Karena kabut asap, 840 warga Bangka Tengah terkena ISPA
Merdeka.com - Sebanyak 840 warga Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang dipicu kabut asap dampak dari kebakaran hutan. Jumlah tersebut terus meningkat semenjak tiga bulan terakhir.
"Penderita ISPA terus meningkat dalam tiga bulan terakhir, pemicunya jelas kabut asap bersumber dari hutan yang terbakar," kata Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah, Barun S Sutrisno di Koba, seperti dikutip dari Antara, Senin (26/10).
Dia menjelaskan, berdasarkan data yang dikumpulkan tercatat pada Oktober hingga minggu ketiga sebanyak 63 orang, September 365 orang dan Agustus sebanyak 412 orang.
-
Mengapa kualitas udara di beberapa wilayah terus meningkat? Menurut sebuah laporan baru, tingkat polusi udara yang berbahaya terus meningkat di beberapa wilayah tertentu akibat peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak racun dari asap kebakaran hutan.
-
Kenapa potensi kebakaran meningkat saat kemarau? Potensi kebakaran di setiap daerah bakal meningkat. Terkait hal ini, personel pemadam kebakaran BPBD Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat agar mewaspadai kejadian kebakaran baik di rumah dan lahan yang rawan .
-
Kapan kebakaran terjadi? Namun, pada Rabu (30/10/2024), kejadian tragis dialami Supriadi. Pada hari itu, Supardi terjebak dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri.
-
Kenapa potensi kebakaran meningkat di Kudus? “Kasus kebakaran belum lama terjadi di Desa Tumpangkrasak, Kecamatan Jati, Kudus, yang diduga karena konsleting listrik. Untuk itu patut jadi kewaspadaan bersama karena sudah masuk musim kemarau,“ kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kudus, Manaji, dikutip dari ANTARA pada Kamis (6/7).
"Peningkatan signifikan jumlah penderita terjadi pada awal September 2015 karena saat itu terjadi kebakaran hutan cukup luas di Kabupaten Bangka Tengah, sekarang sudah mulai menurun seiring berkurangnya hutan terbakar," ujar dia.
Namun secara keseluruhan, kata dia, dalam tiga bulan terakhir terjadi grafik peningkatan cukup tajam terhadap penderita ISPA.
"Itu terjadi saat terjadi kemarau panjang, kebakaran hutan dan diselimuti kabut asap cukup tebal. Namun pasien ISPA kami tangani dengan baik, tidak ada yang meninggal dunia," ujarnya.
Dia mengatakan, rata-rata penderita ISPA adalah anak di bawah usia 15 tahun karena memang usia tersebut sangat rentan terserang ISPA.
"Kami sudah melakukan penanganan dini terhadap penderita ISPA dengan membagikan ratusan ribu masker dan menyediakan stok obat di setiap puskesmas," ujarnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaKasus ISPA di Jakarta meningkat akibat polusi udara yang memburuk.
Baca SelengkapnyaRatusan ribu anak tercatat menderita ISPA hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus ISPA itu melonjak akibat polisi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaDinkes DKI Jakarta mengungkapkan, kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) meningkat pada tahun 2023 dibandingkan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPemkot Depok sudah melakukan antisipasi agar kasus ISPA tak terus menanjak naik.
Baca SelengkapnyaPenyakit Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA tengah menjadi ancaman di Indonesia, khususnya warga sekitar Jakarta.
Baca SelengkapnyaKasus ISPA mulai meningkat September lalu puncak di Oktober -November. Kembali turun sesudah bulan Maret.
Baca SelengkapnyaData Indeks Kualitas Udara (AQI) Air, DKI Jakarta menempati posisi teratas daftar kota dengan tingkat polusi terburuk pada Senin, 7 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaKasus ISPA tersebut tercatat mencapai sekitar 14 ribu per hari.
Baca SelengkapnyaBNPB mengerahkan helikopter water booming sebagai upaya pemadaman yang terus dilakukan hingga hari kesembilan musibah kebakaran di TPA Sarimukti.
Baca SelengkapnyaRentan menyerang saat kualitas udara buruk, temukan langkah tepat penanganan ISPA!
Baca Selengkapnya