Kabut Asap Pekat, Kualitas Udara di Palembang Masuk Kategori Tidak Sehat
Merdeka.com - Sejak beberapa hari terakhir, kabut asap di Palembang mulai pekat terutama di pagi hari. Jarak pandang hari ini saja berada di bawah satu kilometer, tepatnya 300-500 meter.
Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji menjelaskan, kabut asap tersebut berdampak pada kualitas udara di Palembang. Konsentrasi PM 10 yang tercatat di Stasiun Klimatologi Palembang 5 September 2019 pukul 00.00-08.00 WIB dalam kategori tidak sehat dengan nilai 105-196 µgram/m3 melewati Nilai Ambang Batas tidak sehat adalah pada 150 µgram/m3.
"Dari pengamatan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kualitas udara di Palembang masuk dalam kategori tidak sehat," ungkap Bambang, Kamis (5/9).
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Bagaimana kabut asap ganggu mata? Hal ini karena adanya debu dan zat iritatif yang terkandung di dalam kabut asap. Oleh karena itu, sediakan obat tetes mata dan pastikan menggunakan kacamata saat beraktivitas di luar rumah, terutama saat sedang menghadaoi kabut asap.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Di mana polusi udara tinggi? Laman IQAir yang diperbarui menunjukkan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta berada dalam kategori sedang.
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Di mana kualitas udara Jakarta terpantau tidak sehat? Kualitas udara di DKI Jakarta terpantau masuk kategori tidak sehat pada Senin (14/8) pagi ini.
Dijelaskannya, jarak pandang terendah pagi ini tercatat di Bandara SMB II Palembang 300 sampai 500 meter dengan kelembapan 96-98 persen. Asap pekat berdampak satu penerbangan mengalami penundaan.
Menurut dia, intensitas kabut asap (Campuran kabut dan asap) umumnya terjadi pada dini hari menjelang pagi hari (04.00-07.00 WIB). Hal ini dikarenakan labilitas udara yang stabil pada saat tersebut.
Fenomena ini diindikasikan dengan kelembapan yang tinggi dengan partikel-partikel basah di udara yang disebabkan kondisi langit pada malam hari tanpa awan mengakibatkan radiasi permukaan bumi lepas keluar atmosfer dan suhu di permukaan relatif dingin yakni 22-23 derajat celcius.
Setelah terbit matahari keadaan udara akan relatif labil sehingga partikel basah (kabut) maupun kering (asap) akan terangkat naik dan jarak pandang akan menjadi lebih baik. Tapi partikel kering (asap) yang pergerakannya karena angin horizontal akan tetap ada di permukaan dan akan mengganggu pernafasan.
Kondisi ini akan terus berpotensi berlangsung karena berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG tidak ada potensi hujan hingga 11 September 2019 di wilayah Sumatera. Angin permukaan umumnya dari selatan-tenggara dengan kecepatan 5-10 Knot (9-19 Km/jam) mengakibatkan potensi masuknya asap dari karhutla ke wilayah Kota Palembang.
"Daerah yang berkontribusi asal ke Palembang dari Banyuasin, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran dan Mesuji. Masyarakat harus jaga kesehatan, gunakan masker dan kurangi aktivitas di luar rumah," pungkasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaJarak pandang hanya 200 meter terjadi di dua daerah.
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaData terupdate pukul 08.42 Wib, Palembang menjadi kota dengan kualitas udara sangat buruk se-Indonesia di level 181 AQI US.
Baca SelengkapnyaKabut atau embun terjadi karena suhu permukaan bumi yang lebih dingin dari biasanya.
Baca SelengkapnyaSebaran kabut asap akibat karhutla ini membuat kualitas udara di Palembang memburuk dan lebih parah dari polusi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaSitus tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan laporan IQAir, kualitas udara Jakarta pada Jumat (22/9/2023) pukul 15.00 WIB mencapai angka 152.
Baca SelengkapnyaIndeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 124 atau masuk dalam kategori tidak sehat
Baca SelengkapnyaKualitas udara di Jakarta pada Senin (1/7) pagi masih masuk kategori tidak sehat.
Baca SelengkapnyaSenin 13 Mei 2024 kualitas udara Jakarta terburuk di urutan ke 10 dunia.
Baca SelengkapnyaJakarta sebagai kota dengan kualitas udara peringkat kedua terburuk di dunia
Baca Selengkapnya