Kasus Ibu Buang Bayi ke Sumur, Ini Perbedaan Baby Blues dan Depresi
Merdeka.com - Seorang ibu di Jember berinisial FN (25) nekat membuang bayinya yang baru berusia satu bulan ke dalam sumur. Pelaku depresi akibat ejekan tidak bisa memberikan air susu ibu (ASI) kepada buah hati.
FN dan suami, AM (28) selama ini tinggal di lingkungan keluarga besar sang suami yang ada di Kecamatan Ambulu, Jember.
Usai melahirkan, FN mengaku sering diejek oleh keluarga suaminya karena tidak mampu memberikan ASI kepada sang buah hati. Akibat hanya bisa memberikan susu formula kepada bayi, FN dianggap sebagai ibu yang tidak sempurna. Padahal ada kondisi kesehatan tertentu yang membuat FN tak mampu menghasilkan ASI.
-
Apa yang terjadi pada bayi tersebut? 'Tapi bayi itu selamat. Dia sehat,' ungkap Nana Mirdad seraya membagikan cuplikan-cuplikan video penanganan sang bayi oleh tenaga medis di UGD.
-
Bagaimana kondisi bayi tersebut? Dengan suhu badan yang rendah mencapai 35,7 derajat Celsius saat tiba di rumah sakit, si kecil yang mengalami hipotermia dihangatkan dan diberikan pertolongan pertama secara intensif.
-
Kenapa bayi nya meninggal? Salah satu penyebab bayi laki-laki itu meninggal dunia karena lokasi melahirkan tidak memadai.
-
Kenapa bayi menangis? Seorang bayi masih belum bisa berbicara dan menyampaikan keinginannya. Salah satu cara komunikasi yang bisa mereka lakukan adalah menangis.
-
Bagaimana bayi perempuan itu meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama 'Neve,' diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Kenapa ibu bisa depresi setelah melahirkan? Penurunan hormon setelah melahirkan bisa memengaruhi psikologis seorang ibu hingga menyebabkan depresi pasca persalinan yang dikenal sebagai postpartum blues.
"Selain itu, juga masih ada masalah lain yang menurut pengakuan tersangka, diterima dari keluarga sang suami," ujar Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo, Rabu (30/3).
Beberapa keluarga sang suami menganggap, FN dinikahi oleh AM karena status ekonominya. "FN diberitahu oleh keluarga suaminya, bahwa ia dinikahi karena motif ekonomi," lanjut Hery.
Pasangan suami istri muda ini memang memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda. FN bekerja sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sedangkan suaminya bekerja sebagai petani. Namun polisi enggan menjelaskan secara rinci bentuk ejekan yang diterima dari keluarga mertua tersangka FN itu.
Dua bahan ejekan atau bullying yang diterima terus-menerus oleh FN itu yang pada akhirnya menimbulkan kebencian FN kepada buah hatinya sendiri. Kebencian kepada sang bayi itu terus terjadi meski ia bekerja di profesi yang terkait dengan anak kecil.
Dalam perkembangannya dugaan adanya gangguan kejiwaan baby blues syndrome pun semakin menguat. Untuk mendalaminya, polisi akan mendatangkan saksi ahli. "Kita akan bawa ke psikiater. Tetapi sejauh ini, dia masih cukup lancar diperiksa. Kooperatif dan mengakui perbuatannya," tutur Hery.
Baby blues merupakan sebuah gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu usai melahirkan. Kondisi ini akan membuat ibu mudah sedih, gelisah, lelah, marah, menangis tanpa alasan yang jelas dan sulit berkonsentrasi. Baby blues bisa dirasakan sejak minggu pertama usai melahirkan. Pada umumnya baby blues akan bertahan hingga dua minggu.
Keluhan memang tidak selalu dirasakan. Gejala atau keluhan tersebut akan hilang dan timbul dengan sendirinya. Meski begitu, keluhan-keluhan itu harus diatasi dengan baik dan benar. Agar tidak berkembang menjadi depresi pasca melahirkan (postpartum depression).
Hingga saat ini, penyebab baby blues masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang mampu memicu terjadinya baby blues.
1. Perubahan Hormon
Usai melahirkan, para wanita akan mengalami perubahan kadar hormon yang cukup drastis. Hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan menurun. Hal ini mampu menyebabkan perubahan kimia di otak serta dapat memicu terjadinya perubahan suasana hati atau mood swing.
2. Kesulitan Beradaptasi
Penyebab baby blues kedua yakni kesulitan beradaptasi. Terlebih pada perubahan dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu. Hal inilah yang terkadang memicu timbulnya baby blues. Banyak ibu baru yang merasa kerepotan atau kewalahan mengurus segalanya sendiri. Termasuk mengurus kebutuhan buah hati.
3. Kurang Tidur
Siklus tidur bayi baru lahir tentu belum teratur. Hal ini menyebabkan si ibu harus terjaga di malam hari dan tentu saja menyita banyak waktu tidur. Kurangnya waktu tidur yang terjadi terus menerus akan membuat sang ibu tidak nyaman dan kelelahan. Sehingga bisa memicu terjadinya baby blues.
Baby Blues biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun kondisi tersebut tetap harus dikelola dengan baik saat ibu mengalaminya.
Hal yang perlu diwaspadai adalah apabila gejala baby blues belum kunjung membaik setelah dua minggu. Ada kemungkinan si ibu mengalami depresi pasca melahirkan.
Depresi pasca melahirkan mampu menyebabkan kekhawatiran yang cukup berat. Sehingga membuat ibu bisa merasa putus asa, tidak berharga, sedih hingga merasa tidak adanya ikatan dengan bayi (bonding).
Jika sudah begini, si ibu harus segera memeriksakan diri ke psikolog ataupun psikiater. Ikatan ibu dan anak bisa tidak terjalin dengan baik jika tidak segera ditangani. Bahkan, dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi berat di masa akan datang.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di hari kejadian, ibu tersebut juga sempat terlibat pertengkaran dengan mertuanya.
Baca SelengkapnyaSelama ini ibu korban jarang bersosialisasi dengan masyarakat dan ada dugaan depresi.
Baca SelengkapnyaSelain barang bukti, polisi juga telah meminta keterangan dari tiga saksi yang mengetahui kejadian tersebut.
Baca SelengkapnyaTersangka awalnya berdalih melahirkan dan membuang bayinya karena mendengar bisikan gaib
Baca SelengkapnyaIbu berinisial A diduga mengalami Baby Blues Syndrome.
Baca SelengkapnyaIbu yang menenggelamkan anaknya ke dalam ember didiagnosa alami gangguan jiwa
Baca SelengkapnyaKasat Reskrim Polres Sumbawa, Iptu Regi Halili mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, serta ahli medis.
Baca SelengkapnyaKorban menderita luka bakar 90 persen dan akhirnya meninggal dunia
Baca SelengkapnyaSeorang ibu berinisial I (39), warga Semanu, Gunungkidul, DIY, tega membunuh bayinya sendiri karena alasan faktor ekonomi.
Baca SelengkapnyaPembunuh dan Pembuang Bayi di Sungai Jepara Ternyata Ibu Kandung Korban, Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaWarga mengevakuasi ibu muda berusia 25 tahun yang menceburkan diri bersama balitanya yang masih berusia empat tahun di Dermaga 11 Marina Ancol, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaDalam surat tertulis bagaimana cara merawat sang bayi dan kebiasaannya.
Baca Selengkapnya