Jogja Sold Out, refleksi kritis hari bumi di Yogyakarta
Merdeka.com - Memperingati hari bumi yang jatuh pada hari ini 22 April, Universitas Gajah Mada menggelar refleksi kritis Jogja Sold Out di Fakultas Fisipol UGM, Rabu (22/4). Dalam refleksi tersebut mereka mengkritisi pembangunan Apartemen dan Hotel di Yogyakarta yang kian tak terkendali.
Sosiolog UGM, Suharko yang menjadi narasumber dalam refleksi tersebut mengatakan Yogyakarta sudah menjadi perebutan banyak pihak yang berkepentingan. Tidak hanya ruang fisik tetapi juga modal dan kekuasaan.
"Secara fisik ruang terbuka hijau kita semakin berkurang, setiap hari semakin padat, dan ketika dominasi finansial, kekuasaan menguat, maka inilah yang terjadi," katanya, Rabu (22/4).
-
Apa yang ditemukan di lokasi pembangunan hotel? Hendak Bangun Hotel Mewah, Kontraktor Temukan 100 Tengkorak Manusia Berusia 1000 Tahun di Bawah Tanah
-
Kenapa Hotel Indonesia dibangun? Sukarno pun teringat bahwa dua tahun lagi (1962) Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games IV, sementara Ibu Kota belum memiliki bangunan yang layak untuk dibanggakan di hadapan para atlet se-Asia.
-
Siapa yang mengelola Rumah BUMN Yogyakarta? Rumah BUMN Yogyakarta sendiri merupakan bentuk inisasi dari Kementrian BUMN yang berkolaborasi dengan Bank BRI untuk memberdayakan UMKM melalui berbagai pelatihan serta pembinaan.
-
Siapa yang membangun Keraton Yogyakarta? Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta.
-
Dimana pembangunan Hotel Nusantara? Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pun meninjau langsung proyek pembangunan Hotel Nusantara di IKN pada Rabu (20/12/2023) lalu.
-
Dimana Hotel Indonesia dibangun? Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi, hotel ini mempunyai slogan A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together.
Sementara itu aktivis Jogja Asat, Dodok Putra Bangsa melihat dominasi tersebut terlihat dari pertumbuhan hotel dan apartemen di daerah Kota Yogyakarta dan Sleman. Tidak hanya membuat lahan terbuka menjadi sempit, tapi juga membawa permasalahan lain, yaitu air.
"Padahal air ini masalah krusial, orang tidak bisa hidup tanpa air. Sementara pembangunan hotel dan apartemen menyedot banyak air dan membuat sumur-sumur warga kering," ungkapnya.
Berdasarkan data yang dimilikinya saat ini ada 67 hotel yang sudah siap dibangun. Dia khawatir setelah pembangunan tersebut makin banyak kampung-kampung yang kekeringan.
"Ada kejadian sumur hotel dicabut izinnya, setelah itu sumut warga yang kering jadi ada airnya lagi, ini bukti. Saya kan juga khawatir kalau Yogya kekeringan, beringin di alun-alun jadi kering, kuda-kuda jadi kurus, kan jadi jelek kalau untuk foto," sindirnya.
Sementara itu Francis Wahono, ekonom dan penulis buku Ekonomi Hijau memprediksi Yogyakarta bisa menjadi comberan besar jika tidak menata pembangunannya. Sebab, berdasarkan lokasinya Yogyakarta merupakan cekungan besar yang dikelilingi deretan gunung api seperti Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Ungaran, Merbabu dan Merapi.
"Kalau pembangunan Yogya tidak terkontrol, Yogyakarta yang awalnya cekungan raksasa bisa jadi comberan besar," tandasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keindahan alam dan budaya yang begitu kental membuat turis mancanegara betah berlama-lama liburan di Bali.
Baca SelengkapnyaKarena sudah lama tak terurus, kampus tersebut jadi terkesan seram.
Baca SelengkapnyaViral Pengerukan Tebing Pecatu Diduga untuk Hotel, Sandiaga: Kemurnian Alam Bali Harus Dijaga!
Baca SelengkapnyaAcara ini juga menjadi momen penyaluran aspirasi mereka atas kebijakan pemerintah yang tidak pro lingkungan
Baca SelengkapnyaBerikut potret Yogyakarta tempo dulu yang masih begitu banyak pepohonan dan delman.
Baca SelengkapnyaPara pengusaha hotel kini hanya bisa mengandalkan event dari pemerintah untuk mempertahankan keterisian kamar hotelnya.
Baca SelengkapnyaJika IKN dijalankan, kata Rocky, tentu akan ada perjanjian-perjanjian tertentu yang disinyalir dapat merugikan.
Baca SelengkapnyaMasduki menilai lebih banyak mudharat yang akan didapat Muhammadiyah
Baca SelengkapnyaAgus menyayangkan aktivitas warga malah merusak taman. Padahal harusnya, perayaan tahun baru tak merusak taman di sekitar.
Baca SelengkapnyaKebijakan yang disiapkan juga menyangkut fasilitas akomodasi pariwisata yang tidak memiliki aspek berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaTerdapat satu alat berat juga ikut merobohkan bangunan tersebut.
Baca SelengkapnyaSejak 2018 berdiri, paguyuban ini mempraktikan cara mengubah sampah organik sisa dapur menjadi kompos, protein tumbuhan sampai cairan ecoenzyme
Baca Selengkapnya