Kasus Pegawai KPI, 2 Terlapor Mengaku Tak Lakukan Pelecehan & Anggap Bercanda
Merdeka.com - Dua pegawai KPI, RT dan Eo, yang menjadi terlapor kasus pelecehan dan perundungan terhadap MS berdalih tidak ada niat menyakiti korban. Keduanya membantah semua tuduhan MA
"Tidak ada niat menyakiti, mungkin ditangkap berbeda oleh yang bersangkutan dan saya juga tidak tahu bagaimana ceritanya bisa kemudian mengimajinasikan itu sebagai pelecehan seksual sampai penelanjangan," kata penasihat hukum RT dan Eo, Tegar Putuhena, saat dihubungi, Selasa (7/9).
Tegar mengaku sudah mengonfirmasi pengakuan MS pada dua kliennya. Kliennya mengakui mereka bekerja di ruangan yang sama di Gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Gajah Mada yang terdiri dari satu lantai.
-
Siapa yang menyaksikan pemerkosaan tahanan? Dalam dokumenter tersebut, terdapat kesaksian dari Fadi Bakr, mantan tahanan di kamp Sde Teiman di Israel selatan.
-
Apa bentuk pelecehan yang dilakukan pelaku? Dia mengatakan korban sempat takut untuk mengaku hingga akhirnya pihak keluarga membawa korban ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pengecekan.'Yang bersangkutan menyampaikan takut. Setelah itu keluarga korban mengecek ke rumah sakit dan ternyata betul korban hamil, dan diakui oleh korban bahwa ia mengalami kekerasan seksual oleh pamannya sendiri,' kata dia, seperti dilansir dari Antara.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan terhadap korban? 'Pamannya melakukan kekerasan seksual kepada yang bersangkutan itu sebanyak empat kali kali sehingga korban hamil dan sudah melahirkan,' kata Tri.
-
Siapa yang disekap dan diperkosa? Penyidik Satreskrim Polres Lampung Utara, Lampung, segera merampungkan berkas enam tersangka penyekapan dan perkosaan siswi SMP inisial NA (15).
-
Siapa yang melakukan pelecehan terhadap korban? Kapolres Cimahi AKBP Tri Suhartanto menyampaikan bahwa peristiwa pelecehan seksual dilakukan oleh pelaku hingga korban mengalami kehamilan terjadi di wilayah Kabupaten Bandung Barat.
-
Kenapa korban disekap dan diperkosa? Setiap informasi dan dugaan terkait keberadaan pelaku, petugas langsung meluncur.'Kami masih terus melakukan pengejaran terhadap keempat pelaku yang belum tertangkap,' kata Umi.
Ruangan itu sangat kecil. Membuat meja kerja pegawai cukup rapat. Tugas mereka melihat detail-detail setiap tayangan sehingga harus menggunakan earphone setiap kali bekerja.
"Jadi bisa kebayang satu lembaga negara cuma ngeblok satu lantai berarti kan pasti padat termasuk ruangan mereka. Kemudian ruangan itu hanya dibatasi skat kaca transparan yang dari luar bisa lihat aktivitas di dalam bagaimana," ujar dia.
Akibat menggunakan headphone, sambung Tegar, antar karyawan kesulitan memanggil satu sama lain. Biasanya, mereka melemparkan kertas kecil yang dibulatkan.
"Apakah itu hanya dilakukan satu dua orang saja? Tidak itu dilakukan semua termasuk si pelapor juga melakukan hal yang sama. Ini penting karena kalau dalam rilisnya kan itu sepihak dia cuman sebagai nerima tidak melakukan respon balik kan gitu," kata dia.
Kliennya juga berdalih tidak mengetahui adanya pelecehan seksual seperti diceritakan MS. Apalagi jika melihat kondisi ruangan kerja mereka sangat kecil dan dikelilingi kaca.
"Jadi klien kami tidak punya gambaran peristiwa itu ada atau tidak. Menurut klien kami itu tidak ada peristiwa di dekap dipegangin ditelanjangin di foto di coret-coret itunya. Itu kaca semua, orang bisa melihat. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk melakukan aksi itu gitu loh, megangin kemudian bukain celananya itu kan yang pasti yang menerima perlakuan itu pasti berontak apalagi ruangan kaca itu disaksikan oleh banyak orang," ucap dia.
Tetapi, kliennya mengakui pernah menarik baju MS. Tidak hanya MS, ada beberapa orang lainnya.
Tegar menceritakan, MS sehari hari selalu berpakaian rapih. Baju dimasukin ke dalam celana sementara temen-temen yang lain tak demikian.
"Klien kami atas nama EO itu pernah iseng tarik bajunya gitu kan bukan tarik dengan kekuatan penuh tarik keluarin dari celana itu, terus klien kami bilang 'rapih amat lu' Kemudian saya tanya apa respons yang bersangkutan respons MS. Responnya biasa aja enggak ada tampak raut muka kesal atau sebel apa gak ada," ujar dia.
"Terus saya tanya apakah ada kata-kata yang keluar, tidak ada juga. Nah itu kemudian yang bawa oleh-oleh klien kami itu jadi dasar diambil kesimpulan nggak apa-apa ini kan candaan, dia juga ngerti," tambah dia.
Tegar mengatakan, kliennya juga heran ketika dituduh memperbudak MS. Padahal, titip-menitip makanan hal yang lumrah di kantor KPI dahulu. Diakui kliennya pernah nitip uang ke MS untuk dibelikan makanan.
"Ya jadi giliran saja ada yang mau beli makan ya nitip dong termasuk si MS. Nah kita juga heran entah kenapa dipersepsi dia diperbudak," ucap dia.
Terlepas dari itu Tegar mengatakan, pihaknya turut prihatin atas kondisi yang dialami MS. Apalagi berdasarkan hasil pemeriksaan dinyatakan mengalami gangguan psikis.
Tegar menyampaikan, pihaknya hanya ingin kasus ini diusut secara adil. Ia mengaku memiliki kepentingan yang sama dengan pelapor yakni agar peristiwa ini terang benderang.
"Proses hukum sedang berjalan. Kita fair di posisi itu gitu loh. Tuntutan kita kalau memang tidak terbukti ya tolong direhabilitasi juga nama baiknya klien kami yang sudah terlanjur rusak," ujar dia.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyidik Bidang Propam Polda Sumsel memeriksa dua perwira Polres Banyuasin yang diduga melakukan pelecehan dan pengeroyokan pengunjung klub malam, MA (20).
Baca SelengkapnyaPerkara ini awalnya telah dilakukan upaya perdamaian antara kedua belah pihak. Hanya saja tidak menemui titik terang
Baca SelengkapnyaVideo tersebut diduga bersumber dari rekaman CCTV yang terpasang di area sebuah kantor di Pemkab Jombang.
Baca Selengkapnya