Kehebatan misil AS-1 Kennel sampai bikin Belanda gentar
Merdeka.com - Kedatangan pesawat tempur MiG buatan Uni Soviet dan pembom strategis Tu-16 membuat Indonesia sangat disegani di negara-negara kawasan. Kekuatan yang dimiliki TNI membuat negara-negara tetangga, termasuk Australia meningkatkan kewaspadaannya.
Selain pesawat, Indonesia juga memiliki satu rudal canggih di masanya, rudal ini membuat kapal induk Belanda HNLMS Karel Doorman bergerak secara sembunyi-sembunyi. Rudal yang dimaksud adalah AS-1 Kennel, di masa itu rudal ini sangat ditakuti.
Selain Soviet, Indonesia menjadi negara selain Mesir yang memiliki rudal tersebut. AS-1 Kennel merupakan rudal jenis heavy missile, bodinya cukup bongsor namun mematikan saat mengenai sasarannya. Keberadaannya membuat Belanda gentar, hingga membuat mereka sepakat untuk melepaskan Papua Barat ke tangan Indonesia sebelum Operasi Trikora terlaksana.
-
Kenapa Timnas Indonesia harus waspada dengan Timnas Australia? Di samping itu, Indro menekankan bahwa Indonesia perlu mengambil langkah-langkah tambahan. Mereka harus tetap waspada terhadap potensi kebangkitan Australia dalam pertandingan ini. 'Yang perlu dicermati adalah kekalahan Australia saat berhadapan dengan Bahrain di markas mereka pada laga sebelumnya,' jelas Indro. 'Hal ini mungkin akan memotivasi para pemain Australia untuk berjuang lebih keras demi mempertahankan peluang mereka untuk lolos ke Piala Dunia,' tambahnya.
-
Apa kekuatan utama TNI? Situs pemeringkat kekuatan militer Global Fire Power (GFP) menaikkan peringkat TNI menjadi tentara ke-13 terkuat di dunia.
-
Kenapa Australia menganggap Indonesia sebagai lawan yang berbahaya? Meskipun memiliki catatan yang baik melawan Skuad Garuda, Ryan tidak ingin meremehkan pasukan Shin Tae-yong. 'Kami menghormati lawan dan menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan yang bisa membahayakan kami jika kami tidak tampil optimal dan memberi mereka kesempatan melalui cara kami bermain,' ungkap Mathew Ryan.
-
Bagaimana Timnas Indonesia mengantisipasi pergerakan Australia? Para pemain harus tetap menjaga kekompakan di lini tengah dan tidak mudah terpengaruh oleh pergerakan lawan yang melebar.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Bagaimana cara Timnas Indonesia bisa memberikan tantangan untuk Australia? 'Kami menghormati lawan dan menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan yang bisa membahayakan kami jika kami tidak tampil optimal dan memberi mereka kesempatan melalui cara kami bermain,' ungkap Mathew Ryan.
AS-1 Kennel, atau KS-1 Komet merupakan rudal antikapal permukaan yang diproduksi Uni Soviet pada 1953 dengan basis konstruksi pesawat MIG-15 dan MIG-17. Rudal ini disiapkan untuk dibawa bomber strategis Tupolev Tu-16 Badger B atas desakan AL Soviet yang membutuhkan rudal jelajah antikapal.
Tu-16 mampu membawa sekaligus dua rudal seberat lebih dari 3 ton ini di kedua sayapnya. AS-1 yang berkecepatan sub sonic ditenagai mesin turbojet yang mampu membuatnya mampu menjangkau sasaran sejauh 100 km.
Dengan bobot sekitar 3 ton, AS-1 dibekali hulu ledak seberat 600 Kg High Explosive. Tak ayal dengan daya hantam yang menakutkan membuat alutsista ini sangat diperhitungkan Belanda. Bahkan beberapa analis menyatakan, kapal induk HNLMS Karel Doorman yang mangkal di perairan Papua Barat dapat dihancurkan dengan dua hantaman rudal Kennel.
AS-1 merupakan senjata andal yang dirancang A Ya Bereznyak dari pabrikan Mikoyan's di Dhubna, Uni Soviet. Cara kerjanya cukup mudah, operator pesawar tinggal memprogram sistem autopilotnya sebelum diluncurkan dengan menggunakan radar semiaktif di sistem terminal flight. Rudal ini mulai dipakai militer Indonesia sekitar tahun 1961.
Sedangkan di Soviet sendiri, penggunaan rudal ini hanya berlangsung selama enam tahun saja, yakni tahun 1955 hingga 1961. Kondisi ini tak lepas dari perlombaan senjata di Era Perang Dingin yang membuat Soviet terus berusaha meningkatkan kemampuan persenjataannya.
Dari platform ini, Soviet mengembangkannya menjadi SSC-2a Salish dan SSC-2b Samlet. Jika Salish diluncurkan dari kendaraan semitrailer yang menarik truk traktor peluncur KrAz-214, maka Samlet adalah rudal pantai yang diluncurkan dari truk ZIL-157V.
Selintas, rudal AS-1 ini nyaris sebesar MIG-15 sepanjang 8,2 meter, sedangkan MiG mencapai 10,11 m. Rudal ini memiliki rentang sayap 4,9 meter dan kecepatan 0,9 mach. Saat merdeka.com mencoba menelusuri, sulit untuk mengetahui berapa rudal AS-1 yang dibeli Indonesia sejak diproduksi. Namun, keberadaannya dapat terlihat di Museum Dirgantara, Yogyakarta.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Foto-foto lama ini menunjukkan kekuatan raksasa TNI AU. Sangar banget.
Baca SelengkapnyaSerangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah upaya besar dalam perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaPrajurit Kostrad TNI kembali beraksi bersama pasukan elite Amerika Serikat dan German.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Yudo Margono mendampingi Panglima AB Australia General Angus Campbell saat berkunjung ke PT Pindad pada Rabu (5/7) lalu.
Baca SelengkapnyaJika ada yang nyaris tak pernah absen saat perang, dia adalah B-25 Mitchell buatan North American Aviation.
Baca SelengkapnyaKetua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menyambut baik penandatanganan kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Australia
Baca SelengkapnyaApakah TNI masih menjadi yang terkuat di Asia Tenggara?
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaLatihan Pitch Black tahun 2024 akan berlangsung pada Jumat 12 Juli hari ini hingga 3 Agustus mendatang
Baca SelengkapnyaBerikut daftar negara-negara yang dianggap kuat terhadap serangan siber.
Baca SelengkapnyaTentara Belanda membentuk sebuah pasukan elite. Dinamai Marsose, yang berasal dari kata marechaussee, pasukan polisi bersenjata di Eropa.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 21 Juli pada tahun 1947 silam, Belanda melancarkan Agresi Militer I di Indonesia.
Baca Selengkapnya