Kapolri buru satu keluarga penyebar ideologi radikal di balik Bom Surabaya
Merdeka.com - Kapolri Tito Karnavian meluruskan informasi yang menyebut bahwa pelaku pemboman di Surabaya yakni Dita Oepriarto dan keluarganya pernah berguru perakitan bom di Suriah. Tito menyebutkan, Dita dan keluarganya tidak pernah mendapatkan pelatihan itu.
"Saya merivisi info, bila Dita sekeluarganya tidak pernah berlatih di Suriah, melainkan ada satu keluarga lainnya," kata Tito, di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Senin (14/5).
Keluarga yang dimaksud Tito, diduga pernah mendapatkan pelatihan luar negeri sekaligus menjadi ideolog utama. Tito tidak mengungkapkan identitas dari keluarga yang dimaksud.
-
Dari mana keluarga ini berasal? Dikutip dari Hindustan Times, keluarga yang berasal dari Larkana ini memegang rekor Guinness World sejak 2019.
-
Bagaimana pelaku bom bunuh diri menyerang? Pelaku menggunakan rompi berisi bahan peledak. Mengutip Al Jazeera, setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 300 orang lainnya terluka. Korban tewas didmoinasi oleh wanita dan anak-anak.
-
Di mana pembunuhan keluarga itu terjadi? Arkeolog menemukan situs pemakaman massal ini di Desa Koszyce, Polandia. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sampel DNA kerangka tersebut mengungkap sebuah keluarga besar tewas secara brutal di lokasi ini.
-
Siapa yang bercanda membawa bom? 'Kami sampaikan bahwa pesawat Pelita Air dengan no penerbangan IP 205 tujuan Jakarta mengalami keterlambatan penerbangan dikarenakan terdapat penumpang yang bercanda membawa bom,' katanya.
-
Apa yang dipelajari anak di keluarga? Keluarga adalah tempat pertama dalam pembentukan karakter, norma, dan nilai-nilai yang diterapkan oleh anggotanya.
-
Apa yang dimaksud dengan keluarga di Sumut? Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
"Ini kami sedang melakukan pengejaran dari tim Densus 88," ujarnya.
"Keluarga ini pernah ditangkap di Suriah, lalu dideportasi ke Indonesia dan menyebarkan ideologi utama itu," tambahnya.
Diketahui, keluarga ini pernah tertangkap di Turki, lalu dideportasi ke Indonesia. Di Indonesia, keluarga ini masih aktif menyebarkan ideologi dan ajaran terorisme. Mereka juga merekrut dan menanamkan ideologi keluarga bakal pengantin. Tercatat sejak kemarin, aksi bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo merupakan tiga keluarga.
"Kami pastikan yang di Mapolrestabes Surabaya, juga 60 persen masih satu keluarga," ucap dia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini BNPT memiliki berbagai program yang fokus membentuk kekuatan rumah tangga.
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaSebanyak dua teroris jaringan Anshor Daulah, LHM dan DW yang bekerja sebagai tenaga pendidik di Bima, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditangkap.
Baca SelengkapnyaTersangka membeli bahan peledak menggunakan tabungan uang jajan yang didapat dari orang tuanya.
Baca Selengkapnya5 Teroris Tersangka Bom Polsek Astana Anyar Ditangkap, Ada Anak Didik Dr Azahari & Simpatisan ISIS
Baca SelengkapnyaTiga pelempar bom ke rumah Ketua KPPS di Pamekasan, Jatim, diringkus polisi.
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan pada Jumat (14/7) lalu. Kedua terduga teroris tersebut berinisial HSN alias UL dan OS alias O.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaTerduga teroris ini berencana melakukan bom bunuh diri di rumah ibadah.
Baca SelengkapnyaDensus 88 mengungkapkan awal mula terduga teroris remaja berinisial HOK terpapar ideologi ISIS hingga berujung keinginan melakukan bom bunuh diri
Baca SelengkapnyaHanya sekitar tujuh bulan sejak terpapar paham radikal dari media sosial, HOK sudah nekat mempelajari cara peracikan bahan peledak.
Baca SelengkapnyaPolisi masih mendalami dari mana tersangka belajar merakit bom.
Baca Selengkapnya