Kebaikan hati antarkan Kakek Rahman ke Tanah Suci
Merdeka.com - Sudah enam tahun Abdul Rahman menjual koran di SPBU Jalan Casablanca, Jakarta Selatan. Usia senja tidak membuat semangatnya turun. Dia tampak semangat menawarkan koran dari pelbagai surat kabar nasional. Padahal kondisinya tengah memprihatinkan.
Kakek berusia 77 tahun itu didera penyakit tumor pada bagian wajah. Namun, keadaan itu tidak membuatnya mengeluh. Dia bahkan menolak bila ada orang hanya memberi belas kasih kepadanya. Namun, penolakan itu dilakukan dengan cara ramah.
Sehari-hari Kakek Rahman memang dikenal ramah. Selama ini Kakek Rahman tinggal bersama anak dan cucunya di rumah berukuran kecil bilang Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Meski kondisinya mengenaskan dia tidak sungkan membagi rezekinya kepada para janda dan anak yatim.
-
Bagaimana cara loper koran menjual koran di Bandung? Dengan memakai sepeda motor yang dipasangi tas khusus di jok belakang, garda depan informasi ini bersiap keliling sepagi mungkin.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Dimana pusat distribusi koran di Bandung? Mengutip bandung.go.id, sejak pukul 04:00 WIB pagi, loper koran sudah berjajar. Mereka mulai mengambil koran-koran dari rumah percetakan dan menjajakannya di jalan sekitar hingga menyebar ke kawasan lainnya di Kota Bandung.
-
Kapan masa keemasan koran di Bandung? Cikapundung jadi daerah yang tersisa dari masa keemasan koran dan kini masih tetap bertahan di tengah senja kala yang mengancam keberadaannya.
-
Kenapa pria paruh baya itu jualan pulpen? Saat ditanya, ia mengungkapkan jika dirinya akan terus berjualan pulpen ketimbang dirinya harus minta-minta alias menjadi pengemis di pinggir jalan.
-
Dimana Abdul berjualan? Ia membuka lapak sederhananya di pinggir jalan, kawasan Kebon Kacang Raya, Thamrin City, Kota Jakarta Pusat.
Semua itu dilakukan sebagai wujud bersyukur dengan rezeki diperolehnya hari itu. "Uang hasil jual koran saya bagiin ke cucu, anak-anak yatim, janda miskin setiap hari. Kalau ketemu anak yatim di jalan, saya panggil, saya kasih uang, saya pegang kepalanya saya doain biar pinter," cerita kakek Rahman kepada merdeka.com, Jumat (28/10) kemarin.
Selama menjalani profesi sebagai loper koran, kegiatan agama tidak pernah dia tinggalkan. Setiap hari ibadah tidak pernah ditinggalkan.
Sebagai muslim, Kakek Rahman menceritakan bahwa setiap hari selalu bangun tengah malam untuk menjalankan salat Tahajud. Setelah itu dia langsung membaca Alquran hingga Subuh. Seusai salat Subuh, dia langsung bergegas ke SPBU tempatnya mangkal berjualan koran.
"Saya jalan jual koran di SPBU jam 06.00 sampai jam 11.00, lalu jam 13.00, balik lagi jualan sampai jam 16.00 sore," ungkapnya.
Usai menjajakan koran, kakek Rahman lebih memilih membaca Alquran sampai menunggu waktu salat Magrib lalu pergi ke musalah. Barulah selepas salat Isya dia beristirahat atau sekedar bermain dengan para cucunya.
Berkat kebaikan dan keikhlasannya, awal Januari 2017 mendatang, Kakek Rahman dijadwalkan akan melaksanakan ibadah umrah ke Tanah Suci. Dia mengaku ada seorang donatur akan memberangkatkan dirinya bersama 9 orang lain.
"Saya insya Allah Januari mau umrah. Bukan uang sendiri tapi ada donatur yang biayain. Kalau masih ada istri saya pengen berangkat sama istri saya. Tapi dia udah meninggal 4 tahun yang lalu," tutur Rahman.
Sementara, salah seorang cucu Kakek Rahman, Reza mengaku sering khawatir dengan Baba, panggilannya untuk sang kakek. Tiap kali dia mengisi bensin motornya, sering tak tega dan mengajaknya pulang. Namun, sang kakek malah cuek dan menganggap tak kenal dengan sang cucu.
"Ada rasa khawatir, was-was Baba ketabrak atau apa, tapi Baba itu orangnya bandel, enggak bisa diem di rumah. Kalau ditegur kadang nyaut kadang enggak. Dia enggak mau diganggu kalau lagi jualan," cerita Reza.
Meski begitu, Reza mengaku banyak belajar dari sang kakek. Mulai dari ketekunan ibadah hingga semangatnya tak pernah surut untuk berusaha. Kala usia senja bila orang sebayanya memilih bersantai, sang Baba malah memilih menjadi loper koran.
"Semangatnya bagus, enggak ada kata ngeluh, buat contoh kita anak cucunya. Kalau ada di rumah dia juga enggak bisa diem. Entah itu main sama cucunya, ngaji, ke musalah," cerita Reza.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski sepi pembeli dan harus panas-panasan saat menjual pulpen tersebut, Ahmad mengaku tak ingin menyerah.
Baca SelengkapnyaPria berusia 1 abad ini tak ingin berpangku tangan dan masih ingin bekerja selama dia mampu.
Baca SelengkapnyaSimak kisah pilu seorang kakek penjual tangga bambu keliling yang sudah satu bulan berjualan tak laku.
Baca SelengkapnyaMbah Salam mengaku pulang ke Malang dua sampai tiga bulan sekali untuk menengok anak dan cucunya di rumah.
Baca SelengkapnyaPerjuangan kakek Jagat penjual mainan keliling ini viral, mengaku sering pulang dengan tangan kosong.
Baca SelengkapnyaSimak cerita haru seorang kakek 70 tahun yang menderita stroke rela tetap bekerja demi keluarga.
Baca SelengkapnyaKakek ini menghampiri calon pembelinya satu per satu. Namun, tak ada yang membeli.
Baca SelengkapnyaBerkat kesabarannya selama bertahun-tahun, ia sebentar lagi bisa melihat Ka'bah secara langsung di usianya yang menginjak usia 73 tahun.
Baca SelengkapnyaSemua dilakukan semata-mata hanya karena ingin hidup tanpa merepotkan siapapun, termasuk anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaSetiap orang punya cara tersendiri untuk berjuang melanjutkan hidup.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah @sayaphati ini pun viral dan membuat warganet ikut sedih.
Baca Selengkapnya