Kabel Sutet di Gunungpati Semarang Meledak Sebelum Listrik Padam di Jakarta
Merdeka.com - Kabel Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang melintang di kawasan Desa Malon, Gunungpati, Kota Semarang, dilaporkan meledak pada hari Minggu (4/8) siang, sesaat sebelum wilayah Jakarta dan sekitarnya mengalami listrik padam.
Garis polisi tampak terpasang di dua titik yang diduga berada di bawah lintasan kabel SUTET di Jalan Malon, Gunungpati itu. Warga di sekitar lokasi kejadian membenarkan ledakan yang terjadi pada hari Minggu sekitar pukul 11.30 WIB itu.
Puniah (45) mengatakan terjadi ledakan sekitar empat kali saat kejadian. "Sekitar empat kali terdengar ledakan berurutan," katanya seperti dikutip Antara, Senin (5/8).
-
Siapa korban kebakaran? Atas kejadian itu, mengakibatkan satu orang meninggal dunia atas nama Cornelius Agung Dewabrata (59).
-
Siapa yang menjadi korban kebakaran? Tragedi kebakaran ini pertama kali ditemukan oleh keponakannya, Nurul Mufid (40). Ia melihat api berkobar di belakang rumah dan langsung mengecek sumbernya, menemukan tumpukan daun dan ranting bambu kering di pekarangan. Namun, saat itu Mufid belum menyadari bahwa pamannya terjebak di tengah api yang berkobar.
-
Bagaimana korban mengalami luka bakar? Bocah malang itu diduga dianiaya dan dibakar teman sepermainannya dalam perjalanan menuju warung yang tak jauh dari rumah.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Apa yang terjadi pada korban? Korban pun akan terpanggang di dalamnya. Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
-
Mengapa sengatan listrik bisa mematikan? Memang benar sengatan listrik, jika cukup kuat, dapat membunuh seseorang. Tapi apa sebenarnya yang membuat listrik berpotensi mematikan?
Bahkan, kata dia, ledakan yang diduga berasal dari SUTET tersebut sempat membakar pohon yang ada di bawahnya. Dia menyebut petugas pemadam kebakaran didatangkan untuk memadamkan api.
Dalam kejadian tersebut terdapat korban luka. "Ada yang terluka, langsung dilarikan ke rumah sakit," kata warga lainnya Lis Amalia.
Petugas pemadam kebakaran yang datang ke lokasi tidak berani memadamkan pohon yang sempat terbakar itu dengan air. Sebab, risiko kawasan di sekitar lokasi yang dikhawatirkan masih terhubung dengan aliran listrik.
Terpisah, Manajer Komunikasi PLN Jateng-DIY Haris mengatakan jaringan SUTET yang melintas di lokasi kejadian itu merupakan jalur transmisi 500 KV interkoneksi Jawa-Bali.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa kabel melintang juga nampak menjuntai. Selain itu, dari rekaman video, kebakaran menyebabkan sejumlah kabel putus.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI memberikan ultimatum kepada para operator agar segera membenahi kabel yang semrawut.
Baca SelengkapnyaSekitar 2.000 jiwa dari 19 RT terdampak kebakaran Manggarai ini.
Baca SelengkapnyaDiduga, terbakarnya tiang listrik saat hujan deras itu dipicu korsleting atau hubungan arus pendek. Api sempat berkobar dan menyala cukup besar.
Baca SelengkapnyaBPBD DKI Jakarta menyatakan tujuh orang terluka akibat kebakaran pemukiman padat penduduk yang terjadi di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan
Baca SelengkapnyaKejadian kebakaran tersebut didokumentasikan dalam cuplikan video.
Baca SelengkapnyaDiduga, api muncul akibat gesekan bahan bakar batubara dengan kabel di lantai dasar.
Baca SelengkapnyaKebakaran pemukiman padat di Jalan Remaja, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan berhasil dikendalikan petugas damkar.
Baca SelengkapnyaTerekam detik-detik masinis menyelamatkan dari kecelakaan mengerikan itu.
Baca SelengkapnyaBadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta melaporkan ada 200 rumah semi permanen hangus akibat kebakaran tersebut.
Baca SelengkapnyaSebanyak 35 unit mobil pemadam kebakaran telah dikerahkan ke lokasi kejadian.
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkap kronologi meledaknya benda berwarna putih di kawasan padat penduduk, Guntur Setiabudi
Baca Selengkapnya