Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kasus Jasad Terlantar, Pemerintah Diminta Perhatikan Kondisi Pasien Saat Isoman

Kasus Jasad Terlantar, Pemerintah Diminta Perhatikan Kondisi Pasien Saat Isoman Perjuangan relawan jemput jenazah pasien Covid-19 yang isoman. ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - Kasus kematian di Indonesia terus meningkat tajam seiring dengan lonjakan kasus positif Covid-19. Kematian bahkan tidak hanya terjadi di rumah sakit, melainkan di rumah saat menjalani isolasi mandiri atau di tengah perjalanan lantaran sulitnya mendapat pelayanan medis di rumah sakit.

Sulitnya mendapatkan penanganan Covid-19 di Indonesia juga memunculkan cerita-cerita pilu di masyarakat. Kasus terbaru saat jenazah terkonfirmasi positif Covid-19 harus menunggu berjam-jam untuk dimakamkan. Tetangga sekitar tidak dapat membantu lantaran mengikuti protokol ketat kesehatan.

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan lonjakan tajam kematian di Indonesia akibat Covid karena kegagalan upaya penanganan di hulu, yakni testing tracing dan treatment.

"Kalau bicara kematian berarti kita bicara adanya kegagalan dalam upaya penanganan di hulu yaitu 3T, ada juga tentu dari isolasi karantinanya dan juga ada visitasi," ucap Dicky, Minggu (11/7).

Berdasarkan pemantauan Dicky, kuantitas testing di Indonesia dengan kondisi penambahan kasus saat ini masih jauh dari layak. Sepatutnya, kata dia, minimal jumlah testing saat ini 500.000 tes atau bahkan idealnya di atas 1 juta tes.

Perlunya testing secara masif di Indonesia karena persentase positivity rate Covid masih sangat tinggi.

Selain itu, Dicky menyoroti penanganan yang dilakukan pemerintah terhadap pasien saat menjalani isolasi mandiri. Meski tidak berada di lokasi isolasi yang ditunjuk pemerintah, Dicky mengingatkan agar pasien isolasi mandiri di rumah juga perlu mendapatkan kunjungan.

Kunjungan yang dilakukan pihak berwenang tidak sebatas memantau kondisi fisik pasien. Kondisi mental pasien menjadi hal krusial untuk terus dipantau.

"Dari situ kita sudah bisa mengidentifikasi mana yang beresiko tinggi, mapping. Karena masa isoman (isolasi mandiri) yang paling rawan itu di hari ke-5 sampai dengan hari ke-10, itu yang harus dimonitor ketat," jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Edwin harus rela menunggu ambulans berjam-jam untuk mengevakuasi jenazah saudaranya berinisial AA.

AA, pengidap down syndrome, terkonfirmasi positif Covid-19, namun tidak mendapatkan penanganan medis secara cepat dan layak akibat kondisi rumah sakit dan tenaga medis yang terbatas. Hingga akhirnya AA meninggal dalam status pasien Covid-19.

Edwin dan keluarga meminta pihak Puskesmas untuk melakukan pemulasaran jenazah. Namun, jenazah terlantar selama beberapa jam lantaran tidak ada petugas yang datang untuk mengurus pemulasaraan jenazah. Warga pun tidak berani untuk mengurusnya.

"Cuma kan kita ngikutin aturan pemerintah harus melalui prosedur ini itu, itu aja," ujarnya.

Sementara itu Jubir Covid-19 Depok, Dadang Wihana menjelaskan, pihaknya tidak ada niat untuk menelantarkan. Sebab, seluruh pihak termasuk tim pemulasaran jenazah masih mengurus jenazah lainnya.

"Jadi setiap hari yang wafat di rumah cukup banyak, sehingga perlu waktu untuk menunggu, jadi dalam kondisi kedaruratan seperti ini mohon untuk bersabar karena saat ini tim pemulasaran itu di setiap kecamatan sudah ada, tim sudah ada, relawan sudah ada. Dulu ada di Damkar, mulai minggu ini sudah didistribusikan lagi tim pemulasaran jenazah itu di tingkat kecamatan. Kalau toh nunggu beberapa jam kami mohon bersabar dalam kondisi darurat ini tim pemulasaran jenazah karena mengurus tidak hanya satu atau dua orang. Termasuk juga pemakaman," jelasnya kepada merdeka.com.

Dia menegaskan, tim bekerja setiap waktu mulai dari tim pemulasaran jenazah, ambulans, hingga tim di TPU. Sehingga, Dadang menegaskan, bukan bermaksud menelantarkan korban.

"Jadi kalau untuk berkunjung ke rumah mungkin melihat waktu yang tepat itu ketika tadi, krodit nya untuk saat kedaruratan ini luar biasa. Jadi puskesmas diberikan waktu utk traces, tracing, testing, pengobatan, dan vaksinasi dll. Jadi sangat luar biasa mereka yang bekerja di kesehatan ini," ujarnya.

"Untuk saat ini krodit kalau saya lihat, jadi tidak hanya puskesmas, rumah sakit di IGD. Kasus tinggi di Depok maupun Jabodetabek. Jadi memang perlu kerjasama semua pihak termasuk warga juga," pungkas Dadang.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pasien Mpox Bisa Isolasi Mandiri di Rumah, Ini Syaratnya
Pasien Mpox Bisa Isolasi Mandiri di Rumah, Ini Syaratnya

Pasien yang terjangkit virus cacar monyet (Mpox) tak harus dirawat inap.

Baca Selengkapnya
Tinggal Satu Atap dengan Suami dan Anaknya yang Tewas di Koja, Sang Istri Jalani Tes Kejiwaan
Tinggal Satu Atap dengan Suami dan Anaknya yang Tewas di Koja, Sang Istri Jalani Tes Kejiwaan

Alasannya karena dia berada di dalam rumah berhari-hari menyaksikan suami dan anaknya tewas membusuk.

Baca Selengkapnya
Merawat Orang dengan Demensia Perlu Dilakukan Bersama-sama dan Berdampingan
Merawat Orang dengan Demensia Perlu Dilakukan Bersama-sama dan Berdampingan

Perawatan pada seseorang dengan demensia oleh keluarga memerlukan kerjasama dan tidak bertumpu pada satu orang.

Baca Selengkapnya
Ketahui Cara yang Bisa Dilakukan Lansia untuk Jaga Kualitas Hidup di Masa Tua
Ketahui Cara yang Bisa Dilakukan Lansia untuk Jaga Kualitas Hidup di Masa Tua

Menjaga kesehatan lansia bisa dimulai dari menjaga kualitas hidup mereka dengan sejumlah cara.

Baca Selengkapnya