Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kalau Soekarno-JFK masih hidup, Freeport tak akan keruk Papua

Kalau Soekarno-JFK masih hidup, Freeport tak akan keruk Papua Soekarno-Kennedy. ©blogspot.com

Merdeka.com - John Fitzgerald Kennedy (JFK), presiden Amerika Serikat ke-35 ini merupakan sahabat dekat Soekarno. Kedua pemimpin ini cocok bergaul. Hubungan Indonesia dan AS yang sempat renggang pada masa presiden Eisenhower, kembali membaik saat Kennedy berkuasa.

Saat Soekarno datang ke AS, Kennedy menyambutnya dengan hangat. Bahkan Kennedy memberi Soekarno kenang-kenangan sebuah helikopter. Kennedy pun berjanji akan mengunjungi Indonesia tahun 1964. Soekarno begitu gembira melihat tawaran persahabatan dari JFK.

Soekarno bahkan membangun sebuah paviliun khusus di Istana Negara. Bangunan itu rencananya akan dijadikan tempat Kennedy menginap saat di Jakarta. Sayang, Kennedy tak pernah menempati bangunan itu.

Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Berakhirlah hidup politikus cerdas itu. Kematian Kennedy masih menjadi misteri hingga saat ini.

"Kennedy berpikiran progresif. Ketika aku membicarakan masalah bantuan kami, dia mengerti. Dia setuju. Seandainya Presiden Kennedy masih hidup tentu kedua negara tak akan berseberangan sejauh ini," kata Soekarno menyesali tragedi ini dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.

Sebagian pihak menilai pembunuhan Kennedy penuh nuansa politis. Apa hubungan Kennedy dengan penggalian emas PT Freeport?

Lisa Pease membeberkan hal itu dalam artikel berjudul 'JFK, Indonesia, CIA, and Freeport' di majalah Probe tahun 1996. Tulisan ini juga disimpan dalam National Archive di Washington DC.

Freeport ternyata sudah lama mengincar Papua. Tahun 1959, perusahaan Freeport Sulphur nyaris bangkrut karena tambang mereka di Kuba dinasionalisasi oleh Fidel Castro. Dalam artikel itu disebut berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.

Di tengah kondisi perusahaan yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.

Gruisen bercerita dirinya menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Disebutkan tembaga di gunung ini tak perlu susah-susah digali. Ibarat kata tinggal meraup, karena tembaga berada di atas tanah.

Wilson tertarik dan mulai mengadakan survei ke Papua. Dia setengah gila kegirangan karena menemukan gunung itu tak hanya berisi tembaga tapi emas! Ya, dia menemukan gunung emas di Papua.

Tahun 1960, suasana di Papua tegang. Soekarno berusaha merebut Papua dari Belanda lewat operasi militer yang diberi nama Trikora. Freeport yang mau menjalin kerjasama dengan Belanda lewat East Borneo Company pun belingsatan. Kalau Papua jatuh ke Indonesia bisa runyam urusannya. Mereka jelas tak mau kehilangan gunung emas itu.

Wilson disebutkan berusaha meminta bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS itu malah kelihatan mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob Kennedy untuk menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua. JFK juga yang mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut.

Agaknya Belanda pun tak tahu ada gunung emas di Papua sehingga mereka menurut saja disuruh mundur oleh AS.

Kontrak Freeport pun buyar. Apalagi Soekarno selalu menolak perusahaan asing menancapkan kaki mereka di Papua. Pada perusahaan minyak asing yang sudah kadung beroperasi di Riau, Soekarno meminta jatah 60 persen untuk rakyat Indonesia.

Kekesalan mereka bertambah, Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia.

Sebutir peluru menghentikan langkah Kennedy. Kebijakan pengganti Kennedy langsung bertolak belakang. Indonesia pun makin jauh dari AS dan semakin mesra dengan Blok Timur yang berbau komunis.

Tragedi September 1965 menghancurkan Soekarno. Dia yang keras menolak modal asing, digantikan Soeharto.

Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.

Ironisnya, pemerintah Indonesia hanya dapat jatah 1 persen. Kontras sekali dengan apa yang diperjuangkan Soekarno.

Kalau JFK dan Soekarno masih ada, tak akan ada Freeport di Papua. (mdk/ian)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat
Sejarah Poros Jakarta-Pyongyang-Peking, Rumusan Politik Luar Negeri Soekarno yang Anti Barat

Di masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno merumuskan politik luar negeri yang cenderung anti barat dan memihak kepada negara-negara Komunis.

Baca Selengkapnya
Cerita Heroik Pasukan KKO Selamatkan Sukarno di Wisma Yaso
Cerita Heroik Pasukan KKO Selamatkan Sukarno di Wisma Yaso

Rencana mereka adalah membawa Soekarno ke markas KKO di Surabaya.

Baca Selengkapnya
FOTO: Momen Jokowi Bertemu Presiden Filipina Saat HUT ke-51 PDIP
FOTO: Momen Jokowi Bertemu Presiden Filipina Saat HUT ke-51 PDIP

Ini menjadi kali pertama Presiden Jokowi tak menghadiri acara HUT PDIP.

Baca Selengkapnya
Bertemu PM Papua Nugini, Jokowi Senang Ekonomi di Perbatasan Kembali Menggeliat
Bertemu PM Papua Nugini, Jokowi Senang Ekonomi di Perbatasan Kembali Menggeliat

Pertemuan bilateral Indonesia-Papua Nugini merupakan rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.

Baca Selengkapnya
Kisah Heroik 'Bang Nolly' Letjen Tjokropranolo, dari Ajudan Pribadi Soedirman hingga Jadi Gubernur DKI Jakarta
Kisah Heroik 'Bang Nolly' Letjen Tjokropranolo, dari Ajudan Pribadi Soedirman hingga Jadi Gubernur DKI Jakarta

Kerap disapa Bang Nolly, pria asal Temanggung ini merupakan salah satu tokoh militer dan politik yang patut untuk dikenang jasa-jasanya.

Baca Selengkapnya
Membaca Makna Pertemuan Ganjar dan Bobby Nasution
Membaca Makna Pertemuan Ganjar dan Bobby Nasution

Bobby yang juga Wali Kota Medan itu menyambut kedatangan Ganjar di Bandara Kualanamu, Deli Serdang

Baca Selengkapnya
Jokowi Klaim Situasi Papua Aman: Jangan Masalah Kecil Dibesar-besarkan
Jokowi Klaim Situasi Papua Aman: Jangan Masalah Kecil Dibesar-besarkan

Presiden Jokowi menyatakan, secara keseluruhan Papua dalam situasi aman.

Baca Selengkapnya
Bertemu PM Trovoada, Jokowi Tegaskan Komitmen Indonesia Perkokoh Solidaritas Global
Bertemu PM Trovoada, Jokowi Tegaskan Komitmen Indonesia Perkokoh Solidaritas Global

Indonesia memperkokoh kerja sama negara-negara selatan global.

Baca Selengkapnya
Orang Desa Yang Sederhana ini Dianggap Sahabat Paling Setia Oleh Presiden Soeharto, Sampai Diundang ke Cendana
Orang Desa Yang Sederhana ini Dianggap Sahabat Paling Setia Oleh Presiden Soeharto, Sampai Diundang ke Cendana

Soeharto memerintahkan camat dan lurah untuk membawa sahabatnya dari desa ke Jakarta

Baca Selengkapnya
VIDEO: Klub Presiden RI, Bentukan Prabowo Pertemukan Jokowi dan Megawati
VIDEO: Klub Presiden RI, Bentukan Prabowo Pertemukan Jokowi dan Megawati

Juru Bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, menjelaskan mengenai keinginan Prabowo membentuk Presidential Club atau Klub Presiden.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jokowi Cerita Negosiasi Panjang Aparat & KKB di Balik Bebasnya Pilot Susi Air Philip Mehrtens
VIDEO: Jokowi Cerita Negosiasi Panjang Aparat & KKB di Balik Bebasnya Pilot Susi Air Philip Mehrtens

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Marthens dari penyanderaan KKB di Papua

Baca Selengkapnya
Jokowi Terima Kunjungan Presiden Korea Selatan di Istana Merdeka
Jokowi Terima Kunjungan Presiden Korea Selatan di Istana Merdeka

Jokowi dan Iriana menyambut hangat Presiden Korsel dan istrinya.

Baca Selengkapnya