Jumlah elang Jawa dan kakatua jambul kuning di Jawa Timur meningkat
Merdeka.com - Jumlah beberapa jenis satwa di lingkungan konservasi di Jawa Timur mengalami peningkatan selama tahun 2016. Salah satu yang mengalami peningkatan populasi adalah spesies Elang Jawa atau Nisaetus Bartelsi dan kakatua jambul kuning.
Kepala Balai Besar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BB KSDA) Jawa Timur, Ayu Dewi Utari mengatakan, hasil monitoring di lapangan menunjukkan peningkatan jumlah dua satwa tersebut.
"Jenis satwa yang mengalami peningkatan jumlah di antaranya elang Jawa dan kakatua kecil jambul kuning atau cacatua sulphurea abbotti," kata Kepala Balai Besar Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BB KSDA) Jawa Timur, Ayu Dewi Utari, Rabu (18/1).
-
Di mana elang Jawa tinggal? Habitat yang disukai elang jawa adalah ekosistem hutan hujan tropis yang selalu hijau, mulai dari dataran rendah hingga daerah yang lebih tinggi dengan ketinggian mencapai 2.200 meter dan kadang-kadang 3.000 meter di atas permukaan laut.
-
Dimana habitat elang jawa di Jawa Timur? Sementara di Jawa Timur, dijumpai di Gunung Bromo, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Meru Betiri.
-
Dimana elang Jawa dilepaskan? Pelepasan burung elang Jawa tersebut dilakukan di tempat latihan Kostrad tepatnya di Gunung Sangga Buana, Jawa Barat.
-
Kenapa elang Jawa dilepaskan? Elang Jawa tersebut secara resmi telah dibiarkan hidup di alam bebas setelah melalui proses habituasi yang cukup panjang.
-
Siapa yang melepas elang Jawa? Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menghadiri acara pelepasan elang Jawa di tempat latihan Kostrad.
-
Bagaimana proses pelepasan elang Jawa? Pelepasan burung elang Jawa tersebut dilakukan di tempat latihan Kostrad tepatnya di Gunung Sangga Buana, Jawa Barat.
Kendati dari sisi angka jumlahnya sangat kecil, namun peningkatan jumlah Elang Jawa menjadi berita yang menggembirakan.
Catatan untuk elang Jawa tahun 2013 berhasil teridentifikasi sebanyak 8 ekor dan setahun kemudian terpantau menjadi 11 ekor. Tetapi antara tahun 2014 sampai 2015 tidak terjadi peningkatan jumlah elang Jawa, baru kemudian tahun 2016 teridentifikasi sebanyak 14 ekor.
Kata Ayu, monitoring elang Jawa dilakukan di tiga lokasi yakni Blok Hutan Banyulinu di kawasan cagar alam Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup, Kabupaten Banyuwangi. Lokasi lainnya di Blok Hutan Pancur Perkebunan Kalisat, Bondowoso dan Cagar Alam Gunung Picis Ponorogo.
Pada 15 Desember 2015 lalu, pihaknya juga melakukan pelepasliaran elang Jawa di Cagar Alam Gunung Picis.
Sementara satwa jenis kakaktua kecil jambul kuning juga mengalami peningkatan jumlah, meski hanya satu ekor. Pemantauan kakatua kecil jambul kuning selama ini dilakukan Maskambing, Kabupaten Sumenep.
Selain yang disebutkan di atas, satwa prioritas di Lembaga Konservasi yang tercatat mengalami perkembangan antara lain tapir, julang mas, babi rusa, rusa sambar, merak, owa jawa dan lain-lain.
"Tahun ini kebakaran hutan tidak ada, kemungkinan karena 2016 curah hujan tinggi atau kemarau basah, sehingga sangat menguntungkan," katanya.
Elang Jawa sendiri dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia yaitu Garuda, Sejak 1992 ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda.
Baca SelengkapnyaWilayahnya terdiri dari hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang rumput.
Baca SelengkapnyaPopulasi jalak bali atau curik di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) terus bertambah. Burung ini merupakan salah satu satwa langka dari Pulau Dewata
Baca SelengkapnyaEksklusif, daftar ini mengungkap keindahan dan kehebatan elang terbesar.
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi rumah bagi berbagai jenis burung yang memukau. Intip jenis burung endemik yang umum dijumpai.
Baca SelengkapnyaPada awal abad ke-19 harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan proses pelepasan burung elang Jawa di alam.
Baca SelengkapnyaBKSDA Jawa Tengah melepasliarkan 25 ekor burung langka ke Papua dan Maluku. Satwa endemik itu umumnya diserahkan warga yang memeliharanya secara ilegal.
Baca SelengkapnyaPelepasan satwa yang dilindungi ini dilaksanakan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali.
Baca SelengkapnyaKeberadaan hewan ini terkahir kali diketahui sudah lebih dari 150 tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaSejak 1870 populasi ikan Pari Jawa berkurang. Hal ini menjadi bukti konkretnya.
Baca SelengkapnyaPerdagangan satwa lindung masih sering ditemui di pasar burung.
Baca Selengkapnya