Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kayu palang, kayu paling mahal di Papua

Kayu palang, kayu paling mahal di Papua Jembatan di Distrik Tembuni dipalang. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Ada anekdot yang beredar di kalangan warga yang tinggal di Papua: Kayu apa yang paling mahal di Papua? Jika Anda menjawab kayu merbau atau kayu besi, atau berbagai jenis kayu lainnya, jawaban Anda sudah pasti salah. Jawaban atas pertanyaan itu yang benar adalah kayu palang. Loh kok bisa?

Wilayah Papua dikenal sebagai penghasil utama kayu merbau. Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua Barat, kayu ini juga dinamai kayu besi. Kayu ini menjadi primadona utama hasil hutan Papua. Harganya cukup mahal, mulai Rp 1,2-5 juta per meter kubik.

Mengapa kayu palang lebih mahal? Sebenarnya ini cerita soal kebiasaan demonstran di Papua menggunakan palang kayu setiap kali beraksi. Banyak kantor-kantor dinas pemerintahan hingga perusahaan yang kerap menjadi korban. Urusannya tidak jauh dari tuntutan seputar ganti rugi.

Orang lain juga bertanya?

Di Papua, kecuali Anda memiliki surat pelepasan hak adat, tanah tak bertuan selalu dimiliki oleh suku-suku tertentu. Meskipun kita sudah memiliki sertifikat hak milik (SHM) yang diterbitkan resmi oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), surat itu tidak akan berlaku jika surat pelepasan hak adat tidak dikantongi. Tanah yang Anda miliki, suatu saat bisa digugat.

Banyak cerita soal kantor instansi pemerintah yang dipalang. Tuntutannya pun bisa mencapai miliaran rupiah agar ganti rugi pemakaian lahan dibayarkan. Meski begitu, tuntutan itu bisa dinegosiasikan sebelum mencapai harga damai sebelum kayu palang dicabut.

Soal kayu palang, merdeka.com mengalaminya saat bersama rombongan pegawai Ditjen Pajak hendak menuju Distrik Meyado, Papua Barat sekitar 100 kilometer dari pusat Kabupaten Teluk Bintuni. Saat itu, tiga mobil rombongan dicegat di Distrik Tembuni. Sebuah jembatan yang tampak sudah selesai dibangun, dipalang warga lokal.

Mereka memasang tarif Rp 200.000 per mobil, dan Rp 50.000 per motor yang akan melintas. Mereka menunjukkan surat keterangan dari kepala distrik. Jika menolak membayar, mobil atau motor silakan melewati kubangan lumpur di samping jembatan yang menjadi jalur alternatif. Padahal, pembangunan jembatan itu berasal dari anggaran pemerintah. Mereka yang memasang palang kayu itu adalah para pekerja jembatan. Akhirnya, setelah kami membayar, tiga mobil rombongan diperbolehkan melintasi jembatan.

distrik tembuni dipalang

Ernest, sopir mobil yang kami tumpangi bercerita, sekitar pertengahan Juni lalu, salah satu mobil rombongan Bupati Manokwari yang baru saja menghadiri kegiatan di Distrik Warmare menabrak pengendara sepeda motor. Remaja perempuan Yakomina Tabibiati meninggal di tempat.

Peristiwa terjadi di Arfai, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari. Jalan poros utama itu dipalang warga selama dua hari. Akibatnya, kendaraan yang melintas dari arah Bintuni, Ransiki, Oransbari, Warmare, Prafi, Masni maupun dari arah Manokwari keluar kota, tertahan dan harus berputar jauh.

Saat memalang jalan, warga meminta pertanggungjawaban pelaku. Ernest menambahkan, sempat terjadi keributan di antara warga. Ada pihak keluarga yang ternyata tidak setuju dengan aksi pemalangan dengan alasan mengganggu kepentingan umum. Selain itu, kasus kecelakaan lalu lintas ini telah dibicarakan dengan Bupati Manokwari Bastian Salabai.

Selain kecelakaan lalu lintas, aksi palang juga dilakukan warga jika ada hewan mereka seperti babi atau anjing yang tertabrak kendaraan di jalan raya. "Mereka palang jalan, minta sumbangan kepada pengendara yang melintas. Minta sumbangan tapi minimal Rp 50.000. Kalau tidak mau bayar tidak dikasih lewat. Padahal siapa yang menabrak, kita tidak tahu, pokoknya kalau mobil yang menabrak, mobil lain yang melintas akan dimintai sumbangan," tutur Ernest.

"Memang kayu yang paling mahal di Papua itu kayu palang. Hahaha," seloroh Ernest sambil tertawa.

Baca juga:

Kisah off roader tangguh jalur Manokwari-Bintuni

Kaya energi, di Bintuni Papua Barat listrik cuma 12 jam saja

Kisah guru SD di Papua menginap di hutan demi mengajar siswa (mdk/bal)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
FOTO: Pohon Pinang Mulai Ramai Dijual Jelang 17 Agustus, Segini Harganya
FOTO: Pohon Pinang Mulai Ramai Dijual Jelang 17 Agustus, Segini Harganya

Panjat pinang menjadi satu di antara perlombaan yang selalu digelar saat Agustusan. Pohon pinang mulai ramai dijual di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya
Uniknya Batik Kukun, Pohon Bermotif Batik Alami yang Jadi Buah Tangan Khas Tangkuban Parahu
Uniknya Batik Kukun, Pohon Bermotif Batik Alami yang Jadi Buah Tangan Khas Tangkuban Parahu

Warga sekitar mengenal ini dengan nama Batik Kukun atau batik dari pohon kukun. Hasilnya bisa dibuat vas bunga cantik, asbak sampai wadah pensil unik.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kapak Persegi: Fungsi, Jenis, dan Ciri-cirinya
Mengenal Kapak Persegi: Fungsi, Jenis, dan Ciri-cirinya

Kapak persegi dibuat dari batu yang dikikis hingga membentuk persegi dengan bagian tepi yang lebih tipis. Umumnya kapak ini dibuat untuk berburu.

Baca Selengkapnya
5 Pasar Wisata Unik di Indonesia, Suguhkan Berbagai Macam Kebudayaan
5 Pasar Wisata Unik di Indonesia, Suguhkan Berbagai Macam Kebudayaan

Beberapa pasar unik di Indonesia menarik untuk dikunjungi.

Baca Selengkapnya
Fungsi Kapak Lonjong dan Jenis-Jenis Lainnya dari Zaman Neolitikum, Patut Diketahui
Fungsi Kapak Lonjong dan Jenis-Jenis Lainnya dari Zaman Neolitikum, Patut Diketahui

Peralihan manusia dari gaya hidup pemburu-pengumpul menjadi masyarakat agraris ditandai dengan penemuan artefak kapak lonjong.

Baca Selengkapnya
FOTO: Ragam Ekspresi Peserta Panjat Pinang Meriahkan Peringatan HUT RI di Tangerang Selatan
FOTO: Ragam Ekspresi Peserta Panjat Pinang Meriahkan Peringatan HUT RI di Tangerang Selatan

Panjat pinang menjadi salah satu lomba yang populer dan dinanti-nanti saat 17 Agustusan.

Baca Selengkapnya
Mengenal Lamban Pesagi, Rumah Panggung Persegi Empat Kebanggaan Masyarakat Lampung Barat
Mengenal Lamban Pesagi, Rumah Panggung Persegi Empat Kebanggaan Masyarakat Lampung Barat

Rumah persegi empat ini memiliki ciri khas berbentuk panggung dengan tinggi kurang lebih 1 hingga 2 meter yang terletak di Desa Kenali.

Baca Selengkapnya
Ramai di Sosmed, Ini Sejarah Pacu Jalur Lomba Agustusan Khas Kuantan Singingi
Ramai di Sosmed, Ini Sejarah Pacu Jalur Lomba Agustusan Khas Kuantan Singingi

Sejarah lomba pacu jalur kebanggaan masyakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau.

Baca Selengkapnya
Hikayat Bambu 2024, Cara Kreatif Warga Papring Banyuwangi Angkat Potensi Bambunya
Hikayat Bambu 2024, Cara Kreatif Warga Papring Banyuwangi Angkat Potensi Bambunya

Anyaman bambu dari Papring mulai menggeliat seiring dengan keberadaan sekolah Kampung Batara di wilayah tersebut.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kapak Perimbas: Asal, Fungsi, dan Jenisnya
Mengenal Kapak Perimbas: Asal, Fungsi, dan Jenisnya

Kapak perimbas digunakan untuk memotong kayu, membuat persembahan, dan bahkan sebagai senjata untuk berburu atau melindungi diri dari serangan binatang buas.

Baca Selengkapnya
Makna Tradisi Bakar Batu di Papua dan Nilai Toleransi Umat Beragama di Dalamnya
Makna Tradisi Bakar Batu di Papua dan Nilai Toleransi Umat Beragama di Dalamnya

Bakar batu adalah kegiatan sosial yang mengedepankan kerukunan dan gotong royong layaknya kerja bakti di Pulau Jawa.

Baca Selengkapnya
Berburu Telok Abang di Palembang, Mainan Khas Kemerdekaan yang Terbuat dari Telur Rebus dan Gabus
Berburu Telok Abang di Palembang, Mainan Khas Kemerdekaan yang Terbuat dari Telur Rebus dan Gabus

Masyarakat Palembang menyemarakkan hari bersejarah dengan berburu Telok Abang.

Baca Selengkapnya