Jokowi kesal kinerja kepolisian daerah dan Kejati belum optimal
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan sekaligus mengevaluasi seluruh Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Tahun 2016 di Istana Negara, Selasa (19/7) pagi ini. Dalam pengantarnya, Presiden mengaku masih mendapat banyak keluhan dari pemimpin daerah atas kinerja kepolisian dan kejaksaan tinggi.
"Evaluasi perjalanan selama ini saya masih banyak sekali mendengar tidak sesuai dengan yang saya sampaikan. Saya masih banyak dapat keluhan dari Bupati, Wali Kota, Gubernur," kata Presiden Jokowi di hadapan Kapolda dan Kajari se-Indonesia.
Evaluasi ini, lanjut Presiden, berbasis pada lima poin yang disampaikannya tahun lalu di Istana Bogor. Lima poin yang dimaksud yaitu pertama terkait pengambilan kebijakan (diskresi). Kepolisian dan kejaksaan tinggi tidak serta merta menangani kasus di pemerintahan dengan cara mempidanakan.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Apa yang dipesan Jokowi ke TNI-Polri? 'TNI Polri harus berani masuk ke hal-hal yang berkaitan dengan teknologi. Pesawat tempur perlu, iya. Tank perlu, iya. Tapi hati-hati juga dengan drone.' kata Jokowi.
-
Mengapa Jokowi digugat? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Apa gugatan yang dilayangkan ke Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
"Kedua, tindakan administrasi pemerintah juga sama. Tolong dibedakan mana yang niat nyuri nyolong dan mana yang mal administrasi. Saya kira aturan di BPK sudah jelas. Ketiga, kerugian yang di BPK itu masih diberi peluang dikembalikan 60 hari. Ini dengan catatan," jelas Jokowi.
"Keempat, kerugian negara ini harus kongkret, tidak mengada-ngada. Kelima, tidak diekspos ke media secara berlebihan sebelum kita melakukan penuntutan," tambahnya.
Kendati kinerja kepolisian dan kejaksaan tinggi belum optimal dalam menerapkan lima arahan di atas, Presiden Jokowi berharap ada upaya memperbaiki ke depannya. Presiden menyayangkan jika seluruh kebijakan pemerintah tidak bersinergi dengan penerapannya.
"Kita sudah pontang panting melakukan terobosan-terobosan baik yang namanya deregulasi ekonomi sudah XII kita keluarkan. Kemudian terobosan amnesti pajak juga sudah, tapi kalau ini tidak didukung, tidak di support, baik di pemda, baik di jajaran Kejari, Kejati, Polresta, Polda, ya tidak jadi," ujarnya.
Apalagi, lanjut Presiden, persaingan di lintas dunia semakin ketat. Dengan demikian perlu kerja sama yang baik antara penegak hukum, pemerintah dan masyarakat.
"Begitu kita kehilangan jam, detik hari, momentum itu akan hilang. Begitu kita tidak merespon sesuatu, banyak hal hilang. Oleh sebab itu saya minta jajaran Jaksa Agung, Polri betul-betul respon setiap kejadian, setiap perintah yang sudah kita sampaikan," tandasnya.
Dari pantauan merdeka.com, sejumlah menteri hadir dalam acara ini. Mereka di antaranya Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli.
Hadir juga Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPk) Agus Rahardjo, Jaksa Agung HM Prasetyo dan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Mardiasmo.
Selanjutnya Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol Tito Karnavian, Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan dan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi menyebut hingga saat ini masih marak kasus korupsi ditemukan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi akan mengevaluasi Pj kepala daerah setiap hari dan akan mengganti yang bertindak menyimpang.
Baca SelengkapnyaJokowi justru menilai KPK saat ini sudah bagus dan memiliki sistem baik.
Baca SelengkapnyaDia kerap mendapat keluhan bahwa APBD tidak cukup untuk memperbaiki.
Baca SelengkapnyaJokowi meminta maaf kepada pejabat TNI-Polri jika punya salah selama memimpin 10 tahun ini.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, kinerja KPK sudah sangat bagus. Sejumlah pejabat mulai ditangkap, melalui operasi tangkap tangan KPK.
Baca SelengkapnyaMinimnya realisasi belanja ini berdampak pada peredaran uang di kabupaten/kota dan menunjukkan daya beli masyarakat yang rendah.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi terus memantau realisasi belanja pemerintah pusat maupun daerah.
Baca SelengkapnyaIsu yang beredar, mulai dari pembatalan kenaikan UKT yang tinggi, hingga masalah yang menyeret Kejaksaan Agung dan Polri
Baca SelengkapnyaJokowi geregetan dengan bupati yang tidak mengetahui inflasi di derah.
Baca SelengkapnyaJokowi tak ragu mengganti kepala daerah jika berkinerja buruk atau melenceng dari arahan pemerintah pusat.
Baca SelengkapnyaJohan Budi meminta agar permasalahan itu disampaikan kepada Komisi III DPR RI sebagai mitra KPK.
Baca Selengkapnya