Kejahatan di Aceh meningkat, korban terbanyak perempuan dan anak
Merdeka.com - Kapolda Aceh Irjen Husen Hamidi mengakui jika kekerasan terhadap anak dan perempuan di wilayahnya sudah dalam taraf memprihatinkan. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun.
Menurut data yang dimiliki Polda Aceh, peningkatan terjadi sejak tahun 2013 hingga 2015. Dimana di tahun 2013 terdapat 114 kasus, kemudian mengalami peningkatan sebanyak 178 kasus.
Lalu pada tahun 2015 ini semakin mengalami peningkatan yaitu mencapai 271 kasus. Mengalami peningkatan sebanyak 93 kasus terjadi kekerasan pada perempuan dan anak.
-
Kenapa kekerasan anak di sekolah semakin marak? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif. 'Kekerasan pada anak di satuan pendidikan cenderung dilakukan secara berkelompok akibat lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya circle yang berpengaruh negatif,' kata Anggota KPAI Aris Adi Leksono saat dihubungi di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Senin (11/3).
-
Siapa yang sering melakukan kekerasan pada anak? Sayangnya, sering kali kekerasan ini dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk orang tua mereka.
-
Kapan kekerasan seksual paling banyak terjadi pada anak? Dalam data IDAI yang dihimpun pada periode 1 Januari hingga 27 September 2023, Meita menyebut kasus kekerasan seksual paling banyak dilaporkan oleh korban yang berusia remaja atau pada rentang usia 13-17 tahun.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Kapan kejahatan kekerasan di California meningkat? Meskipun angka kejahatan properti mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi di California kejahatan dengan kekerasan justru mengalami peningkatan.
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
Bercermin dari fakta dilapangan, Polda Aceh pun membentuk Satgas perlindungan perempuan dan anak.
“Kalau sudah ada Satgas ini, kita prediksikan akan mengalami booming, tetapi tidak apa-apa mengalami peningkatan, karena setelah itu akan selesai,” ujar Kapolda di Mapolda Aceh, Selasa (22/12).
Menurutnya, ia sangat yakin masih banyak terdapat angka kekerasan pada perempuan dan anak di Aceh yang tidak terpublis. Dengan adanya Satgas ini, selain akan menekan angka kekerasan, juga akan membongkar kekerasan yang terselubung saat ini atau tidak berani melapor kekerasan tersebut.
“Saya minta kepada seluruh Polres juga segera membentuk Satgas perlindungan perempuan dan anak. Bahkan kalau bisa dibentuk sampai ke Polsek, tetapi sekarang cukup sampai di Polres saja dulu,” tuturnya.
Menurut Kapolda, terjadi kekerasan pada perempuan dan anak tidak terlepas pengaruh globalisasi dan teknologisasi. Karena semua sudah menggunakan smarphone dan beragam bisa dilihat dari telepon pintar tersebut.
“Semua sekarang pegang HP, anak-anak juga sudah pegang HP. Ibu saya sebelumnya gak pegang HP, sekarang pegang HP, ini sangat berpengaruh,” jelasnya.
Sementara itu Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Teuku Irwan Djohan menyambut baik gagasan Polda Aceh membentuk Satgas khusus untuk melindungi perempuan dan anak. Hal ini mengingat kekerasan pada perempuan dan anak di Aceh meningkat.
“Kita menyambut baik rencana Polda, ini sebuah gagasan yang bagus untuk melindungi perempuan dan anak di Aceh,” tukas politisi Partai NasDem.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Banda Aceh, Partai NasDem menyebutkan, dirinya telah mengajukan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) 2016 sebesar Rp 500 juta. Anggaran tersebut untuk dibangun rumah singgah atau tempat konsultasi khusus korban kekerasan, terutama perempuan dan anak.
“Intinya kita sangat mendukung niat baik Polda Aceh untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh,” tutupnya.
Satgas ini melibatkan multistakeholder, seperti Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (BP2A) Aceh, akademisi, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan LBH Anak.
Sedangkan leading sektornya adalah Diskrimum Polda Aceh yang melakukan pemantauan dan pendataan serta pencegahan terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak. Terutama kekerasan seksual yang menimpa anak marak terjadi akhir-akhir ini.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Paling tinggi yang dilaporkan adalah KDRT. Kemudian di posisi kedua kasus pelecehan seksual.
Baca SelengkapnyaTren Kejahatan TPPO Meningkat Tiap Tahun, Ini Solusi Pemerintah
Baca SelengkapnyaTindak kejahatan seksual dengan anak sebagai korban adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaINFOGRAFIS: Data Mengejutkan Kasus Bunuh Diri Anak
Baca SelengkapnyaRemaja putri berusia 16 tahun di Aceh Timur menjadi korban pemerkosaan oleh 16 pemuda yang rata-rata masih remaja. Baru tiga pelaku yang ditangkap polisi.
Baca SelengkapnyaKawiyan memastikan, KPAI terus melakukan pendampingan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan.
Baca SelengkapnyaKemenPPPA mencatat korban kekerasan didominasi oleh anak perempuan
Baca SelengkapnyaNahar menambahkan terdapat sejumlah LPKA yang mengalami kelebihan kapasitas, salah satunya adalah LPKA Kutoarjo.
Baca SelengkapnyaKapolri Jenderal Listyo Sigit menyoroti kerawanan wilayah perbatasan Indonesia dalam rapat dengan DPR di Kompleks Parlemen, Senin (10/7).
Baca SelengkapnyaDeretan kasus di atas hanya segelintir. Tentu kondisi tersebut sungguh miris. Pelajar seorang tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang anak terpelajar.
Baca SelengkapnyaPenangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKetua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mencatat, ada 481 pengaduan terkait kasus anak korban pornografi dan cyber crime.
Baca Selengkapnya