Jubir Satgas: Saya Tegaskan Ivermectin untuk Terapi bukan Obat Anti-Covid-19!
Merdeka.com - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menegaskan, bahwa ivermectin bukanlah obat anti Covid-19. Menurutnya, ivermectin merupakan obat terapi bagi pasien Corona.
"Saya ingin menegaskan dulu bahwa ivermectin adalah obat yang digunakan untuk terapi bagi kasus positif bukan obat anti Covid-19," katanya kepada merdeka.com, Senin (28/6).
Wiku menjelaskan, penggunaan ivermectin secara resmi belum direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). Meski, dia mengakui ada beberapa lembaga independen dan sejumlah negara telah merekomedasikannya. Contohnya The United States Centers for Disease Control and Prevention (CDC or U.S) di Amerika Serikat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang memimpin Satgas Penanganan Covid-19? Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Jokowi menugaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjadi komando dalam sektor penanganan kesehatan. Lalu dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Pandemi Covid-19.
-
Siapa yang mengembangkan obat ini? Ahli biologi molekuler dan dokter gigi, Takahashi Katsu, telah mengembangkan obat sejenis ini untuk pertama kalinya setelah bekerja dalam bidang regenarasi gigi selama 20 tahun.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mempromosikan obat dengan mencatut nama Dokter Terawan? Salah satunya, terkait iklan yang mencatut nama dokter Terawan sedang mempromosikan obat di media sosial.
"Perlu ditekankan bahwa tidak merekomendasikan bukan berarti tidak mengizinkan karena saat ini WHO pun masih menunggu hasil penelitian yang lebih luas," jelasnya.
Wiku menyebut, beberapa penelitian menyatakan bahwa pemakaian ivermectin sebagai anti parasit pada tubuh manusia sangat minim efek samping. Kata dia, efek samping yang berpeluang terjadi itu akan muncul jika dilakukan penggunaan yang berlebihan.
"Oleh karena itu walaupun penggunaanya diperbolehkan, konsumsinya harus berimbang di bawah pengawasan dokter agar efektivitasnya lebih besar daripada efek sampingnya," katanya.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengklaim penggunaan Ivermectin ampuh sebagai obat Covid-19. Pria yang juga menjabat Ketua HKTI ini bahkan menyebut hasil jurnal luar negeri terkait Ivermectin.
"Menurut FLCCC alliance (Front Line Covid Critical Care) sudah ada 33 negara yg menggunakan invermectin dalam mengatasi covid-19, antara lain Brazil, Zimbabwe, Jepang, dan India," katanya.
Selanjutnya, berdasarkan American Journal of theurapetic ada penelitian yang melibatkan 3.406 partisipan.
"Ini terbagi menjadi 15 uji klinis, terbukti atau membuktikan bahwa ivermectin dapat mengatasi covid sebear 95 persen. Berikutnya ada juga hasil penetilian dari BIRD group yang melibatkan 24 uji klinis dari 15 negara," tuturnya.
"Jadi dari 3.406 partisipan menunjukkan menekan tingkat kematian pasien Covid. Selain itu juga, tercatat 15 negara sudah berhasil melawan covid dengan menggunakan ivermectin. Peru, Meksiko, Slovakia adalah negara yang turut berhasil menekan penderita covid dengan penggunaan ivermectin," sambungnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kratom memiliki manfaat kesehatan, seperti obat anti nyeri hingga penyakit kanker.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaMengimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaTerawan sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan periode 23 Oktober 2019 hingga 23 Desember 2020.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi meneken Perpres ini 4 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi siap jadi 'endorser' kepada masyarakat yang menderita TBC agar tidak lupa minum obat.
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca Selengkapnya