Jenderal Hoegeng mau tendang pengusaha anak emas Soekarno
Merdeka.com - Periode 1960an, salah satu modus penyelundupan adalah menggunakan paspor diplomatik. Banyak kemudahan bagi pemegang paspor diplomatik, misalnya membayar bea masuk yang jauh lebih sedikit untuk barang elektronik, motor dan mobil.
Tentu saja ketentuan aslinya, pemegang paspor diplomatik hanya untuk diplomat Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri. Tapi para penyelundup ini licin. Mereka memalsukan paspor diplomatik, atau menyuap petugas imigrasi agar mengeluarkan paspor imigrasi. Tak lupa menyuap petugas bea cukai saat mereka akan memasukkan barang lewat bandara atau pelabuhan.
Pihak Imigrasi dan Bea Cukai kotor sekali kala itu. Maka Presiden Soekarno menunjuk Jenderal Hoegeng Imam Santosa sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Dia diberi tugas untuk membongkar penyelundupan di sana.
-
Apa saja yang diterima Hoegeng sebagai suap? Penugasan di Sumatera Utara Jenderal Hoegeng sempat menerima penugasan di Sumatera Utara pada tahun 1956 silam. Saat itu Kota Medan terkenal begitu sulit lantaran setiap polisi harus bisa menahan diri dari godaan suap. Hoegeng yang baru saja menginjakkan kaki di Belawan pun langsung 'disuap'. Ia menerima barang-barang yang tidak terduga, mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal.
-
Bagaimana Hoegeng usut perjudian di Medan? Pria yang saat itu menjabat sebagai Bareskrim, mulai mengusut kasus perjudian di Kota Medan dan mengungkap dalang dibalik praktik perjudian tersebut.Hoegeng pun dalam operasinya berhasil menggerebek beberapa tempat perjudian di Kota Medan.Pada saat itu, ia juga berhasil mengungkap bahwa oknum di balik kasus perjudian tersebut adalah orang-orang yang ada di tubuh TNI.
-
Kenapa Hoegeng usut perjudian di Medan? Ketika Hoegeng bertugas di Medan, Sumatera Utara kerap sekali dijumpai aktivitas bisnis penyelundupan hingga perjudian. Anehnya, praktik-praktik ini masih terus berjalan begitu lancar tanpa ada tindakan lebih lanjut dari aparat hukum. Hoegeng pun lantas mulai mengusut dibalik praktik yang melanggar hukum tersebut. Menurutnya, pasti ada oknum yang lebih berkuasa yang berasal dari tubuh TNI maupun kepolisian. Oknum tersebut pastinya sudah menerima suap dari orang-orang kaya.
-
Di mana Jenderal Hoegeng mendapat suap saat baru datang? Penugasan di Sumatera Utara Jenderal Hoegeng sempat menerima penugasan di Sumatera Utara pada tahun 1956 silam. Saat itu Kota Medan terkenal begitu sulit lantaran setiap polisi harus bisa menahan diri dari godaan suap. Hoegeng yang baru saja menginjakkan kaki di Belawan pun langsung 'disuap'. Ia menerima barang-barang yang tidak terduga, mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal.
-
Kenapa monumen Hoegeng dibangun di Pekalongan? Monumen Hoegeng sengaja dibangun di Kota Pekalongan karena Hoegeng lahir dan besar di Kota Batik tersebut. Bahkan pengabdian Hoegeng sebagai anggota polisi juga dimulai di tanah kelahirannya itu.
-
Siapa yang mendorong petugas imigrasi? Berdasarkan hasil olah TKP, dengan menggunakan metode Sciencetif Crime Investigation (CSI) mantan Kapolres Metro Jakarta Barat itu mengatakan tersangka membunuh TS dengan cara mendorongnya dari balkon apartemen.
Hoegeng segera mengamati pos barunya. Dia sadar rupanya di Jawatan Imigrasi bukan orang imigrasi yang berkuasa, melainkan Angkatan Darat, intel, polisi, dan orang kejaksaan. Petugas Imigrasi hanya tukang cap belaka.
Hal itu dikisahkan Hoegeng dalam biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan Abrar Yusra terbitan Pustaka Sinar Harapan tahun 1993.
Maka Hoegeng berusaha mengubahnya sekuat tenaga. Jangan harap ada orang bisa main-main lewat imigrasi. Pegawai yang menerima suap dari pengusaha langsung ditindak.
Suatu hari seorang pengusaha kaya raya asal Aceh datang menemui Hoegeng. Semua orang tahu pengusaha itu anak emas Presiden Soekarno . Saat Soekarno meminta pengusaha menyumbang untuk kepentingan revolusi dan konfrontasi dengan Malaysia, si pengusaha menyumbang Rp 50 juta. Jumlah terbanyak kala itu.
Tapi sumbangan itu tidak cash. Untuk mencari dana sebesar Rp 50 juta, si pengusaha meminta izin monopoli karet di Sumatera. Soekarno memberikannya.
Rupanya pengusaha itu meminta paspor diplomatik yang punya kekebalan hukum internasional. Tentu saja Hoegeng menolaknya. Masak pengusaha minta paspor diplomatik? Lagipula untuk menerbitkan paspor diplomatik, imigrasi harus berkoordinasi dengan kementerian luar negeri.
Hoegeng terus menolak. Tapi si pengusaha dengan percaya diri terus mendesak Hoegeng.
"Begini saja kita sebagai sesama manusia saling membantu saja. Tak ada sulitnya bagi saudara memberi saya paspor diplomatik, artinya membantu saya bebas ke luar negeri. Apa bantuan yang bisa saya berikan untuk saudara? Katakan saja kepada saya, berapa biaya rumah dan keluarga yang saudara butuhkan setiap bulan? Berapa ratus-ratus ribu rupiah per bulan?" kata Hoegeng menirukan tawaran pengusaha itu.
Hoegeng naik pitam. Dia sangat tersinggung melihat polah pengusaha itu. Disangkanya dengan uang semua bisa dibeli. Hoegeng marah benar. Dia berdiri dan berkata dengan nada tinggi sambil menunjuk ke arah pintu.
"Saudara lihat pintu itu? Jadi saudara tinggal pilih: Keluar baik-baik atau saya tendang ke luar pintu itu! Persetan dengan uang kamu itu!" bentak Hoegeng sekeras-kerasnya.
Pengusaha itu gelagapan, tubuh Hoegeng lumayan tinggi untuk orang Indonesia. Takut juga si pengusaha kalau benar-benar ditendang keluar. Dia segera pergi meninggalkan Hoegeng.
Cerita ini masih berlanjut. Saat Hoegeng menemui Presiden Soekarno ternyata secara kebetulan ada si pengusaha di Istana. Hoegeng pun langsung menyindirnya.
"Nah ini pengusaha anak emas bapak lho ya?" sindir Hoegeng.
Soekarno tertawa. "Memang kenapa?"
"Untuk Bapak ketahui, dia mencoba menyogok atau membeli saya agar dikasih paspor diplomatik," beber Hoegeng.
Soekarno terdiam beberapa detik. Dia lalu bertanya dengan tegas pada pengusaha itu. "Heh, kamu! Apa iya?"
Namun si pengusaha hanya duduk dan menunduk malu di kursinya. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya yang semula gemar omong besar.
Dia belajar satu hal, Hoegeng tak bisa dibeli.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hubungan Hoegeng dengan Soeharto memang renggang setelah mengusut kasus korupsi
Baca Selengkapnya“Di negara ini hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” kata Gus Dur.
Baca SelengkapnyaPelaku yang belakangan diketahui punya kekerabatan dengan Ibu Tien membuat Soeharto tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaJenderal ini terkenal sebagai orang yang jujur dan bersih selama mengabdi di Kepolisian, kini namanya terus dikenang dan menjadi sosok teladan.
Baca SelengkapnyaSoemitro menyinggung soal anak-anak Soeharto dalam memonopoli bisnis.
Baca SelengkapnyaMayor Boediardjo mendapatkan tugas khusus, melobi negara Blok Timur untuk menjual jet tempur mereka ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaIa melanjutkan perjuangan ayahnya sebagai negarawan yang sangat mencintai Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaHasil seleksi calon taruna Akademi Kepolisian (Akpol) dari Nusa Tenggara Timur (NTT) 2024 menjadi sorotan.
Baca SelengkapnyaCicit mantan Kapolri Jenderal Hoegeng, Anantasena Ramaputra Hoegeng berkesempatan bertemu dengan mantan peraih Adhi Makayasa, Komjen Ahmad Dofiri.
Baca SelengkapnyaSelain di Jawa, namanya muncil dalam catatan buku harian seorang syekh di Pulau Pinang
Baca Selengkapnya