Jonan Pastikan Penerbangan & Pelayaran di Selat Sunda Belum Terganggu Erupsi Krakatau
Merdeka.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan mengatakan, sampai dengan hari ini, jalur penerbangan yang melewati wilayah Selat Sunda dipastikan belum terganggu erupsi vulkanik Gunung Anak Krakatau.
Menteri Jonan menegaskan, Kementerian ESDM tercatat belum sama sekali menerbitkan larangan atau peringatan penerbangan udara yakni Volcano Observatory for Aviation (VONA) kepada industri penerbangan.
"Penerbangan biasanya kalau debunya sangat banyak dan debunya besar, kita terbitkan yang namanya VONA. Itu pemberitahuan kepada otoritas penerbangan di navigasi udara untuk mengubah atau menyesuaikan udara. Tapi sejauh ini belum ada VONA di penerbangan, begitu juga pelayaran," kata Jonan di Banten, Jumat (28/12).
-
Kapan Gunung Krakatau meletus? Letusan dahsyat Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883.
-
Kapan Baby Volcano meletus terakhir? Letupan lumpur di Baby Volcano pernah terjadi pada 23 Februari 2022 lalu.
-
Kapan gunung meletus? Dengan adanya faktor-faktor tersebut, terjadilah letusan gunung meletus yang dapat berdampak pada kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap kehidupan manusia.
-
Kapan Gunung Batutara terakhir meletus? Bukti jika pulau tersebut adalah gunung api mulai terkuak ketika terjadinya letusan pada tahun 2007 silam.
-
Apa saja upaya mitigasi bencana gunung meletus? Mitigasi bencana gunung meletus ini dilakukan dalam beberapa upaya, mulai dari pemantauan dan pengataman, pembuatan peta rawan bencana, sosialisasi dan edukasi, serta peringatan dini.
-
Dimana letusan gunung berapi terjadi? Pertanyaan tersebut menjadi fokus perhatian para peneliti yang mengunjungi dataran tinggi luas dan berbatu di India Barat yang terbentuk oleh lava cair, di mana mereka melakukan pengeboran batu dan mengumpulkan sampel untuk dianalisis.
Dia menambahkan, abu dari erupsi vulkanik Gunung Anak Krakatau itu juga belum mengganggu batas ketinggian dari industri penerbangan atau pesawat untuk terbang yakni berkisar dari 5.000-10.000 meter.
"Satu atau dua hari ini ketinggian abu kira-kira 500-700 meter. Kalau penerbangan melintas itu kan paling kurang 5.000 sampai dengan 10.000 meter. Jadi abunya memang masih di bawah," ujarnya.
Jonan pun menjelaskan, pihaknya sampai saat ini belum ada komunikasi lebih lanjut terkait terganggunya jalur penerbangan udara dengan otoritas bandara terkait.
"Kalau abu berdampak biasanya otoritas bandara ada paper test di runway kira-kira kejatuhan abu atau tidak. Kalau sudah mulai kejatuhan abu, maka pasti akan konsultasi dengan navigasi udara dan kami, bahwa ini maunya ruang udara mau ditutup apa enggak. Seperti Bandara Ngurah Rai Bali kan sempat buka tutup karena abunya sampai ke sana," tandasnya.
Reporter: Bawono Yadika TulusSumber: Liputan6.com
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aktivitas Gunung Ruang Menurun, Penerbangan di Sulut Kembali Normal
Baca SelengkapnyaJarak luncuran awan panas tidak diketahui dikarenakan visual Gunung Semeru tertutup kabut.
Baca SelengkapnyaTeramati kolom abu setinggi 800 meter dari puncak gunung dan guguran material ke arah Besuk Kobokan.
Baca SelengkapnyaSeperti diketahui, erupsi Gunung Ruang yang terjadi sejak Rabu (17/3) tengah malam membuat Bandara Sam Ratulangi di Manado harus ditutup sementara.
Baca SelengkapnyaGunung Semeru Kembali Erupsi, Total 174 Kali sejak Awal 2024
Baca SelengkapnyaGempa bumi dengan magnitudo 4,6 mengguncang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Gempa terjadi sekitar pukul 06.35 WIB.
Baca SelengkapnyaAnne juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kereta api yang mengalami gangguan perjalanan akibat BLB tersebut.
Baca SelengkapnyaZaidan menuturkan bahwa Sriwijaya Air Group tetap menjunjung tinggi profesionalisme.
Baca SelengkapnyaBandar Udara (Bandara) Frans Seda Maumere ditutup sementara imbas erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki.
Baca SelengkapnyaTidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban Topan Yagi
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyatakan, secara keseluruhan Papua dalam situasi aman.
Baca Selengkapnya