Kapolri Ungkap Fakta-Fakta Penting Penyebab Kerusuhan Papua
Merdeka.com - Beberapa wilayah di Papua bergejolak, seperti di Manokwari, Jayapura sampai kerusuhan yang terjadi di Deiyai, Papua. Kerusuhan ini menyebabkan beberapa fasilitas umum rusak, hingga korban jiwa berjatuhan.
Meski demikian, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan situasi Papua kini sudah kondusif dan aman. Kapolri pun membeberkan fakta-fakta penting penyebab kerusuhan Papua. Berikut ulasannya:
Kerusuhan Manokwari Papua Dipicu Kabar Hoaks
-
Apa yang menjadi masalah akar konflik Papua? Peneliti dari Yayasan Bentala Rakyat, Laksmi Adriani Savitri mengatakan bahwa salah satu akar masalah dari konflik Papua adalah dorongan modernisasi yang dipaksakan.
-
Mengapa kekerasan di Papua meningkat? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Mengapa KKB Papua menyerang Brimob dan TNI? Gerakan mereka lambat laun semakin meresahkan dan mengancam keselamatan warga Papua yang tidak tahu menahu dengan agenda aktivitas kelompok bersenjata tersebut.
-
Bagaimana solusi penyelesaian konflik Papua? Semua itu dilakukan melalui pendekatan pengakuan hak sipil politik, ekonomi sosial budaya, memperkuat pendidikan untuk kesadaran hak, dan memperkuat kualitas SDM anak muda dengan pendidikan adat dan pendidikan nasional.
-
Siapa yang memimpin pasukan TNI di Papua? Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits Wilem Rizard Pelamonia menjelaskan bahwa Bandara di Agandugume tersebut telah dikuasai oleh OPM sejak awal Maret.
Kerusuhan di Papua pertama kali pecah di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/8). Jenderal Tito Karnavian mengakui jika kerusuhan yang terjadi di Manokwari Papua, dipicu dari hoaks yang sengaja dikembangkan oleh pihak-pihak tertentu. Kapolri menjelaskan, aksi massa di Papua ini di-'triger' dari adanya kejadian di Jawa Timur, khususnya Surabaya dan Malang. Menurutnya, ada kesalahpahaman yang terjadi saat itu.
"Malam itu sebetulnya hanya peristiwa kecil, yang sebetulnya sudah dilokalisir, dan diselesaikan oleh muspida setempat baik ibu Gubernur, Kapolda maupun Pangdam, sudah dinetralisir tapi kemudian muncul hoaks. Kemarin memang ketriger gara-gara ada kesalapahaman dan membuat kata-kata yang kurang nyaman. Sehingga sahabat-sahabat kita yang ada di Papua merasa terusik dengan bahasa-bahasa seperti itu, dan ada pihak-pihak yang mengembangkan kejadian yang ada di Surabaya dan Malang," ujarnya, Senin (19/8) lalu.
Tito menambahkan, persoalan itu sebenarnya sudah dilokalisir oleh muspida setempat. Namun, ada kesimpangsiuran informasi atau kesalahpahaman, sehingga membuat warga Papua merasa terusik.
"Ada kesimpangsiuran informasi, kemudian mungkin ada yang membuat kata-kata yang kurang nyaman sehingga saudara kita yang ada di Papua mungkin merasa terusik dengan bahasa seperti itu dan ada pihak-pihak yang mengembangkan informasi seperti itu untuk kepentingan mereka sendiri," tambahnya.
Dia menambahkan, munculnya hoaks mengenai kata yang kurang etis dan ada juga hoaks gambar seolah-olah warga dari Papua yang meninggal, menjadi berkembang dan dikembangkan oleh oknum tertentu, sehingga membuat mobilisasi massa membuat kerusuhan.
Penyerangan TNI-Polri di Deiyai Dilakukan Kelompok Paniai
Kerusuhan juga terjadi di halaman kantor bupati Deiyai, Papua, Rabu (28/8) lalu. Kerusuhan berawal saat ada unjuk rasa yang dilakukan 100 orang di depan kantor bupati Deiyai berlangsung aman. Tiba-tiba ada 1.000 orang membawa panah, tombak dan parang datang bergabung dengan para pendemo. Kelompok ini melakukan tarian, melemparkan batu kepada aparat dan meneriakkan kata-kata provokasi.
Kemudian massa menyerang salah seorang TNI yang bertugas. Aparat lainnya berusaha menghentikan penyerangan tersebut, namun tidak diindahkan. Massa malah melawan menggunakan senjata tajam dan batu terhadap TNI-Polri. Akibat kejadian itu satu anggota TNI meninggal dunia, lima TNI-Polri luka terkena panah.
Tito Karnavian menduga penyerang bukanlah massa demonstran, namun kelompok asal Paniai yang menunggangi demonstrasi. "Ini kelompok yang berasal dari Paniai. Rupanya mereka sembunyi di balik massa ini dan menyerang petugas," kata Tito.
Dalam peristiwa itu juga menewaskan seorang pelaku penyerangan akibat terkena panah. Tito menegaskan kematian pelaku penyerangan tersebut, bukan karena polisi dan TNI yang bertugas di lokasi.
"TNI dan Polri tidak pernah menggunakan panah. Panah ini berasal dari kelompok penyerang sendiri sehingga kami menduga dia meninggal karena terkena panah dari kelompoknya," ujar Tito.
Dugaan Keterlibatan Pihak Asing
Jenderal Tito Karnavian mengakui ada keterlibatan pihak asing dalam serangkaian kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Oleh karena itu, Polri saat ini tengah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk menangani masalah tersebut.
"Ada. Kita sama-sama tahu dari kelompok-kelompok ini ada hubungannya dengan network di internasional," kata Jenderal Tito di acara Hari Jadi Ke-71 Polwan, di Jakarta, Minggu (1/9).
Menurut dia, pihak-pihak yang diduga menggerakan kericuhan di Papua sudah diketahui. "Pihak-pihak yang diduga menggerakkan sudah dipetakan dan sedang didalami. Kalau misal terbukti (terlibat), akan ditindak secara hukum," ucapnya.
Saat ini kondisi di Papua dan Papua Barat sudah terkendali. "Sudah relatif aman ya," ujarnya.
Pernyataan Tito diamini Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Mantan Panglima TNI itu menyebut tokoh Papua, Benny Wenda, menjadi aktor intelektual kerusuhan Papua.
"Ya jelas toh. Jelas Benny Wenda itu. Dia mobilisasi diplomatik, mobilisasi informasi yang missed, yang gak bener. Itu yang dia lakukan di Australia lah di Inggris lah," kata Moeldoko di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (2/8).
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Jokowi menyatakan, secara keseluruhan Papua dalam situasi aman.
Baca SelengkapnyaDalam kajian Percepatan pembangunan Papua tersebut, TNI telah mendapat amanah untuk menjalankan tiga tugas.
Baca SelengkapnyaBuntut kejadian itu, belasan prajurit dari satuan Batalion Infanteri Raider 300/Braja Wijaya jalani pemeriksaan internal
Baca SelengkapnyaKapolres mengaku, aksi penyerangan disertai penembakan itu dilakukan KKB sejak Jumat (19/1) dari segala arah.
Baca SelengkapnyaAgus mengatakan, perhatian presiden pada masalah Papua yang sudah 62 tahun tidak terselesaikan
Baca SelengkapnyaBelakangan ini sejumlah peristiwa gejolak kerusuhan kembali terjadi di tanah Papua.
Baca SelengkapnyaTidak benar Pos TNI di Kampung Pamebut Distrik Yugumuak Kabupaten Puncak diserang KKB pada hari Jumat 1 Maret 2024," kata Kapendam XVII/Cen Letkol Inf Candra
Baca SelengkapnyaJenderal TNI Maruli Simanjuntak sudah bicara dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai situasi di Papua.
Baca SelengkapnyaJokowi juga meminta, agar semua pihak tidak membesar-besarkan hal-hal negatif tentang Papua.
Baca SelengkapnyaKapolri Klaim Perayaan Tahun Baru di Indonesia Berjalan Aman dan Lancar
Baca SelengkapnyaMenurut Moeldoko, kericuhan tersebut merupakan emosi spontanitas dari massa.
Baca SelengkapnyaKebijakan Panglima TNI mengubah penyebutan nama KKB menjadi OPM berdampak pada kinerja TNI.
Baca Selengkapnya