Jeritan petani sawit: Hemat-hemat makan, bayar sekolah tak mampu
Merdeka.com - Para petani di Riau menjerit pasca anjloknya harga buah kelapa sawit yang menjadi komoditi mereka. Biasanya sawit dihargai Rp 1.600 perkilogram, kini berkisar di bawah Rp 1.000. Penghasilan petani tak dapat membayar sekolah anak-anak mereka.
"Harga kelapa sawit turun setelah lebaran kemarin, entah apa alasannya tiba-tiba saja turun drastis," ujar Yanto Efendi Panjaitan, salah seorang petani sawit di Desa Pematang Jaya Kabupaten Indragiri Hulu, Riau saat dihubungi merdeka.com, Senin (30/7).
Yanto menjelaskan, meski sejumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) menghargai dengan harga yang berbeda-beda, namun tetap tidak sesuai dengan hasil jerih payah mereka. Bahkan, selain sulit membayar uang sekolah anak-anak, petani juga kesulitan membeli bahan pangan dan sandang.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Mengapa penjualan petai petani muda ini menurun? Saat TikTok Shop ditutup, penjualan produk mereka menurun drastis. Biasanya mereka bisa menjual hingga ribuan paket per hari. Dengan TikTok Shop ditutup, mereka hanya bisa menjual 100-an paket per hari.
-
Apa dampak pelemahan Rupiah terhadap harga kedelai? Harga kedelai impor kembali mengalami kenaikan dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan para pelaku usaha tempe dan tahu.
-
Kenapa petani bawang merah Brebes rugi? Kerugian tersebut terjadi pada musim panen di awal tahun ini akibat cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan kualitas bawang merah menurun.
-
Mengapa petani udang di Kebumen merugi? Hal ini membuat para petani tambak rugi puluhan juta rupiah. Mesin sirkulasi yang seharusnya berfungsi kini dibiarkan karena tak ada lagi air. Sejumlah kolam memang masih beroperasi.
"Ya kalau untuk beli beras, hemat-hematlah makannya. Tapi kalau untuk bayar uang sekolah anak-anak ini yang tidak mampu. Sekarang kan anak-anak baru masuk sekolah, ada saja biaya yang harus dibayar," kata Yanto.
Yanto menyebutkan, di PKS PT Inecda perusahaan milik pengusaha asal Korea tersebut menghargai sawit petani hanya Rp 850 perkilogramnya. Biasanya mencapai Rp 1.600. Terjadi penurunan harga seratus persen.
"Kalau di PT PAS, mereka memang membeli sawit petani Rp 1.060 perkilo. Tapi banyak potongannya, bahkan mencapai 7 persen, ya sama saja dengan PKS lainnya. Intinya semua PKS menurunkan harga sangat drastis," ucap Yanto.
Petani mau tidak mau harus memanen sawit mereka meski dengan harga murah. Sebab, jika tidak dipanen akan merusak pohon sawit dan juga penghasilan mereka hanya mengandalkan buah penghasil minyak makan tersebut.
"Selain pohonnya rusak, kalau tidak dipanen, perut kita pun akan kelaparan. Hanya dari sawit lah sumber pencarian kami," katanya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Normalnya, harga cabai rawit di tingkat petani berkisar antara Rp10.000 hingga Rp15.000 per kilogram.
Baca SelengkapnyaHarga cabai merah turun seiring hasil panen yang melimpah di Boyolali.
Baca SelengkapnyaDi panen ini, mereka hanya menerima nominal amat kecil yakni Rp700 per kilogram. Ini jauh dari pendapatan saat harga normal, di kisaran Rp4.000 per kilogram
Baca SelengkapnyaIndustri tahu di Dusun Kanoman muncul sejak tahun 1956. Kini mereka mengalami masa-masa sulit.
Baca Selengkapnya"Mereka cerita apa tolong kami pak, karet kami harganya hancur sudah, pupuknya mahal, obat-obatanya mahal," kata Ganjar
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang membuat petani padi di berbagai daerah terancam gagal panen.
Baca SelengkapnyaDua petani tersebut marah karena harga wortel mereka turun drastis di pasaran.
Baca SelengkapnyaBelakangan ini harga beras melambung tinggi, masyarakat semakin tercekik usai kenaikan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaSituasi ini sudah berlangsung lama, terutama sejak kebijakan pemerintah yang tidak lagi mendukung sektor pertanian pascareformasi.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaPara petani cabai di Jember tak bisa menikmati hasil panen seutuhnya
Baca Selengkapnya