang, disertai dengan tulisan 'Bank Indonesia' dan 'Seratus Rupiah'.
Iskandar menjelaskan, untuk tahun lalu, berdasarkan pantauan BI dibeberapa bank-bank di bawah koordinasi BI, penurunan jumlah peredaran uang palsu di Jateng mencapai 9.965 lebih.
"Di BI sendiri upal terhitung pada bulan Mei kemarin ada sebanyak 9.760 lembar pecahan Rp 100 ribu yang palsu. Kalau anda tanya berapa nilainya uang palsu tidak bernilai dan kami anggap bukan uang yang layak untuk ditotal nilainya," jelasnya.
Untuk mengenali uang palsu tersebut, Iskandar menyatakan selain menggunakan teknik 3D (dilihat, diraba dan diterawang) ada teknik-teknik tertentu dari BI. Untuk mencegah maraknya terjadi uang palsu, BI memproduksi uang dengan fitur yang susah ditiru.
"Ada teknikal tertentu untuk mengenali uang palsu yang masuk di BI. Ciri-ciri uang palsu secara sederhana dengan melakukan 3D cukup efektif. Buat fitur uang yang susah ditiru tentunya. Sebenarnya kalau kita teliti, tidak mungkin dia bisa sama. Kecuali pabrik pencetak uangnya sendiri yang mengerti," paparnya.
Iskandar juga berharap jika masyarakat menemukan uang palsu langsung melaporkan ke pihak berwajib atau BI. Uang palsu ini menurut Iskandar peredarannya dengan berbagai cara. Salah satu cirinya adalah yang patut dicurigai adanya pembeli yang tanpa tawar menawar langsung melakukan transaksi dengan harga yang tinggi.
"Laporkan jika ditemukan masyarakat kepada berwajib selain ke BI sendiri. Biasanya, di penukaran di jalan, celah banyak rata-rata spt itu. Orang berbelanja banyak mencurigakan tidak pakai nawar langsung dibayar," ujarnya.
Untuk Jateng sendiri, peredaran uang palsu di Indonesia berada di urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Barat. "Tidak ad ada indikasi untuk Jateng peningkatan peredaran uang palsu itu berencana. Upal Jateng dibanding Jawa terendah di urutan ketiga. Terbesar pertama adalah Jatim dan kedua Jabar," pungkasnya. (mdk/efd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia Sulawesi Tenggara menemukan uang lembar palsu sebanyak 363 lembar pecahan Rp50.000 dan Rp100.000.
Baca SelengkapnyaPolri menggerebek tempat percetakan uang bertempat di Kota Bekasi, Jawa Barat Jumat (6/9) lalu. Sebanyak 10 orang diamankan
Baca SelengkapnyaPolisi masih mendalami dugaan telah adanya uang palsu yang beredar jelang Hari Raya Iduladha 1445 H.
Baca SelengkapnyaTak hanya pecahan besar, ibu dan anak juga edarkan pecaan kecil. Waspada.
Baca SelengkapnyaSaat ini, pihaknya masih mendalami peredaran uang palsu tersebut apakah bakal disebarkan ke Jakarta atau di luar daerah.
Baca SelengkapnyaModus operandi yang dilakukan para tersangka menggunakan uang itu sebagai alat transaksi membeli keperluan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaPolisi menyita barang bukti sebanyak 995 lembar dolar USD dan 45 lembar mata uang Rupiah pecahan Rp100 ribu dari tangan pelaku.
Baca SelengkapnyaSatu bagian uang asli, disambung dengan bagian uang lainnya yang diduga uang palsu.
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan terungkap fakta bahwa kawanan sindikat peredaran uang palsu beroperasi sejak April 2024.
Baca SelengkapnyaMasyarakat yang menjadi korban dipersilakan untuk melaporkan ke kantor kepolisian supaya segera ditindaklanjuti.
Baca SelengkapnyaSaat ini, polisi masih mendalami peredaran uang palsu tersebut apakah bakal disebar ke Jakarta atau di luar daerah.
Baca Selengkapnya