Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi

Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi Ilustrasi Penganiayaan. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Sejumlah pihak mengimbau warga tidak terprovokasi kasus penyerangan kepada tujuh murid SDN 1 Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua DPRD Sabu Raijua Paulus Tuka meminta warga untuk tetap tenang dan menyerahkan penanganan kasus ini ke polisi.

"Jangan kita kaitkan masalah (penyerangan) ini dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA)," kata Tuka kepada Antara, Selasa (13/12).

Ia mengatakan sebagai pimpinan dewan pihaknya mengimbau masyarakat, terutama keluarga korban agar tidak mengaitkannya dengan penyerangan terhadap agama tertentu.

Kepala Bidang Humas Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) AKBP Jules Abraham Abast mengatakan pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Dia mengatakan, polisi juga tetap mendalami kemungkinan ada motif lain di balik kasus penyerangan itu.

"Sementara ini, kami lebih fokus memberikan ketenangan kepada warga agar tidak anarkis dalam menyikapi kasus ini," katanya.

Apalagi, kasus penyerangan ini sudah menyebar ke seluruh wilayah itu dan menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, kata Jules Abraham Abast.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dan menyerahkan kasus ini kepada aparat penegak hukum untuk ditangani.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT mengimbau seluruh umat beragama tidak terprovokasi insiden penyerangan itu. "Kekerasan tidak diajarkan oleh agama mana pun, apalagi mengatasnamakan agama tertentu. Umat tidak boleh terprovokasi dan menyudutkan agama tertentu," kata Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim.

Imbauan itu menanggapi konten di Facebook yang sudah mengarah memojokkan agama tertentu, sementara delapan murid kelas V dan kelas VI SD Negeri Sabu Barat sedang menjalani perawatan instensif di Rumah Sakit Panie, karena mengalami luka pada bagian leher.

Abdul Kadir meminta agar jangan ada yang mengaitkan kasus penyerangan tersebut dengan agama tertentu.

MUI juga meminta aparat penegak hukum untuk terus menyampaikan perkembangan penanganan kasus tersebut secara terbuka dan transparan, agar tidak ada saling curiga antarumat beragama di NTT, khususnya Pulau Sabu.

Menurut dia, penanganan kasus ini secara tertutup, justru bisa berakibat buruk karena masyarakat lebih percaya pada media sosial yang terus menyuarakan kasus kekerasan di Sabu dalam versi sendiri.

"MUI berharap, informasi di media sosial seperti Facebook lebih mengedepankan kebersamaan. Tidak boleh bersifat memprovokasi karena bisa mengganggu hubungan bersaudaraan diantara sesama umat di daerah ini," katanya.

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) juga meminta agar umat lintas beragama di Sabu Raijua saling menjaga untuk memelihara kerukunan, dan bersama-sama bersuara menuntut keadilan bagi anak-anak yang menjadi korban tindakan kekerasan.

"Selain itu, GMIT mengimbau tokoh-tokoh agama di daerah itu, saling berkoordinasi untuk memastikan bahwa toleransi dan kerukunan antarumat tetap terjaga dan terawat dengan baik," kata Ketua Sinode GMIT Pdt. Merry Kolimon.

"Mari kita menjaga Pulau Sabu dan NTT sebagai rumah bersama. Kita tolak tegas semua tindakan memprovokasi dengan cara tidak membiarkan diri terprovokasi. Kami imbau tokoh-tokoh agama saling berkoordinasi untuk memastikan kita merawat toleransi dan kerukunan," ujarnya.

GMIT juga memohon kepada seluruh jemaat/masyarakat, terutama di Pulau Sabu untuk tidak terprovokasi.

Dalam kaitan dengan penyerangan, Gereja Masehi Injili di Timor mengencam keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba Pulau Sabu.

"Kami mengecam dengan keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba Pulau Sabu, NTT. Kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan," kata Merry Kolimon.

Menurut dia, kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan dan tidak bisa dibenarkan.

Dalam hubungan dengan itu, GMIT meminta pemerintah dan pihak keamanan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh mengungkap pelaku tindakan penyerangan, dan motivasinya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pesan MUI: Majelis Hakim Putuskan Perkara Guru Supriyani Harus Sesuai Fakta Jangan karena Desakan Publik
Pesan MUI: Majelis Hakim Putuskan Perkara Guru Supriyani Harus Sesuai Fakta Jangan karena Desakan Publik

MUI juga mengimbau kepada seluruh pihak agar tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi dengan isu hoaks yang berkaitan dengan kasus guru honorer Supriyani.

Baca Selengkapnya
Mediasi Gagal, Warga Diminta Tetap Jaga Kondusivitas Kawal Kasus Guru Honorer Supriyani
Mediasi Gagal, Warga Diminta Tetap Jaga Kondusivitas Kawal Kasus Guru Honorer Supriyani

MUI mengapresiasi aksi demonstran solidaritas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan masyarakat turun ke jalan bersama-sama untuk mengawal persidangan.

Baca Selengkapnya
Kecam Guru Aniaya Murid SD karena Kepala Kena Bola, DPRD Minta Kedepankan Asas Praduga Tak Bersalah
Kecam Guru Aniaya Murid SD karena Kepala Kena Bola, DPRD Minta Kedepankan Asas Praduga Tak Bersalah

Tidak menutup kemungkinan tindakan itu karena ada kemarahan yang memuncak.

Baca Selengkapnya
Sahroni Kasus Guru Supriyani Diselesaikan Pakai Restorative Justice: Tak Perlu ada yang Dipenjara
Sahroni Kasus Guru Supriyani Diselesaikan Pakai Restorative Justice: Tak Perlu ada yang Dipenjara

Guru tersebut menjadi terdakwa usai memarahi anak muridnya yang orangtuanya adalah polisi.

Baca Selengkapnya
Kasad Maruli Minta Publik Tak Kaitkan Kasus Penganiayaan Relawan dengan Netralitas TNI
Kasad Maruli Minta Publik Tak Kaitkan Kasus Penganiayaan Relawan dengan Netralitas TNI

Komitmen TNI untuk tetap netral tidak berubah dan sikap demikian tetap terus dijaga.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Tegas Kasad Maruli Anggota TNI Serang Polres Jayawijaya: Anak Muda Emosi Sesaat
VIDEO: Tegas Kasad Maruli Anggota TNI Serang Polres Jayawijaya: Anak Muda Emosi Sesaat

Maruli menilai penyerangan ini karena emosi sesaat prajurit muda

Baca Selengkapnya
Penanganan Kasus Guru Honorer di Konawe Selatan Disarankan dengan Restorative Justice
Penanganan Kasus Guru Honorer di Konawe Selatan Disarankan dengan Restorative Justice

Pengadilan Negeri (PN) Andoolo, Konawe Selatan (Konsel), menangguhkan penahanan Supriyani.

Baca Selengkapnya
Jaksa Tuntut Bebas Guru Honorer Supriyani atas Kasus Aniaya Murid, Ini Pertimbangannya
Jaksa Tuntut Bebas Guru Honorer Supriyani atas Kasus Aniaya Murid, Ini Pertimbangannya

Jaksa juga membebaskan biaya perkara sebesar Rp5.000 dibebankan kepada negara.

Baca Selengkapnya
Tumpah Ruah Dukung Supriyani, Ribuan Guru 'Geruduk' PN Andoolo Bawa Spanduk 'Stop Kriminalisasi'
Tumpah Ruah Dukung Supriyani, Ribuan Guru 'Geruduk' PN Andoolo Bawa Spanduk 'Stop Kriminalisasi'

Ribuan guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI memadati Pengadilan Negeri (PN) Andoolo dukung sidang Supriyani.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kasad Sebut Relawan Ganjar Dibogem TNI 8 Kali Berputar, Sudah Diingatkan
VIDEO: Kasad Sebut Relawan Ganjar Dibogem TNI 8 Kali Berputar, Sudah Diingatkan

Kasad mengatakan alasan TNI melakukan pemukulan karena rombongan relawan sudah berulang kali diingatkan.

Baca Selengkapnya
Kawal Sidang Lanjutan Supriyani Dituduh Pukul Siswa Anak Polisi, Ratusan Guru Baca Yasin di Depan PN Andoolo
Kawal Sidang Lanjutan Supriyani Dituduh Pukul Siswa Anak Polisi, Ratusan Guru Baca Yasin di Depan PN Andoolo

Mereka datang berdemonstrasi dengan duduk bersila di depan PN Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan, lalu membuka Alquran dan membaca Surah Yasin.

Baca Selengkapnya
Ketua Komisi X DPR Dukung Guru Supriyani: Penegak Hukum Kedepankan Prinsip Keadilan
Ketua Komisi X DPR Dukung Guru Supriyani: Penegak Hukum Kedepankan Prinsip Keadilan

Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menyoroti kasus guru honorer Supriyani yang menjadi terseret kasus hukum karena dituduh menganiaya anak polisi

Baca Selengkapnya