Kasus Covid-19 di Jawa-Bali Naik, Pakar Minta Testing Ditingkatkan
Merdeka.com - Kementerian Kesehatan melaporkan kasus Covid-19 di Jawa dan Bali meningkat dalam sepekan terakhir. Namun, peningkatannya tidak setinggi puncak gelombang ketiga pandemi Covid-19.
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan semua pihak perlu mewaspadai peningkatan kasus tersebut.
"Ya, sekarang kita waspada," katanya kepada merdeka.com, Rabu (13/4).
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
Dia juga mendorong pemerintah meningkatkan kapasitas testing, surveilans sindromik, hingga whole genome sequencing (WGS). Upaya ini untuk melihat lebih lengkap situasi penularan Covid-19 di masyarakat.
"Apalagi sejak Maret WHO sudah merekomendasikan test mandiri, yang enggak perlu dicatat datanya," ucap bekas Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini.
Sementara, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengingatkan penularan varian Omicron belum berakhir. Bahkan, sudah muncul sub varian Omicron yang bisa menyebabkan gelombang pandemi bertahan lama atau gelombang baru.
Dia mencontohkan sejumlah negara di dunia yang kembali mengalami lonjakan kasus akibat varian Omicron BA.2. Seperti China, Hongkong, Korea Selatan, serta sejumlah wilayah di Amerika dan Eropa.
"Itu mengartikan bahwa meskipun sebelumnya kita melihat ada tren pelandaian, sekali lagi saya ingatkan bahwa Omicron ini membawa ancaman yang berbeda dibandingkan varian sebelumnya," kata Dicky.
Dia membandingkan karakteristik Omicron dengan Delta. Delta memiliki kemampuan reinfeksi penyintas dan menulari orang yang sudah mendapatkan vaksinasi relatif kecil dan lemah. Sementara Omicron sebaliknya.
"Omicron dan sub varian atau turunannya bisa menginfeksi bukan hanya orang yang belum divaksinasi tapi sudah divaksinasi. Khususnya pada kondisi vaksinasi ini belum dapat booster atau dia menurun imunitas akibat vaksinasi atau infeksinya seperti pada lansia atau komorbid ," jelasnya.
Dicky berpendapat, seharusnya Indonesia tidak terlalu euforia dan terburu-buru menurunkan level kewaspadaan terhadap penularan Covid-19. Apalagi level proteksi seperti protokol kesehatan 5M dan sistem deteksi testing serta tracing.
Dia menyinggung testing Covid-19 nasional menurun hingga 50 persen menjelang arus mudik Lebaran 2022. Padahal, testing sangat penting untuk mendeteksi dini keberadaan kasus Covid-19.
"Itu artinya menurunkan level kewaspadaan kita, menurunkan level kemampuan kita mendeteksi situasi. Dan itu berbahaya," katanya.
Selain itu, cakupan vaksinasi Covid-19 baik primer maupun booster belum mencapai target. Kondisi ini menambahkan kerawanan terhadap penularan Covid-19.
"Saya selalu mengingatkan, potensi adanya peningkatan kasus pascalebaran ini tetap ada. Karena apa? Karena kita memiliki jumlah populasi yang rawan itu cukup signifikan, kurang lebih 20 persen dari total populasi," tuturnya.
Kasus Covid-19 Jawa-Bali Naik
Kenaikan kasus Covid-19 di wilayah Jawa dan Bali diungkapkan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi.
"Kalau kita lihat pada slide berikut ini, ini yang menjadi kewaspadaan kita. Kalau kita melihat bahwa kasus baru di Jawa-Bali minggu ini terlihat ada peningkatan," ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (12/4).
Nadia menyebut, data periode 10 April 2022, kasus Covid-19 di Jawa dan Bali meningkat sebanyak 169. Sementara itu, sejumlah provinsi di luar Jawa dan Bali masih mengalami peningkatan.
"Kita tetap waspada ya, terutama karena beberapa provinsi di luar Jawa-Bali masih mengalami peningkatan kasus baru yang mungkin masih berlanjut beberapa hari atau beberapa minggu ke depan," jelasnya.
Menurut Nadia, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, ada lima provinsi yang mengalami peningkatan angka positivity rate. Yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali.
"Artinya, kalau kita melihat peningkatan angka positif ini akan meningkatkan risiko laju penularan yang tinggi. Jadi risiko orang menjadi tertular atau terinfeksi ini terjadi peningkatan di lima provinsi ini," jelasnya.
Peningkatan angka positivity rate di lima provinsi ini memang tidak setinggi sebelumnya. Nadia mengambil contoh DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Positivity rate di dua provinsi tersebut masih di bawah angka 0,1 persen.
"Tetapi artinya, kalau kita melihat angka-angka ini, kita harus waspada bahwa setidaknya ada lima provinsi yang terjadi peningkatan angka positivity ratenya," tutupnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaAdapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Baca SelengkapnyaPB IDI mengimbau masyarakat untuk menerapkan lagi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaSejumlah negara melaporkan kembali naiknya kasus virus Covid-19 sejak akhir November 2023.
Baca Selengkapnya