JK: Brasil & Belanda tarik dubes, hubungan bilateral tak terganggu
Merdeka.com - Hari Minggu (18/1), eksekusi hukuman mati dilaksanakan terhadap enam terpidana mati. Dua di antaranya adalah Warga Negara Belanda dan Warga Negara Brasil.
Kedua negara tersebut bereaksi terhadap eksekusi hukuman mati yang ditimpakan kepada warganya dengan cara menarik duta besarnya kembali ke negara masing-masing.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, eksekusi hukuman mati terhadap narapidana narkoba merupakan wewenang Indonesia. Adapun beberapa negara berbeda pendapat terhadap pemberlakuan eksekusi mati tersebut, JK mengatakan, Indonesia menghormati perbedaan pendapat tersebut.
-
Apa yang Jokowi Apresiasi kepada Presiden JAPINDA? 'Saya mengapresiasi JAPINDA yang telah banyak membantu mempromosikan kerja sama ekonomi, mentoring perusahaan Jepang yang ingin memperluas bisnisnya di Indonesia,' ujar Jokowi di Jepang, Senin (18/12).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengapresiasi kebijakan Jokowi? Kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di bidang pangan dan pertanian mendapatkan apresiasi dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo.
-
Siapa yang membuat pernyataan tentang Indonesia? Tidak ada pembahasan terkait PM Singapura sebut Indonesia sebagai negara yang tidak akan maju karena gila agama.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Siapa yang meninggal saat kunjungan Jokowi? Gara-gara ingin melihat kepala negara dari dekat, Kamaluddin (53) terjatuh dan meninggal dunia.
"Ya memang suatu keputusan negara berdaulat seperti Indonesia, itu adalah kewenangan kita. Tapi ada banyak negara berbeda pendapat terkait hukuman mati dan perlu kita hargai juga. Namun yang tetap kita jalankan adalah kepentingan nasional kita," tegas JK di kantornya, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (19/1).
JK mengaku, mendapat kunjungan para duta besar dari terpidana mati yang dieksekusi hari Minggu (19/1) lalu. JK menegaskan kepada para duta besar tersebut bahwa yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan memberikan hukuman mati, melainkan hanya tidak mengabulkan grasi atau pengampunan.
"Saya bilang ke mereka bahwa ini bukan keputusan presiden, ini keputusan hakim dari pengadilan pertama sampai tertinggi memutuskan itu. Presiden hanya tak menerima, tak menyetujui pengampunan itu. Undang-undang ini berlaku di banyak tempat. Kalau mereka protes ya tentu kita hormati sebagai bagian dari politik dalam negeri mereka," papar JK.
JK yakin, penarikan duta besar negara-negara tersebut tidak akan mengganggu hubungan bilateral antar kedua negara, meski Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya berupaya menarik investor asing ke Indonesia.
"Tidak-tidak berpengaruh, ini biasa, sama seperti kita menarik Dubes kita di Australia untuk sementara. Ini tak ganggu hubungannya sendiri, hanya kasus itu lebih banyak kepentingan dalam negeri," ucap JK.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia dan Korea Selatan merupakan sama-sama negara dengan berkekuatan menengah (middle power).
Baca Selengkapnya23 Agustus diperingati Hari Konferensi Meja Bundar yang menjadi sejarah penting kekuatan diplomasi Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebanyak 120 negara menyetujui adanya resolusi gencatan senjata, 14 negara menolak, dan 45 negara abstain.
Baca SelengkapnyaMenko Polhukam Mahfud MD menegaskan, Indonesia dan Korea Selatan memiliki modalitas yang kuat dan unik dalam memajukan kemitraan strategis.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi tegas, Indonesia tetap mendukung ketertiban dan perdamaian dunia, sesuai dengan UUD 1945
Baca SelengkapnyaJokowi senang Indonesia-Jepang telah sepakat meningkatkan status kemitraan menjadi strategis komprehensi
Baca SelengkapnyaMenlu menjelaskan, BRICS dan OECD adalah dua kelompok negara yang berbeda dalam tujuan, latar belakang, dan karakteristik anggotanya.
Baca SelengkapnyaIsrael mencaplok dan menjajah wilayah Palestina sejak 1948.
Baca Selengkapnya