Jijik muntahan, Paini dorong balita asuhannya hingga tewas
Merdeka.com - Paini (48) tega mendorong balita asuhannya, Anggraeni Wulandari (4) hingga meninggal dunia karena kepalanya terbentur kursi. Alasannya karena dia jijik dengan muntah Anggraeni di baju yang dikenakannya.
Awalnya, Paini melaporkan Anggraeni meninggal dunia karena terjatuh dari kursi. Namun polisi curiga, karena balita malang itu tanda-tanda mengalami kekerasan akibat penganiayaan.
Setelah dilakukan penyelidikan lebih dalam, Paini mengakui kalau Anggraeni terbentur kursi. Balita itu didorong kepalanya, hingga terjatuh.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
-
Bagaimana ibu tersebut meninggal? Ibunya berpulang dengan penuh cinta kasih sesaat setelah terhuyung di restoran.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Bagaimana wanita tersebut meninggal? Dua kerangka ini telah dipindahkan untuk uji laboratorium, bertujuan untuk memastikan bagaimana pasangan ini meninggal dan mengapa wajah wanita itu bolong.
-
Bagaimana bayi perempuan itu meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama 'Neve,' diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Siapa yang meninggal dalam insiden ini? Yang lebih memilukan, kedua teknisi itu masih sangat muda, berusia 19 tahun dan 21 tahun.
"Dia tiba-tiba muntah dan saya jijik dengan muntahannya. Spontan saya jundho kepala," kata Paini di Mapolres Malang, Senin (15/8).
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Adam Purbantoro mengatakan, sejumlah bekas luka ditemukan sehingga semakin memperkuat keyakinan adanya kejanggalan dalam kematian korban akibat kekerasan. Awalnya kematian korban dilaporkan ke Polsek Dampit, karena terjatuh dari kursi.
"Setelah kita dalami kasusnya, ditemukan sejumlah luka di sekujur tubuh korban. Polisi menduga, tersangka sering menyiksa korban," kata Adam.
Tersangka, lanjut Adam, sering mencubit bagian paha kalau korban ngompol. Tersangka juga menggigit pipi sebelah kanan korban sampai lebam.
Akibat perbuatannya, Paini diancam Pasal 80 ayat (1) dan (3) juncto Pasal 76C Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dan atau pasal 44 ayat (1) dan (3) Undang-Undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Pelaku diancam hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Paini tercatat sebagai warga Dusun Sawur, Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Sehari-hari bersama Miseno suaminya, mengasuh Anggraeni yang ditinggal oleh orang tuanya, Rusdiana dan Agus, bekerja ke Surabaya. Sudah sekitar lima bulan bayi tersebut dititipkan.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar informasi jika penyebab penganiayaan ini dilatarbelakangi persoalan keluarga.
Baca SelengkapnyaKorban digendong beberapa pria berpakaian seragam taruna.
Baca SelengkapnyaTerlapor menjelaskan detail kejadiannya pada polisi terkait kasus siswi SD tewas usai Pankreas pecah
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam rumah tangga (KDRT) itu pertama kali dilaporkan oleh anak korban pada keluarga besar.
Baca SelengkapnyaPolisi sudah menangkap ayah kandung korban inisial BI (44).
Baca SelengkapnyaPelaku JS bersama seorang temannya yang merupakan warga sipil berinisial BA telah ditetapkan sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaPelaku menyerahkan diri ke kantor polisi karena merasa bersalah membunuh sahabatnya.
Baca SelengkapnyaArni mengungkapkan anaknya dua kali terlindas Pajero Sport terjadi pada 18 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaPelaku APS diketahui adalah ayah tiri dari korban dan ATH adalah ibu kandung dari korban MRS.
Baca SelengkapnyaDiduga orangtuanya melakukan penganiayaan hingga tewas terhadap anaknya inisial AF (3)
Baca SelengkapnyaAkibat kejadian tersebut, dua orang yakni sopir dan kernet. Dua orang diamankan yakni Agustinus Woda (37) dan Arsyad (55).
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal dunia, anaknya sempat merasa bahagia setelah kelulusan.
Baca Selengkapnya