Kapolri Perintahkan Anak Buah Lebih Peka Tangani Kasus Kekerasan Seksual
Merdeka.com - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan anak buah agar lebih peka dan sensitif saat menangani kasus kekerasan seksual. Sebab, kasus tersebut begitu menyorot perhatian publik.
"Penanganan terhadap kasus kekerasan seksual sangat mudah mendapatkan perhatian publik, perlu kepekaan dan sensitifitas petugas," kata Kapolri saat pengarahan dalam Rakor Anev Itwasum Polri 2021, dikutip merdeka.com dari channel youtube Divisi Humas Polri, Jumat (17/12).
Perintah itu disampaikan Kapolri saat memaparkan hasil analisis emosi terhadap Polri di media sosial, periode 15 November-16 Desember 2021.
-
Apa bentuk pelecehan yang dilakukan pelaku? Dia mengatakan korban sempat takut untuk mengaku hingga akhirnya pihak keluarga membawa korban ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pengecekan.'Yang bersangkutan menyampaikan takut. Setelah itu keluarga korban mengecek ke rumah sakit dan ternyata betul korban hamil, dan diakui oleh korban bahwa ia mengalami kekerasan seksual oleh pamannya sendiri,' kata dia, seperti dilansir dari Antara.
-
Kenapa pelaku melakukan pelecehan terhadap korban? Lebih lanjut, dia mengungkapkan AR sendiri tinggal sementara di rumah korban dan pelaku mengaku melakukan kekerasan seksual untuk kepuasan pribadi.
-
Apa bentuk kekerasan seksualnya? 'Keluarga korban direlokasi, namun untuk mempersiapkan tersebut korban masih tinggal dengan pamannya. Pada kesempatan itu pamannya tersebut itu melakukan kekerasan seksual kepada yang bersangkutan itu sebanyak 4 kali. Sehingga mengakibatkan korban hamil dan saat ini korban sudah melahirkan,' kata Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto melanjutkan.
-
Siapa pelaku pemerkosaan? 'Kejadian ini berawal dari kejadian longsor di daerah Padalarang Bandung Barat. Kebetulan keluarga korban ini rumahnya terdampak sehingga mereka mengungsi ke kerabatnya (AR) untuk sementara,' ucap Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, Selasa (3/9).
-
Bagaimana indra memengaruhi rasa jijik? Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman yang paling sering dihubungkan dengan perasaan jijik adalah terkait dengan indra penciuman, rasa, atau sentuhan yang juga dikenal sebagai indera 'proksimal'.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan terhadap korban? 'Pamannya melakukan kekerasan seksual kepada yang bersangkutan itu sebanyak empat kali kali sehingga korban hamil dan sudah melahirkan,' kata Tri.
Kapolri mengatakan dalam analisis tersebut didapati pandangan terhadap Polri dinilai dari sejumlah kasus yang heboh menjadi perbincangan khalayak. Ada yang netral, antisipasi. "Serta ada yang bentuk trust atau percaya, ada yang berbentuk angry atau kemarahan," jelasnya.
"Ada juga disgusting, artinya jijik, takut, surprise senang dan sedih. Tentunya angka ini harapan kita bagaimana kemudian warna kuning terkait dengan trust yang 10 persen ini bisa kita tingkatkan."
Kapolri mengingatkan hasil analisis tersebut merupakan beragam persepsi dari masyarakat, karena saat ini dunia-dunianya adalah dunia medsos memanfaatkan teknologi informasi mau tidak mau kita harus mengikuti terus perkembangan dari medsos. "Sehingga kemudian kita paham bisa melakukan langkah-langkah cepat dan kemudian grafik analisa tersebut tentunya bisa bergeser, utamanya terkait dengan trust," pesan Kapolri.
Terkait analisis yang menghasilkan warna merah membesar, ungu dan abu-abu, Kapolri mengatakan harus ditelusuri lebih dalam guna mengetahui penyebabnya. "Apakah, langkah di lapangkan belum berjalan dengan baik, apakah sudah berjalan belum diketahui oleh publik, atau memang respons kita lambat tolong untuk didalami."
"Kasus-kasus sensitif yang selalu tentunya menjadi perhatian masyarakat, seperti masalah seksual, kepekaan terhadap gender ini biasanya menjadi perhatian. Namun, disisi lain kepedulian Polri saat turun juga dapat respons," katanya.
Intinya yang perlu dicatat, kata Kapolri adalah masyarakat masih memiliki harapan bahwa polri akan menjadi lebih baik.
Hasil Analisis Emosi Terhadap Polri di Media Sosial
Dalam pemaparannya, tercatat kasus kekerasan seksual yang melibatkan Bripda Randy di Mojokerto serta Iptu RN yang mengancam keluarga korban pemerkosaan di Riau mendapat sorotan tajam khalayak.
Porsinya ada 29,14 persen kasus pelanggaran yang menjerat anggota Polri mendominasi pemberitaan media mainstream.
Selanjutnya, 28,62 persen yang menyedot perhatian khalayak yakni deretan keberhasilan Polri juga kehadiran Polri di lokasi tanggap bencana.
Kemudian, 10,81 persen terdiri dari akun anonim dan akun masyarakat yang menyoroti permasalahan kekerasan seksual serta dukungan terhadap perempuan. Isu yang dibahas kelompok feminisme adalah kasus Novia Widyasari, pemerkosaan santriwati, hingga mendiang Laura Anna yang menuntut keadilan.
sementara itu, ada 31,43 persen kelompok yang tidak terafiliasi secara besar. "Persepsi terkait isu Polri yang viral di media sosial," demikian bunyi pemaparan tersebut.
Dari analisis emosi terhadap Polri di media sosial itu, dapat ditarik kesimpulan:
-Penanganan terhadap kasus kekerasan seksual sangat mudah mendapatkan perhatian publik, perlu kepekaan dan sensitifitas petugas.
-Kegiatan tanggap bencana yang dilakukan Polri dirasakan secara langsung oleh masyarakat sehingga mendapatkan apresiasi, kegiatan yang bersentuhan langsung kpd masyarakat harus terus ditingkatkan,
-Ketika terjadi penyimpangan oleh oknum anggota Polri dan Polri langsung melakukan rilis masyarakat, merespons positif dan isu tidak bertambah besar.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Paparan terhadap momen intim orangtua bisa menciptakan berbagai dampak pada anak. Emosi yang muncul dapat melibatkan kebingungan, ketakutan, panik, rasa jijik.
Baca SelengkapnyaIkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagikan tujuh kiat bagi orang tua dalam rangka mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak di lingkungan sekitarnya.
Baca SelengkapnyaPeran keluarga sangat vital dalam menjaga kestabilan kondisi mental anak-anak.
Baca SelengkapnyaMenurut Atikoh, TPN telah menyusunkan program yang apabila Ganjar-Mahfud menang, maka di setiap lembaga pendidikan wajib ada tempat konseling.
Baca SelengkapnyaKetika anak menyaksikan orangtua melakukan KDRT terutama berulang, hal ini bisa timbulkan dampak psikologis pada mereka.
Baca SelengkapnyaBerikan pemahaman pada anak pentingnya menjaga tubuh mereka agar terhindar dari pelecehan seksual
Baca SelengkapnyaKasus asusila ini tak hanya merusak masa depan anak, namun juga membuat mereka harus berurusan dengan hukum.
Baca SelengkapnyaDalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak, orangtua memiliki peran yang penting.
Baca SelengkapnyaHal ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama antar Forkopimda.
Baca SelengkapnyaAnggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Luluk Nur Hamidah yang juga menjadi pembicara webinar ini meminta semua pihak meningkatkan waspada.
Baca SelengkapnyaDeretan kasus di atas hanya segelintir. Tentu kondisi tersebut sungguh miris. Pelajar seorang tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang anak terpelajar.
Baca SelengkapnyaContoh dan ajaran dari orangtua menjadi hal penting untuk cegah pelecehan seksual pada anak.
Baca Selengkapnya