Kekerasan terhadap Rohingya tak selaras dengan ajaran Buddha
Merdeka.com - Kepala Wihara Tanah Putih Semarang Bhikkhu Cattamano Thera menilai kekerasan yang dialami warga Rohingya di Myanmar tidak selaras dengan ajaran agama Buddha. Cattamano menjelaskan agama mengembangkan hal-hal yang baik, menjauhkan diri dari kekerasan dan sifat memusnahkan.
"Agama beda dengan politik. Bicara agama, bicara baik dan buruk," kata Cattamano, seperti dilansir Antara, Senin (28/11).
Dia pun menyayangkan tragedi kemanusiaan yang terjadi terhadap warga muslim Rohingnya tersebut. "Ada makhluk yang menderita, kita harus turut meringankan beban, jangan sampai kehidupan mereka tertindas," kata Bhikkhu anggota Sangha Theravada Indonesia tersebut.
-
Apa itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Dimana Rohingya tinggal? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa tujuan Rohingya? Menurut Andi, pengungsi etnis Rohingya itu berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
-
Apa yang dilakukan Rohingya di Pekanbaru? 'Telah diamankan pengungsi Rohingya yang sedang mencari suaka di depan Kantor Konsulat Malaysia Jalan Jendral Sudirman Kecamatan Bukit Raya oleh Polresta Pekanbaru,' ujar Heri kepada merdeka.com Kamis (14/12).
-
Bagaimana Rohingya berjuang? Sejarah panjang perjuangan etnis Rohingya ini menunjukkan bahwa mereka terus berjuang untuk diakui sebagai warga negara yang setara di Myanmar, namun hingga kini mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan hak-hak dasar mereka.
-
Dimana Rohingya ditemukan? Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
Dia menegaskan agama Buddha mengembangkan cinta kasih. Ia menambahkan cinta kasih dimulai dengan menahan diri untuk tidak melakukan hal buruk atau tidak baik.
Mengembangkan sikap luhur, kata dia, selaras dengan ajaran Sang Buddha. Ia menambahkan menebar cinta kasih dapat dimulai dari diri sendiri dengan menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal buruk.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gus Yahya menilai, salam sejahtera yang sering digunakan dalam berbagai tradisi keagamaan tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ibadah formal.
Baca SelengkapnyaJika pemerintah terlambat mengambil kebijakan bisa jadi pekerjaan rumah yang sulit untuk diselesaikan di kemudian hari.
Baca SelengkapnyaMenag mengingatkan, bangsa Indonesia dibangun oleh berbagai macam ras, suku, budaya, hingga agama.
Baca SelengkapnyaIndonesia menjadi contoh masyarakatnya tidak terpecah karena saling membenci.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaAcara yang merupakan edisi khusus Ngariksa episode 100 itu, juga menggelar Sarasehan Agamawan dan Budayawan.
Baca SelengkapnyaAhli tafsir Alquran Quraish Shihab hari ini diundang menghadiri pidato Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Baca SelengkapnyaMenag berpesan agar pelaksanaan Pemilu 2024 nanti bisa dilakukan dengan penuh riang gembira.
Baca SelengkapnyaMenag mengatakan, Kesadaran bahwa bangsa ini kaya akan keragaman, sangat penting untuk merawat harmoni dan kerukunan.
Baca SelengkapnyaPemerintah Indonesia adalah negosiasi dengan pemerintah Myanmar soal pengungsi Rohingya.
Baca SelengkapnyaPentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca SelengkapnyaArya menyebut video yang viral terkait ucapannya saat rapat adalah potongan.
Baca Selengkapnya