Kasus tewasnya ibu bersalin, aktivis desak direktur RSIA dicopot
Merdeka.com - Belasan aktivis perempuan yang tergabung dalam Solidaritas Perempuan Anti Korupsi (SPAK) Aceh menggelar aksi di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), Banda Aceh. Peserta aksi menuding meninggalnya ibu bersalin dan anaknya akibat kelalaian dari pihak rumah sakit.
Peserta aksi berkumpul di Taman Sari, Banda Aceh dan berjalan kaki sekitar 300 meter menuju RSIA, Banda Aceh terletak di Lapangan Blang Padang. Selain berorasi, mereka juga membawa sejumlah spanduk mengecam terhadap kelalaian pihak rumah sakit tersebut.
Aksi ini sempat mengundang perhatian warga yang melintas di jalan depan RSIA. Tidak sedikit yang memperlambat laju kendaraannya, sehingga arus lalu lintas di kawasan itu padat merayap. Namun, pihak kepolisian langsung mengurainya hingga tidak terjadi macet parah.
-
Apa yang diusung para aktivis di demo Hari Perempuan? Massa juga menyuarakan beragam isu perempuan melalui poster, spanduk dan orasi selama unjuk rasa berlangsung.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Siapa yang butuh perhatian? 'Jika anak Anda terlihat sangat membutuhkan perhatian atau menjadi sangat lengket, mereka mungkin merasa kurang diperhatikan dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada Anda.' Perilaku ini bisa mencakup interupsi saat Anda sedang berbicara dengan orang lain atau sibuk dengan kegiatan lain.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
Sekitar 30 menit peserta aksi berorasi di pelataran parkir RSIA. Peserta aksi tidak meminta untuk bertemu dengan siapa pun dari pihak rumah sakit. Tetapi hanya melakukan orasi singkat. Saat orasi berlangsung, sejumlah pegawai, perawat dan bahkan keluarga pasien sempat keluar melihat aksi tersebut.
"Kami tidak ingin bertemu siapa pun, kami hanya mengecam bahwa pelayanan di rumah sakit ini sangat buruk. Kami ingin direktur RSIA ini dicopot dan dokter yang tidak bertanggung jawab juga harus diberikan sangsi," kata Koordinator Aksi Yulindawati, Jumat (1/4).
Yulindawati berharap, kasus kematian Suryani Abdul Wahab dan bayinya yang diduga ditelantarkan oleh dokter menjadi kasus terakhir terjadi di Aceh. Ke depan, dia berharap tidak kembali terjadi. Karena uang untuk kesehatan triliunan rupiah dikucurkan oleh pemerintah.
"Dokter yang bekerja di sini, jangan hanya memikirkan untuk kepentingan pribadi dengan membuka praktik di luar rumah sakit, sehingga pasien di RSIA ini ditelantarkan," imbuhnya.
Oleh karena itu, Yulindawati mendesak Gubernur Aceh, Zaini Abdullah untuk mengevaluasi terhadap kinerja RSIA ini. Serta memberikan sangsi tegas kepada dokter, perawat, staf yang tidak bekerja dengan baik.
"Gubernur tidak perlu tunggu lama lagi, Gubernur harus segera mencopot Direktur RSIA ini. Termasuk mencopot jabatannya pihak-pihak yang bertanggung jawab hingga meninggalnya Suryani karena ditelantarkan dokter," ungkapnya.
Selesai berorasi di RSIA, peseta aksi kemudian berjalan kaki menuju Dinas Kesehatan Aceh yang berjarak sekitar 100 meter, dan diterima langsung oleh Wakil Kepala Dinas Kesehatan, Muhammad Hasan.
Di depan peserta aksi, Muhammad Hasan berjanji akan menyampaikan aspirasi ini kepada pimpinannya. Intinya, dia menyebutkan akan ikut mencari solusi atas kejadian di RSIA ini.
"Yang harus diketahui juga, RSIA itu di bawah gubernur langsung, karena strukturnya setara dengan dinas," jelas Muhammad Hasan.
Kendati demikian, dia menyebutkan pelayanan kesehatan harus terus ditingkatkan. Tidak boleh ada penelantaran pasien hingga mengakibatkan ada yang korban jiwa.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka menuntut DPR untuk menunda pembahasan RUU Kesehatan dalam Omnibus Law.
Baca SelengkapnyaKepala bayi terputus dan tertinggal dalam rahim sang ibu saat melahirkan di puskesmas Bangkalan.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi IX DPR dari Fraksi PKS, Netty Prasetiyani, secara lugas mengungkit kasus perundungan diduga dialami Dokter Aulia Risma hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaDekan FK Undip Yan Wisnu Prajoko diberhentikan sementara dari aktivitasnya di RS Kariadi Semarang. Keputusan ini memunculkan protes dari sivitas akademika Undip
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril menegaskan, pihaknya tidak pernah menekan Dirut RS Dr. Kariadi Semarang.
Baca SelengkapnyaAulia Risma ditemukan tewas di kamar kosnya pada Agustus lalu.
Baca SelengkapnyaViral keluarga pasien mengamuk kepada petugas kesehatan
Baca SelengkapnyaJamia berharap permasalahan ini tidak terjadi di tempat lain
Baca SelengkapnyaKadinkes memastikan bahwa tim ad hoc yang dibentuk bersifat independen dan terdiri dari tenaga profesi, asosiasi klinik, dan tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaKasus bayi alami kritis karena diduga jadi korban kelalaian perawat.
Baca SelengkapnyaCurhatan ibu bayi viral diduga jadi korban kelalaian pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaKasus bunuh diri mahasiswi kedokteran PPDS Anestesi, Aulia Risma Lestari di Undip masih terus diselidiki polisi.
Baca Selengkapnya