Jeritan ibu-ibu: Beras mahal, elpiji langka, apa harus setop masak?
Merdeka.com - Beras dan gas merupakan salah satu hal pokok untuk berlangsungnya kehidupan sehari-hari. Setiap hari, tanpa disadari kita membutuhkan keduanya.
Namun belakangan ini, harga beras meroket naik, sedangkan elpiji 3 kg mulai langka. Kemahalan beras dan kelangkaan gas elpiji membuat resah warga, khususnya para ibu rumah tangga.
"Kalau beras mahal, gas elpiji langka, apakah saya harus setop masak? Anak-anak saya makan apa nanti? Mohon pemerintah cepat tanggap dalam hal ini," Lita (38), warga Sunter Jaya, Jakarta Utara saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (26/2).
-
Siapa yang prihatin dengan mahalnya beras? 'Pastinya, kami turut prihatin dan merasakan betul kegelisahan masyarakat, khususnya kalangan ibu-ibu, karena harga beras yang masih mahal. Apalagi, saat ini kita sedang Ramadhan, dan sebentar lagi akan memasuki Hari Raya Idul Fitri.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kenapa harga beras masih mahal? Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium berada di kisaran Rp16.490,- per Kg. Harga beras terpantau masih mahal.
-
Kenapa beras mahal? Harga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah. Warga menilai pemerintah gagal menjaga pasokan bahan pangan yang berujung pada melonjaknya harga yang ditanggung oleh masyarakat.
-
Kenapa harga beras naik di Jawa Tengah? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Bagaimana harga beras di pasaran? Harga beras di pasaran masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
"Saya sih tidak masalah jika harga beras mahal dan harga elpiji juga mahal karena langka, asal gaji saya juga naik karena hal ini. Tapi sepertinya mustahil jika gaji naik," ujar Ika (35), warga Pademangan Barat, Jakarta Utara.
"Beras mahal, jadi uang yang seharusnya bisa beli beras sama sayur jadi tidak cukup. Hanya cukup beli beras saja. Saya kesal," keluh Santi (36) Pademangan Barat, Jakarta Utara.
"Karena gas elpiji 3 kg langka, saya akhirnya beralih ke gas elpiji yang 15 kg. Menurut saya harganya jatuhnya lebih murah dan lebih hemat," ujar Watini (44) Sunter, Jakarta Utara.
"Beras mahal dan elpiji langka? kita bisa apa? Mau protes juga susah. Mau tidak mengonsumsi keduanya juga tidak mungkin. Yaa saya sih terima saja jika keduanya dibeli dengan harga yang lebih mahal dari biasanya," kata Rani (27) warga Kelapa Gading.
Mahalnya harga beras dan langkanya gas elpiji 3 kg memang membuat resah sebagian ibu-ibu, seperti wilayah Jakarta Utara. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu kebijakan pemerintah dalam menanggapi hal ini. Diharapkan pemerintah lebih sigap menanganinya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia menyebut, kelangkaan gas subsidi itu akibat diborong orang kaya hingga restoran.
Baca SelengkapnyaJokowi pun curhat kerap dimarahi emak-emak di pasar
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaBelakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaHarga beras saat ini tengah melonjak sebagai dampak dari kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca Selengkapnya"Saya sih enggak apa-apa kalau memang pada akhirnya dibatasi untuk mereka yang terdaftar (masyarakat miskin), asal penyeluhannya ke masyarakat jelas," kata Reza
Baca SelengkapnyaDia heran, mengapa harga beras naik sangat tinggi, belum lagi ketersediaan beras di toko-toko ritel yang terbatas.
Baca SelengkapnyaGas 3 kg merupakan produk subsidi yang ditujukan khusus masyarakat yang kurang mampu.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan daya beli turun dan omzet berkurang.
Baca SelengkapnyaHarga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah.
Baca SelengkapnyaMereka mengkritisi kenaikan harga bahan pokok, terutama beras, setelah pelaksanaan Pemilu 2024.
Baca Selengkapnya