Jelang Tsunami, Seismograf di Pulau Anak Krakatau Sempat Rusak
Merdeka.com - Menjelang tsunami di Banten dan Selat Sunda, ternyata salah satu seismograf atau alat pengukur gempa yang memperhatikan aktivitas Gunung Anak Krakatau sempat rusak. Akibatnya aktivitas gunung berapi itu tak terpantau.
Fakta tersebut disampaikan oleh Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Kristianto.
"Itu kejadiannya pada pukul 9.03 WIB alat rusak. Makanya tidak terpantau (aktivitas Gunung Anak Krakatau)," ujar dia di Kantor Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, Cinangka, Banten, Selasa (25/12/2018).
-
Apa yang rusak akibat gempa Batang? Gempa itu menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan.
-
Bagaimana gempa Sangihe terjadi? 'Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault ),' kata Daryono dalam siaran pers yang diterima merdeka.com.
-
Kenapa gempa Sangihe terjadi? 'Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab Lempeng Laut Filipina yang tersubduksi ke bawah Pulau Mindanao.
-
Kenapa gempa Batang terjadi? Bisa jadi gempa yang terjadi di Batang berkaitan erat dengan keberadaan Patahan Weleri.
-
Bagaimana tsunami itu terjadi? Pemicu awalnya terjadi ketika suhu yang menghangat menyebabkan lidah gletser yang menipis runtuh, demikian temuan para peneliti. Kondisi itu mengguncang lereng gunung yang curam, menyebabkan longsoran batu dan es menghantam Dickson Fjord di Greenland.
-
Apa penyebab gempa Sangihe? Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiksika (BMKG) menyatakan gempa itu dipicu aktivitas deformasi batuan.
Menurut Kristianto, seismograf rusak yang berada di pos pemantauan Pulau Anak Krakatau. "Sementara pemantauan seismograf, kita masih beruntung, kita masih dapat di Pulau Sertung," kata dia.
Selain di Pulau Sertung, aktivitas Gunung Anak Krakatau juga dipantau dari pos pemantauan Cinangka. Pantauan hanya bisa dilihat dari seismograf, tak bisa memantau langsung Gunung Anak Krakatau lantaran cuaca buruk.
"Jadi kita dapat melihat aktivitasnya masih tinggi. Terlihat dari amplitudo sampai lebih dari 40 milimeter. Simpangan dari seismografnya, memang aktivitas di sana masih tinggi. Kemungkinan di sana masih ada aktivitas lontaran material, aliran larva, dan awan panas pun masih terjadi di Pulau Anak Krakatau. Ketinggian abu vulkanik susah melihatnya karena cuaca," kata dia.
Reporter: Fachrur Rozie
Sumber: Liputan6.com
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gunung Anak Krakatau melontarkan abu dengan tinggi kolom hingga 1.400 meter di atas puncak atau sekitar 1.557 meter di atas permukaan laut.
Baca SelengkapnyaBahkan menurut BMKG, potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Baca SelengkapnyaAlat yang hilang berupa enam buah accu, dua buah solar panel, dan satu buah regulator solar panel.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini Gunung Krakatau kembali erupsi pada Kamis (7/12) siang dengan tinggi kolom abu vulkanik 1.200 meter di atas puncak.
Baca SelengkapnyaErupsi Gunung Ruang yang terjadi dini hari tadi merusak stasiun seismik
Baca SelengkapnyaIa menjelaskan dalam keilmuan geologi erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami.
Baca SelengkapnyaBencana gempa 6,2 magnitudo sempat membuat air laut di Pantai Sayangheulang surut.
Baca SelengkapnyaPenting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak dari gempa megathrust.
Baca SelengkapnyaContohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Baca SelengkapnyaWarga yang berada di dua lokasi terisolir ini tidak bisa pergi ke mana-mana. Sebab, akses menuju lokasi tersebut terputus total dari dua arah sekaligus.
Baca SelengkapnyaMengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca SelengkapnyaErupsi terjadi dengan durasi waktu tercatat selama 127 detik pada Sabtu malam pukul 22.13 WIB.
Baca Selengkapnya