Kata Mereka yang Mulai Tak Percaya Covid-19: Hanya Ladang Bisnis Vaksin
Merdeka.com - Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan ada lima provinsi yang warganya paling tidak percaya dengan wabah Covid-19. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan. Mereka beranggapan dirinya tidak akan terjangkit virus Corona. Hal ini ia ungkapkan saat rapat dengan Komisi VIII DPR RI, Kamis (3/9).
Seorang karyawan swasta di Jakarta, FS mengaku bahwa dirinya sudah tidak percaya lagi dengan Covid-19. Menurutnya, Covid-19 hanyalah ladang bisnis yang menguntungkan sebagian pihak. FS mulai tidak percaya Covid-19 sejak bulan Mei 2020. Di mana pada saat itu Pemprov DKI Jakarta mewajibkan masyarakat yang mau masuk maupun keluar Jakarta memiliki Surat Izin Keluar Masuk (SIKM).
Syarat mendapatkan SIKM harus melampirkan surat hasil rapid test dan hasilnya harus non-reaktif. Sedangkan, harga rapid test menurut FS cukup tinggi. Bahkan bisa mencapai Rp 700.000 sekali test. Sedangkan pada saat itu, aturannya, masa berlaku rapid test hanyalah 3 hari.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
"Awal ada wabah Covid-19 itu saya percaya. Soalnya ada beritanya dan sudah diperjelas juga sama WHO soal wabah ini, tapi kok lama kelamaan di Indonesia malah jadi ladang bisnis ya," ujar FS saat dihubungi merdeka.com, Jumat (4/9).
Meskipun sejak pertengahan bulan Juli lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menetapkan biaya tertinggi rapid test, yakni sebesar Rp 150.000 serta mengubah masa berlaku rapid test menjadi 14 hari, namun pria 23 tahun ini sudah benar-benar tidak percaya lagi dengan wabah virus Corona.
Selain itu, dia juga merasa pemerintah tidak terlalu terbuka terhadap data pasien Covid-19. Khususnya data pasien yang meninggal dunia.
"Kasus meninggal tidak ada penjelasannya secara detail apakah karena positif Covid-19 atau bukan, jumlahnya juga meragukan. Apalagi ada isu soal keluarga pasien yang meninggal karena dibayar dan bilangnya karena Covid-19," ujarnya.
Senada, DA, seorang mahasiswi salah satu Universitas swasta ini mulai ragu terhadap wabah virus Corona. Ia melihat lama-kelamaan virus Corona hanya menjadi ladang bisnis karena semua negara sedang berlomba-lomba membuat vaksin virus Corona, yang nantinya akan diperjualbelikan dengan harga tidak murah. Termasuk Indonesia.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir yang merupakan Ketua Pelaksana Komite Covid-19 memperkirakan harga vaksin Covid-19 sebesar 25-30 dolar AS atau Rp440.000.
"Nah perhitungan awal harga vaksin ini untuk satu orang, karena satu orang perlu dua kali suntik dan jeda waktunya dua minggu kurang lebih. Itu harganya 25-30 dollar AS range-nya," ujar Erick di Komisi VI DPR RI, Kamis (27/8).
Ia pun merasa, pandemi ini malah menjadi ajang untuk memperkaya orang-orang yang punya wewenang terhadap vaksin tersebut. Seharusnya, vaksin Covid-19 ini tidak diperjualbelikan, apalagi dengan harga yang cukup tinggi.
Padahal, Covid-19 merupakan suatu wabah besar yang sedang terjadi di sejumlah negara. Untuk itu, sudah jadi tugas negara melindungi rakyatnya, bukan malah memungut sejumlah uang terkait wabah itu sendiri.
"Di Indonesia juga lagi diuji coba kan vaksinnya, nah katanya akan dikasih harga ratusan ribu. Kok malah diduitin. Ya memang sih untuk meneliti butuh biaya besar, tapi coba hitung, misalnya Rp300.000 dikali 30 juta warga Indonesia yang beli vaksinnya. Sudah berapa? 9 Triliun. Belum lagi jumlah masyarakat kita ratusan juta," ujarnya saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (4/9).
Selain itu, bila nantinya vaksin Covid-19 berbayar, ia kasihan dengan masyarakat menengah ke bawah yang tidak mempunyai biaya untuk membeli vaksin tersebut. Menurutnya hal itu tidak adil lantaran hanya orang-orang yang punya uang sajalah yang bisa disuntik vaksin Covid-19. Menurutnya, bagi sebagian orang, uang ratusan ribu tidaklah sedikit.
"Katanya diusahain suntikannya selama setahun gratis, tapi sisanya bayar nah kan tidak semua orang Indonesia punya uang. Berarti yang bisa dapat vaksin itu hanya orang-orang yang punya uang saja," ujarnya.
Mahasiswi semester 7 jurusan komunikasi ini jadi ragu dengan Covid-19 karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk melakukan test Covid-19. Sebelumnya, warga harus membayar dengan biaya ratusan hingga jutaan jika ingin test Covid-19. Syukurnya saat ini pemerintah telah menggencarkan test gratis.
Jika pemerintah tidak menggratiskan test, maka hanya masyarakat yang mampu saja yang bisa mengetahui kondisi kesehatannya.
"Kalau biaya rapid test dan swab test masih mahal juga, berarti hanya orang-orang kaya saja yang bisa tahu dia positif Covid-19 atau tidak. Kasarnya, orang-orang tidak mampu dibiarkan saja tidak tahu kalau dia Covid-19," katanya. (mdk/rhm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaMasuknya virus flu babi ke Sulut karena ada unsur kelalaian manusia yang membawa ternak babi masuk ke Sulut melalui jalan tikus.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi ungkap cara pemerintah mencegah penyebaran penyakit monkey pox (Mpox) di Indonesia
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun berapi-api saat menjelaskan badai pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca SelengkapnyaKedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya.
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca Selengkapnya