Kasus penyerangan murid SD murni kriminal, warga jangan terprovokasi
Merdeka.com - Sejumlah pihak mengimbau warga tidak terprovokasi kasus penyerangan kepada tujuh murid SDN 1 Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua DPRD Sabu Raijua Paulus Tuka meminta warga untuk tetap tenang dan menyerahkan penanganan kasus ini ke polisi.
"Jangan kita kaitkan masalah (penyerangan) ini dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA)," kata Tuka kepada Antara, Selasa (13/12).
Ia mengatakan sebagai pimpinan dewan pihaknya mengimbau masyarakat, terutama keluarga korban agar tidak mengaitkannya dengan penyerangan terhadap agama tertentu.
-
Siapa yang terlibat dalam penganiayaan anak SD di Jombang? “Katanya orangtuanya (korban) diajak main layangan, kok tiba-tiba dihajar. Tidak dikeroyok, tapi satu lawan satu,“ ungkap Kepala Desa Japanan Junaidi Catur Wicaksono.
-
Dimana penganiayaan anak SD di Jombang terjadi? Penganiayaan yang melibatkan dua anak di bawah umur itu terjadi di belakang salah satu SD di Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, pada Sabtu (24/6).
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Kenapa anak SD di Jombang tega menganiaya temannya? Diduga korban takut karena di lokasi kejadian ada teman pelaku.
-
Siapa yang memprotes kejadian tersebut? Diketahui, terekam video yang beredar di media sosial salah satu pendukung mengacungkan tiga jari saat debat capres berlangsung. Hal tersebut pun menuai protes dari pihak 02 yakni Grace Natalie.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Kepala Bidang Humas Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) AKBP Jules Abraham Abast mengatakan pihaknya masih mendalami kasus tersebut. Dia mengatakan, polisi juga tetap mendalami kemungkinan ada motif lain di balik kasus penyerangan itu.
"Sementara ini, kami lebih fokus memberikan ketenangan kepada warga agar tidak anarkis dalam menyikapi kasus ini," katanya.
Apalagi, kasus penyerangan ini sudah menyebar ke seluruh wilayah itu dan menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, kata Jules Abraham Abast.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dan menyerahkan kasus ini kepada aparat penegak hukum untuk ditangani.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTT mengimbau seluruh umat beragama tidak terprovokasi insiden penyerangan itu. "Kekerasan tidak diajarkan oleh agama mana pun, apalagi mengatasnamakan agama tertentu. Umat tidak boleh terprovokasi dan menyudutkan agama tertentu," kata Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim.
Imbauan itu menanggapi konten di Facebook yang sudah mengarah memojokkan agama tertentu, sementara delapan murid kelas V dan kelas VI SD Negeri Sabu Barat sedang menjalani perawatan instensif di Rumah Sakit Panie, karena mengalami luka pada bagian leher.
Abdul Kadir meminta agar jangan ada yang mengaitkan kasus penyerangan tersebut dengan agama tertentu.
MUI juga meminta aparat penegak hukum untuk terus menyampaikan perkembangan penanganan kasus tersebut secara terbuka dan transparan, agar tidak ada saling curiga antarumat beragama di NTT, khususnya Pulau Sabu.
Menurut dia, penanganan kasus ini secara tertutup, justru bisa berakibat buruk karena masyarakat lebih percaya pada media sosial yang terus menyuarakan kasus kekerasan di Sabu dalam versi sendiri.
"MUI berharap, informasi di media sosial seperti Facebook lebih mengedepankan kebersamaan. Tidak boleh bersifat memprovokasi karena bisa mengganggu hubungan bersaudaraan diantara sesama umat di daerah ini," katanya.
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) juga meminta agar umat lintas beragama di Sabu Raijua saling menjaga untuk memelihara kerukunan, dan bersama-sama bersuara menuntut keadilan bagi anak-anak yang menjadi korban tindakan kekerasan.
"Selain itu, GMIT mengimbau tokoh-tokoh agama di daerah itu, saling berkoordinasi untuk memastikan bahwa toleransi dan kerukunan antarumat tetap terjaga dan terawat dengan baik," kata Ketua Sinode GMIT Pdt. Merry Kolimon.
"Mari kita menjaga Pulau Sabu dan NTT sebagai rumah bersama. Kita tolak tegas semua tindakan memprovokasi dengan cara tidak membiarkan diri terprovokasi. Kami imbau tokoh-tokoh agama saling berkoordinasi untuk memastikan kita merawat toleransi dan kerukunan," ujarnya.
GMIT juga memohon kepada seluruh jemaat/masyarakat, terutama di Pulau Sabu untuk tidak terprovokasi.
Dalam kaitan dengan penyerangan, Gereja Masehi Injili di Timor mengencam keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba Pulau Sabu.
"Kami mengecam dengan keras penyerangan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah pada jam belajar di Seba Pulau Sabu, NTT. Kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan," kata Merry Kolimon.
Menurut dia, kekerasan terhadap anak adalah kekerasan terhadap kemanusiaan dan tidak bisa dibenarkan.
Dalam hubungan dengan itu, GMIT meminta pemerintah dan pihak keamanan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh mengungkap pelaku tindakan penyerangan, dan motivasinya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
MUI juga mengimbau kepada seluruh pihak agar tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi dengan isu hoaks yang berkaitan dengan kasus guru honorer Supriyani.
Baca SelengkapnyaMUI mengapresiasi aksi demonstran solidaritas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan masyarakat turun ke jalan bersama-sama untuk mengawal persidangan.
Baca SelengkapnyaTidak menutup kemungkinan tindakan itu karena ada kemarahan yang memuncak.
Baca SelengkapnyaGuru tersebut menjadi terdakwa usai memarahi anak muridnya yang orangtuanya adalah polisi.
Baca SelengkapnyaKomitmen TNI untuk tetap netral tidak berubah dan sikap demikian tetap terus dijaga.
Baca SelengkapnyaMaruli menilai penyerangan ini karena emosi sesaat prajurit muda
Baca SelengkapnyaPengadilan Negeri (PN) Andoolo, Konawe Selatan (Konsel), menangguhkan penahanan Supriyani.
Baca SelengkapnyaJaksa juga membebaskan biaya perkara sebesar Rp5.000 dibebankan kepada negara.
Baca SelengkapnyaRibuan guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI memadati Pengadilan Negeri (PN) Andoolo dukung sidang Supriyani.
Baca SelengkapnyaKasad mengatakan alasan TNI melakukan pemukulan karena rombongan relawan sudah berulang kali diingatkan.
Baca SelengkapnyaMereka datang berdemonstrasi dengan duduk bersila di depan PN Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan, lalu membuka Alquran dan membaca Surah Yasin.
Baca SelengkapnyaKetua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menyoroti kasus guru honorer Supriyani yang menjadi terseret kasus hukum karena dituduh menganiaya anak polisi
Baca Selengkapnya