Kasus Kematian Akibat Covid-19 di Garut Tertinggi di Jawa Barat
Merdeka.com - Kabupaten Garut menjadi wilayah tertinggi kasus kematian akibat Covid-19 di Jawa Barat. Angkanya mencapai 4,7 persen dari total jumlah kasus warga yang terkonfirmasi Covid-19 sejak awal pandemi di Kabupaten Garut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surachman mengatakan, kasus kematian di Garut sudah mencapai 1.100 kasus.
"Angka 1.100 lebih dari total kasus 23.000. Artinya ada 4,7 persen," kata Asep, Minggu (1/8).
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Di mana kasus cacar air meningkat signifikan? Di Indonesia, khususnya di Tangerang Selatan, jumlah kasus cacar air (Varicella) mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir, mencapai total 75 kasus.
-
Kenapa kasus kanker di Indonesia meningkat? Meningkatnya Jumlah Kanker di Indonesia Terjadi Akibat Gaya Hidup Kebaratan Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), penerapan gaya hidup yang tidak sehat dan cenderung mengikuti negara barat menjadi penyebab meningkatnya kasus kanker.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Dari jumlah kasus kematian kasus itu, sebanyak 30 persen diantaranya terjadi pada Juni 2021. Pada bulan itu juga terjadi lonjakan kasus yang signifikan. Selama Juni melonjak enam kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penambahan kasus yang signifikan itu secara otomatis berdampak kepada tingkat kematian. Banyaknya kasus berdampak kepada kebutuhan bed di rumah sakit. Jadi kelabakan di rumah sakit," jelas Asep.
Kondisi rumah sakit dengan tingkat keterisian tinggi menyebabkan penanganan Covid-19 di Garut terhambat. Di sisi lain, tidak sedikit pasien Covid-19 di Puskesmas yang harus dirujuk ke rumah sakit namun masuk daftar tunggu. Akhirnya mereka baru bisa dirujuk setelah dua hingga tiga hari kemudian.
"Di sisi lain, kondisi pasien tersebut juga semakin memburuk. Alhasil, mereka masuk ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah buruk. Jadinya terjadi kematian yang cukup besar," ungkapnya.
Penyebab lain, keterlambatan deteksi akibat rendahnya pemahaman masyarakat akan Covid-19. Salah satunya, saat merasakan gejala Covid-19 dianggap flu biasa. Ketika hendak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, kondisinya sudah memburuk.
Faktor terakhir yang membuat tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Garut tinggi adalah keterbatasan alat kesehatan, terutama ventilator. Ketersediaan alkes di Kabupaten Garut masih minim. Kelengkapan yang ada tak bisa dibandingkan dengan di daerah lain.
"Di Bekasi atau Bandung misalnya, faskes dan alkesnya sudah mumpuni. Sementara di Garut terbatas. Semua bertumpu ke RSUD," katanya.
Saat ini Dinkes terus menggencarkan penelusuran dan pengetesan. Salah satunya saat ada pasien yang datang ke Puskesmas dengan gejala mirip Covid-19, akan langsung dites antigen untuk deteksi awal.
"Ketika dinyatakan positif, dalam 72 jam tim harus dapat melakukan tracing kepada minimal 15 kontak erat. Tujuannya agar yang OTG semua terdeteksi, jangan sampai mereka berkeliaran. Kita juga karantina mereka, awasi selama 14 hari. Kalau dia keluar, kontak dengan komorbid, kasus kematian akan terus terjadi," ucapnya.
Menurut Asep, kasus terkonfirmasi dan kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini mulai mengalami penurunan. Hingga Minggu (1/8), jumlah warga Garut yang terpapar virus corona mencapai 23.351 orang. Dari jumlah tersebut, 21.524 orang dinyatakan sembuh, 553 orang menjalani isolasi mandiri, 162 orang dirawat dan diisolasi di rumah sakit, dan 1.112 orang meninggal dunia. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Chikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan demam dan nyeri sendi secara mendadak.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaJasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaSaat ini tercatat ada 300 warga yang terpapar covid dari sebelumnya 100 kasus.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaKegiatan fogging ini dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung museum di tengah tingginya kasus DBD.
Baca Selengkapnya