Kecam Banser bakar bendera bertuliskan tauhid, ribuan orang demo di Medan
Merdeka.com - Ribuan orang berunjuk rasa di Medan, Jumat (26/10). Massa berunjuk rasa menentang pembakaran bendera bertulis kalimat tauhid di Garut, Jawa Barat yang dilakukan anggota Banses saat peringatan Hari Santri Nasional.
Pengunjuk rasa berkumpul di depan Masjid Raya Al Mashun, sekitar Jalan Masjid Raya, Medan. Usai salat Jumat, massa bergerak ke Mapolda Sumut, Jalan Sisingamangaraja, mengikuti truk yang dijadikan kendaraan komando.
Massa yang terdiri dari pria dan wanita menumpangi sepeda motor, mobil, becak, hingga berjalan kaki menyemut di Jalan Sisingamangaraja. Panjang kerumunan di sepanjang jalan lintas itu lebih dari 1 Km.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Apa yang dibakar massa? Tampak beberapa massa sedang membakar motor. Tak jelas motor siapa yang dibakar, yang jelas motor yang dibakar tak hanya satu.
-
Apa yang dilakukan warga Jateng untuk nobar? Pada momen ini, lapisan masyarakat dari berbagai daerah di Tanah Air menggelar acara nonton bareng (nobar), begitu pula warga di Provinsi Jawa Tengah. Mereka rela bergadang dan berkumpul di titik-titik nobar untuk bisa merasakan keseruan dan menjadi saksi sejarah atas lolosnya Timnas Indonesia U-23 ke semifinal Piala Asia.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
Pengunjuk rasa membawa banyak bendera putih, hitam dan hijau yang bertuliskan kalimat tauhid. Sebagian di antara mereka juga mengenakan ikat kepala dan topi bertuliskan kalimat serupa.
"Ini aksi solidaritas untuk menentang pembakaran kalimat tauhid di Jawa Barat beberapa waktu lalu. Aksi ini akan berlangaung damai," kata Ade Budiman, seorang peserta aksi.
Protes pembakaran bendera tauhid di Medan ©2018 Merdeka.com/Yan Muhardiansyah
Selain melakukan aksi di Mapolda Sumut, massa berencana melaporkan pelaku pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut ke polisi. "Kami berharap polisi memproses pelaku pembakar kalimat tauhid dengan seadil-adilnya, karena tindakan itu telah mencederai umat Islam. Polisi harus memberi respons yang positif. Kami meminta Kapolda memenuhi tuntutan umat muslim ini," harap Ade.
Sebelumnya saat menyampaikan rencana aksi hari ini, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Sumut mengecam keras pembakaran bendera berkalimat tauhid yang dilakukan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10). "Kita ingin menyampaikan kepada semua umat Islam di negeri ini supaya menolak keberadaan Banser di tempat-tempat mereka tinggal, karena dalam pandangan kita Banser ini seperti preman yang memakai bendera agama. Menurut kita seperti itu, tampak dari perilakunya," kata Ketua GNPF Ulama Sumut, Heriansyah.
Menurut Heriansyah, bendera yang dibakar Banser bukanlah bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), melainkan Ar Roya, yang merupakan panji Rasulullah, yakni bendera hitam yang bertuliskan kalimat tauhid.
"Bahkan ketika ada HTI pun, bendera itu milik kita umat Islam. Bendera itu bukan bendera HTI. HTI memakai bendera itu karena mereka merasa mereka muslim, maka HTI memakai itu. Bukan karena bendera itu ada karena ada HTI. Ini harus diluruskan," ucapnya.
Heriansyah menilai Banser sengaja memperlihatkan kebenciannya kepada simbol-simbol suci agama. Tindakan pembakaran bendera berkalimat tauhid itu dinilai sebagai sebuah penistaan yang membangkitkan kemarahan. Apalagi, pembakaran bendera itu hanya satu dari rentetan panjang dari tindakan Banser yang dinilai merugikan agama Islam.
"Kita betul-betul marah, demi Allah kita marah. Dan gerakan kita ini, kita beri tagline Bubarkan Banser. Kalau kelompok ini masih tetap ada, peristiwa seperti ini akan terus berulang, kita akan terus dibenturkan seperti itu," ucap Heriansyah.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi pembakaran ban, spanduk dan poster pecah usai hasil putusan MK terkait gugatan sengketa Pilpres 2024 mendapat penolakan dari masyarakat pendukung 01 & 03.
Baca SelengkapnyaSaling dorong yang terjadi membuat pagar balai kota akhirnya jebol. Sebagian massa tampak masuk ke kompleks balai kota. CCTV, tanaman dan paving block dirusak.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya mereka menuntut untuk menyikapi konflik lahan di Rempang.
Baca SelengkapnyaHingga malam hari, massa demonstran tolak Revisi UU Pilkada masih bertahan di depan Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaMereka kemudian membakar spanduk besar bergambar Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep dan menantu Bobby Nasution
Baca SelengkapnyaMasyarakat jangan tergiur dengan penawaran bunga terlalu tinggi.
Baca SelengkapnyaMassa membakar atribut Partai NasDem dan kaos bergambar Anies sebagai bentuk kekecewaan Cak Imin jadi cawapres.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini dalam rangka menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaPembakaran bendera itu terjadi saat demonstrasi yang digelar HMI.
Baca SelengkapnyaMereka coba kembali mendekati gedung DPRD sambil melempar botol, kayu dan batu.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menggelar apel bersama personel Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dari Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaBulan lalu, aktivis sayap kanan Belanda melakukan pembakaran Alquran.
Baca Selengkapnya