Jokowi Tak Akan 'Kampanyekan' Gibran dan Bobby Nasution di Pilkada 2020
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk kesekian kalinya menegaskan tak membangun dinasti politik. Isu dinasti politik ini berkaitan dengan majunya anggota keluarganya dalam Pilkada Serentak.
Tercatat, anggota keluarga Presiden yang akan meramaikan Pilkada Serentak 2020 adalah putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo. Menantu Jokowi, Bobby Nasution di Pilkada Medan. Adik ipar Presiden Jokowi, Wahyu Purwanto juga maju di dunia politik. Dengan meramaikan bursa Pilkada Gunungkidul 2020. Wahyu mendaftarkan diri sebagai calon Bupati Gunungkidul lewat Partai Nasdem.
"Yang menentukan rakyat, semua memiliki hak untuk memilih dan dipilih cari partai saja masih kesulitan," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (17/1).
-
Bagaimana cara keluarga Jokowi terlibat politik? Sejarah perpolitikan yang perlu kita catat bersama, sejak masa Pak Jokowi inilah anak-anak dan menantu, sama keluarga terdekatnya itu terlibat aktif di dalam politik.
-
Siapa yang menolak dinasti politik? Abu Bakar pun turut menolak secara tegas konsep dinasti politik. Hal ini terlihat dari ungkapan Abu Bakar menjelang wafatnya.
-
Apa alasan PDIP memecat keluarga Jokowi? Anggota tersebut dinilai telah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. Selain itu, mereka juga memberikan dukungan kepada calon yang tidak sesuai dengan keputusan resmi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam Pemilihan Presiden 2024.
-
Bagaimana dinasti politik berdampak pada kualitas demokrasi di Indonesia? Didominasi Orang-Orang Politik Arga melihat, sejauh ini partai besar sekalipun didominasi oleh orang-orang dari lingkup politik, bukan dari masyarakat luas. Bahkan jabatan strategis dengan mudah diperoleh dari hubungan keluarga dan kerabat. Dampaknya semakin sulit bagi individu dari kalangan masyarakat biasa untuk ikut andil dalam politik.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Siapa yang larang Jokowi ikut kampanye? Tidak ada penyebutan presiden dan wakil presiden atau menteri di dalamnya.
Presiden Jokowi berjanji tidak mau ikut campur dengan langkah politik yang diambil putra sulung dan menantunya. Jokowi juga berjanji tidak akan mengkampanyekan Gibran dan Bobby.
"Saya tidak akan kampanye. Jadi sekali lagi tidak ada namanya dinasti, pilihan rakyat siapapun kalau tidak dikehendaki rakyat ya tidak akan jadi, cari partai masih kesulitan itu pertama," ungkap Jokowi.
Dinasti Politik
Menurut pengamat politik Universitas Airlangga, Surabaya, Hari Fitrianto menilai, keikutsertaan anak dan mantu Jokowi dalam Pilkada 2020 bukan upaya membangun dinasti politik. Sebab, syarat dinasti politik yang menjadi indikator tidak terpenuhi.
"Majunya Gibran dan Bobby dalam bursa Pilkada tidak bisa dinilai sebagai sebuah bentuk dinasti politik. Paling tidak dalam kacamata negatif. Selama ini dinasti politik terlanjur di-frame sebagai perilaku negatif menguasai jabatan-jabatan publik oleh suatu jalinan keluarga yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan melalui cara-cara tertutup dan anti-demokrasi," kata Hari saat dihubungi, Senin (13/1).
Dalam kasus Gibran dan Bobby, menurut dia, syarat dinasti politik tidak terpenuhi. Sebab, kedua anak muda itu, berusaha mengikuti proses demokrasi baik di internal partai maupun ke parpol lain.
"Sebagai milenial yang bersemangat, mereka jujur berikhtiar kok, ikut prosedur dan masuk dalam seleksi terbuka yang kompetitif," ungkapnya.
Seluk Beluk Dinasti Politik
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menjelaskan, dinasti politik adalah saat ada upaya untuk mengisi jabatan dengan anggota keluarga lalu mengabaikan proses rekrutmen dan kaderisasi sesuai asa demokrasi di partai.
"Politik dinasti lebih cocok dilekatkan pada pengisian kekuasaan oleh sekelompok orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan mengesampingkan praktik-praktik yang mengutamakan kaderisasi, kapasitas dan kompetensi dalam kepemimpinan politik," kata Titi pada merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Titi menjelaskan, ada beberapa faktor menyebabkan seseorang membentuk politik dinasti. Di antaranya kepemilikan modal tinggi di partai hingga keinginan untuk terus berkuasa. Sehingga motivasi berkuasa untuk terus berkuasa itu menjadi latar dinasti politik.
Politik dinasti di Indonesia dalam era reformasi, kata Titi, tidak akan terlihat secara terang-terangan. Kondisi ini lebih dikemas sedemikian rupa, seolah-olah melalui proses demokrasi padahal semuanya sudah sengaja disiapkan agar memanipulasi masyarakat. "Padahal demokrasi prosedural itu hanya kamuflase saja."
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tudingan Jokowi membangun dinasti politik menguat setelah Gibran Rakabuming Raka didorong menjadi cawapres Prabowo.
Baca SelengkapnyaDia pun menuding peranan TNI/Polri hingga aparatur sipil negara.
Baca SelengkapnyaJokowi dan keluarga disebut tidak lagi selaras dengan cita-cita PDIP.
Baca SelengkapnyaPDIP sudah tidak menganggap Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga sebagai kader. PDIP sudah tidak sejalan dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaWali Kota Solo yang juga Wapres terpilih, Gibran Rakabuming Raka, memberikan tanggapannya.
Baca SelengkapnyaHal itu setelah anak Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dipinang menjadi bakal Cawapres oleh Prabowo.
Baca SelengkapnyaKomarudin mengaku memahami perasaan Bobby yang tetap ingin berada di PDIP.
Baca SelengkapnyaHasto menegaskan polemik keanggotaan anak dan menantu Presiden Jokowi sudah tutup buku.
Baca SelengkapnyaSalah satu peserta Pilpres 2024 merupakan anak sulung dari Presiden Jokowi yakni Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaDjarot menuturkan, Jokowi yang meminta kepada PDIP agar mengusung keduanya sebagai kepala daerah
Baca SelengkapnyaHubungan Megawati dengan keluarga Jokowi menjadi peristiwa politik yang menyita perhatian di tahun 2023.
Baca Selengkapnya"Soekarno pun presiden, nggak bisa menjadikan Bu Mega jadi calon wakil presiden, Pak Harto pun nggak bisa. Kenapa? Karena nggak punya prestasi," katanya.
Baca Selengkapnya