Jodoh Syariah dan Kisah Sampah di Pameran Foto Saujana Banyumas
Merdeka.com - Lantunan surat Al Maidah ayat 1-2 terdengar sayup-sayup jadi latar audio presentasi foto cerita bertajuk 'Memilih Berkah, Mencari Jodoh Sesuai Syariah' karya Dian Aprialiningrum. Lewat sembilan lembar foto, Dian mengangkat kisah Syahidah, warga Tasik yang memilih menjalani proses taaruf (ikhtiar saling mengenal) agar dapat menikah tanpa pacaran.
Selama pengerjaan foto cerita tersebut, Dian bercerita membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Ia mengulik lebih dalam situasi batin Syahidah dan segala informasi tentang proses taaruf.
Foto cerita tersebut jadi salah satu karya dari pameran foto Kelompok Logawa bertema Saujana, bekerja sama dengan Komunitas Fotografi Banyumas (KFB) dan Komunitas Purwokerto Semedulur. Pameran berlangsung di Kedai Kopi Kebon, Purwokerto Utara dimulai pada Sabtu (22/6) selama dua minggu.
-
Bagaimana proses pernikahan mereka? Pernikahan tersebut berhasil digelar melalui jalur pendekatan taaruf dari kedua belah pihak.
-
Apa yang terjadi di awal pernikahan mereka? Awal-awal pernikahan inilah menjadi tahun yang berat bagi keduanya. Di awal pernikahan ini juga sempat muncul orang ketiga seperti yang diungkap Dewi Gita di podcast Ashanty belum lama ini.
-
Kapan pernikahan mereka? Pernikahan mereka pada tahun 2017 jarang menjadi sorotan, tetapi keduanya sering membagikan momen mesra mereka di media sosial.
-
Dimana momen prewedding mereka? Dalam pemotretan terbarunya, mereka memilih konsep kemesraan di kamar sebagai latar.
-
Kenapa Susan menikah cepat? 'Alasannya karena ingin takut akan ain ya kan zaman sekarang kita gak tau ya ada orang yang beneran suka mendoakan yang baik atau enggak jadi lebih ke ya sudah, aku ada niat baik niat baik, niat mau ibadah jadi lebih ke apa ya bener-bener berdoa khusu' dulu deh kalau udah lancar semuanya udah terkabulkan akhirnya aku posting,' jelasnya.
-
Siapa yang difoto di prewedding? Gritte dan calon suaminya terlihat begitu mesra dan penuh cinta.
Ada 6 foto cerita informatif, kritis dan tentunya apik, dipajang selama pameran. Tidak hanya indah dipandang, foto-foto cerita juga memberikan informasi, pengetahuan dan sudut pandang fotografer terhadap tema yang diangkat.
Salah satu foto cerita semisal, 'Elegi Sampah' karya Tofik Cahyanto mengetengahkan pelik persoalan sampah di Kabupaten Banyumas. Ada foto sampah campur aduk menumpuk di lahan eks tempat pembuang akhir (TPA) sampah berkebalikan lanskap langit biru yang bersih dengan latar jauh menampakkan hijau bukit.
Sedang foto lain, 'Perjuangan Bahasa Para Perantau' karya Karel Satria menyajikan foto potret tentang para perantau dari berbagai daerah di antaranya Papua dan Sulawesi Tenggara yang mencari penghidupan dan menuntut ilmu di Kabupaten Banyumas. Foto potret lantas disandingkan dengan foto tulisan para perantau dalam bahasa Banyumas untuk menandakan tingkat penyesuaian diri mereka selama tinggal di Banyumas.
Penanggung Jawab Pameran Saujana, Riza Saputra mengatakan 5 karya foto cerita merupakan hasil dari Logawa Photo Workshop III dan IV tahun 2018 dan 2019. Sedang khusus foto cerita 'Memilih Berkah, Mencari Jodoh Sesuai Syariah' hasil dari pelatihan Permata Photojournalist Grant (PPG) 2016 yang diikuti oleh Ketua Kelompok Logawa, Dian Aprilianingrum. Sedang tema Saujana sendiri bertitik tekan bahwa proses pembuatan foto cerita bisa diangkat dari sekitar kehidupan atau ruang tinggal terdekat.
"Salah satu foto karya Anggalina Fajar berjudul 'Bapak' mengangkat keseharian hidup seorang bapak dari sudut pandang seorang anak. Foto-fotonya terasa menyentuh apalagi disajikan hitam putih," kata Riza.
Riza menambahkan, pameran foto ini memang bertitik tekan pada foto cerita yang mengetengahkan suatu isu dan subjek cerita lebih dalam dan memvisualkan interaksi, detail, konflik dan emosi dalam rangkaian sejumlah foto. Lewat 6 foto cerita yang dipamerkan, pengunjung pameran dapat melihat sisi-sisi lain kehidupan di Banyumas dan sisi-sisi unik kehidupan manusia.
Ketua KFB, Dimas Prabowo menambahkan selain pameran foto cerita juga telah dilangsungkan diskusi fotografi yang mengangkat proses kreatif pewarta foto perempuan. Dalam diskusi tersebut, fotografer Regina Safri yang baru meluncurkan buku foto bertajuk Before Late berbagi pengalaman soal fotografi satwa dan lingkungan. Regina menuturkan pengalamannya memotret gajah dan orang utan yang jadi korban pemburuan dan hidup nahas di sejumlah hutan di Indonesia yang mengalami kerusakan.
"Pameran dan diskusi fotografi ini menunjukkan bahwa kegiatan kreatif di Banyumas tak pernah sepi," kata Dimas.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah persiapan Susi menjadi ibu Persit ini mendapat banyak perhatian publik.
Baca SelengkapnyaBerikut momen wanita mengenang masa lalu saat bertemu dengan sang suami.
Baca SelengkapnyaBaru saja menikah, Dian menyadari rupanya ia sudah bertemu jodohnya sejak usia 4 tahun.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita awal mula perjalanan kisah cinta Zahra Yolanda istri Bupati Taliabu yang cantik.
Baca SelengkapnyaWanita Indonesia ini ceritakan kisah cintanya dengan pria asal Jepang, berakhir bahagia.
Baca SelengkapnyaIa harus bekerja sebagai SPG sebelum menjadi perawat di Saudia Arabia.
Baca Selengkapnya