Jika diizinkan, pasukan elite TNI 5 menit bebaskan WNI disandera OPM
Merdeka.com - Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Endang Sodik mengatakan, jika diizinkan pemerintah Papua Nugini, TNI akan bergerak membebaskan 2 warga negara Indonesia disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pasukan elite TNI yang langsung diterjunkan yakni Kopassus, Den Bravo, Denjaka dan Kopsusgab.
"Nanti setelah mereka memberikan kewenangan kepada kita, atas izin pemerintah Papua Nugini kita baru masuk," kata Endang di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (15/9).
Kendati demikian, kata dia, batas negosiasi pembebasan sandera pada siang hari ini. Jika tidak dibebaskan, TNI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah Papua Nugini.
-
Siapa yang memimpin pasukan TNI di Papua? Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits Wilem Rizard Pelamonia menjelaskan bahwa Bandara di Agandugume tersebut telah dikuasai oleh OPM sejak awal Maret.
-
Kapan operasi TNI AL di Papua dimulai? Operasi Siaga Tempur Laut dan penyekatan perbatasan di wilayah kerja Koarmada III itu berlangsung sejak Senin (22/4).
-
Kenapa TNI butuh pasukan besar di Papua? Butuh ada satu pasukan besar yang diterjunkan serentak untuk mengikat pasukan Belanda di wilayah Merauke.
-
Siapa yang pimpin operasi TNI AL di Papua? Pelaksanaan operasi tersebut dipimpin Komandan Guspurla Koarmada III Laksamana Pertama TNI Wawan Trisatya Atmaja.
-
Siapa yang meminta delapan anak Papua masuk TNI? Kedelapan anak muda itu dimintakan langsung oleh Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman untuk menjadi bagian dari prajurit TNI-AD.
-
Apa tujuan operasi TNI AL di Papua dan Maluku? 'Operasi Siaga Tempur Laut yang dilakukan saat ini langsung di bawah kendali Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Hersan dengan target operasi di wilayah perairan Papua dan Maluku,' kata Kadispen seperti dilansir dari Antara.
"Bisa saja 5 menit selesai, cuma kita tidak mau membabi buta. Kita menghormati kedaulatannya PNG dan kita tidak ingin ada korban baru lagi dari WNI, maka pembebasannya first negotiation dan diserahkan ke tentara Papua Nugini," kata dia.
Dia menambahkan keselamatan sandera lebih diutamakan agar tidak ada korban jiwa. Lokasi penyanderaan berada di sekitar Keeerom, Papua. Lanjut dia, saat ini belum ada keputusan terhadap barter tahanan 2 tahanan kasus narkoba rekan OPM. Mereka pernah menyerang Polsek terkait peristiwa Abepura berdarah.
"Kita belum tahu siapa karena identitasnya juga belum jelas siapa, Polri yang tahu. Karena itu masuk wilayah kriminal, Polri yang tahu. Dan sudah dikoordinasikan dengan Polri," tandasnya. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
TNI akan menggunakan pendekatan soft power dengan dialog yang dilakukan tokoh masyarakat dan beberapa pejabat daerah.
Baca SelengkapnyaPilot Susi Air Philip Mark Mehrtens telah disandera selama 1 tahun 7 bulan, tepatnya sejak 7 Februari 2023, oleh OPM/KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Baca SelengkapnyaAKBP Abdus Syukur mengakui memang menerima seorang warga sipil dan saat ini masih diperiksa apakah terlibat dalam kelompok bersenjata atau tidak.
Baca SelengkapnyaPasukan TNI terus melakukan pengejaran terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Baca SelengkapnyaTNI menerima kunjungan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Kevin Jeffery Burnet di kawasan Timika Papua Tengah, Selasa (6/2).
Baca SelengkapnyaOPM Tembaki Prajurit TNI saat Patroli di Bibida Papua
Baca SelengkapnyaKaryawan PT Jayakarta Jasa Bakti tersebut diperlukan dengan baik dan tidak mendapatkan kekerasan fisik.
Baca SelengkapnyaAgus mengatakan pembebasan menggunakan soft power dan diplomasi militer.
Baca SelengkapnyaPrajurit Koops TNI Habema membalas tembakan OPM pimpinan Apeni Kobugau dari Kampung Bazemba
Baca SelengkapnyaMereka akan berjaga di sejumlah Bandara di Papua dan beberapa titik lainnya.
Baca SelengkapnyaMeskipun bisa melaksanakan operasi tempur, aparat TNI-Polri mengantisipasi jatuhnya korban jiwa dalam pembebasan Kapten Philips Mark Merthens.
Baca SelengkapnyaJenderal Agus Subiyabto menjawab soal pilot Susi Air yang masih disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Baca Selengkapnya